Bagaimana jadinya saat tiba - tiba ibumu menanyakan saat ini berapa umurmu dan menawari hadiah ulang tahunmu yang ke 21 dengan hadiah jodoh?.
"Nis, Nisa sekarang umurmu berapa?." Tanya Dewi tiba-tiba saat masuk kamar putrinya. Nisa yang ditanya sang ibu pun langsung menjawab tanpa menaruh kecurigaan sedikitpun karena memang sang ibu terkadang sangat random. " Dua puluh tahun sebelas bulan ".
" Berarti sudah boleh menikah, hadiah ulang tahunnya jodoh mau? "Jawab sang ibu yang membuat Nisa kaget dan langsung tertawa.
Nisa yang sudah hafal betul tentang kerandoman ibunya pun berniat meladeni pembicaraan ini yang dia kira adalah candaan seperti yang sudah sudah.
" Boleh... Asal syarat dan ketentuan berlaku, yang pertama seiman, yang kedu-".Belum selesai Nisa bicara dia mendengar ibunya sudah tertawa lepas yang membuat Nisa juga ikut tertawa dan langsung pergi dari kamar putrinya.
Tanpa Nisa ketahui bahwa yang ia anggap candaan itu adalah sesuatu yang serius.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PERMATABERLIAN, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
22.
"Malam ini Mas mau kamu yang diatas dan memimpin," ucap Bagas kepada Nisa memperjelas keinginannya.
Hingga beberapa detik Nisa masih duduk diam diatas perut Bagas, dan Bagas yang malam ini sedang mau terima beres masih setia menunggu sang istri.
Sebenarnya Bagas juga penasaran dengan bagaimana cara sang istri akan memuaskannya malam ini sesuai dengan inisiatifnya sendiri, karena biasanya Bagaslah yang bekerja keras.
Setelah membulatkan tekat untuk menjadi wanita penggoda malam ini tetapi wanita penggoda yang hanya menggoda sang suami seorang, Nisa mengawali kegiatannya dengan membungkukkan tubuhnya agar merapat dengan tubuh sang suami.
Sasaran pertama adalah bibir Bagas tentunya. Ia kecup bibir itu kurang lebih sama seperti bagaimana Bagas mengecup bibirnya. Sementara bibirnya sibuk memberi ciuman, tangannya juga tidak tinggal diam mulai membuka kancing demi kancing baju tidur yang saat ini dikenakan Bagas.
Dirasa cukup bermain-main dengan bibir Bagas,Nisa kembali menegakkan punggungnya.Dilepaskannya baju tidur berbahan satin yang ia kenakan itu sendiri dengan gerakan yang sensual.
Tidak lupa Nisa juga melepas bra berwarna hitam yang ia pakai hingga dua bukit kesayangan Bagas itu terpampang nyata di hadapan sang suami.
Nisa dapat melihat Bagas tersenyum simpul saat melihatnya melakukan hal tersebut. Nisa merasa dirinya sudah seperti seekor kucing liar malam ini.
Yakin bahwa arti senyuman Bagas adalah tanda dia senang Nisa melanjutkan aktivitasnya. Kali ini Nisa mengincar leher Bagas dan dengan sengaja menggoda Bagas dengan cara meniup daun telinganya dan sedikit menggerakkan pan tatnya menggoda adik kecil Bagas yang sebenarnya tidak bisa dikatakan kecil itu.
Leher yang terus dikecup, dada dan pan tat yang saling beradu walaupun masih terbungkus kain masing-masing nyatanya berhasil membuat adik kecil sang suami mulai bangun.
Nisa dapat merasakan bahwa adik kecil sang suami mulai mengeras dibawah sana. Tidak bohong ada rasa senang tersendiri bagi Nisa saat ini.
Merasa juga tertantang untuk dapat memuaskan Bagas, Nisa meraih sesuatu yang sejak tadi sudah mulai terbangun itu dan mengeluarkannya dari sangkarnya.
Bagas merem melek dibuatnya saat tangan sang istri memberi pijatan manja dibawah sana. Rasanya hasrat Bagas semakin terasa memuncak.
Merasa pemanasan yang ia berikan telah cukup, Nisa melucuti semua pakaian yang masih tersisa pada dirinya maupun Bagas dan tidak lupa ia mengambil sesuatu didalam laci tempat tidur yang tidak lain adalah kon dom untuk dipakai kan kepada adik kecil milik sang suami.
Ya sejak pembahasan tentang penundaan kehamilan, Bagas dan Nisa memang sengaja membeli kon dom dalam jumlah yang lumayan banyak karena sebagai stok persediaan sehingga saat mereka membutuhkannya seperti saat ini semua sudah tersedia.
Ia kembali lagi berada di atas Bagas untuk memulai permainan intinya saat ia sudah selesai memasangkan Kon dom untuk sang suami. Jantung Nisa masih berdebar-debar saat akan memasukkan sesuatu yang sejak tadi ia mainkan dengan tangannya itu apalagi sekarang keadaannya sudah sangat tegak seperti monas.
Dan benar saja saat Nisa berhasil memasukkan adik kecil sang suami ke dalam sangkarnya, rasanya sangat penuh dan sesak bagi Nisa dalam posisi saat ini.
Untuk beberapa saat Nisa masih diam saja belum menggerakkan tubuhnya. Baru setelah merasa dirinya terbiasa ia mulai menggerakkan tubuhnya naik turun.
Bagas yang merasa sang adik dicengkeram dengan erat didalam sana juga merasakan kenikmatan yang tiada tara, apalagi dengan pemandangan dua gunung indah sang istri yang ikut naik turun mengikuti irama gerakan istrinya.
Gemas dengan pemandangan dua gunung yang terus bergerak menggodanya, Bagas sedikit merubah posisinya menjadi duduk untuk dapat melahap dua gunung Nisa yang menantang.
Niat awal Nisa yang akan memuaskan sang suami nyatanya keadaan yang terjadi malah kebalikannya, karena dengan posisi saat ini dimana di bawah sana yang saling terhubung dan dadanya yang dimainkan bersamaan membuatnya kewalahan.
Tidak kuat menahan semua serangan yang ada tubuh Nisa bergetar hebat di atas tubuh Bagas saat ia mendapatkan pelepasannya.
"Sepertinya mulai sekarang kamu harus rajin olahraga sayang." ucap Bagas saat ia melihat bahwa istrinya kewalahan menghadapinya.
Walaupun dalam kesepakatan awal Bagas ingin terima beres malam ini, tetapi sepertinya Bagas juga harus ikut bekerja menggerakkan tubuhnya juga.
"Biar ku bantu sayang," setelah mengatakan hal tersebut Bagas mulai menggerakkan tubuhnya dari bawah untuk membantu Nisa menyelesaikannya karena Bagas juga merasa bahwa ia akan sampai.
"Akh Mas Bagas tunggu sebentar," seru Nisa saat tiba-tiba saja Bagas menggerakkan tubuhnya menyentak tubuh Nisa dari bawah padahal Nisa baru saja mendapatkan pelepasannya dan belum siap menerima serangan itu.
"Mas hampir sampai sayang."
Bagas semakin menambah tempo gerakannya yang membuat butuh Nisa semakin tersentak berkat hentakan kuat yang yang Bagas berikan, apalagi bunyi pertemuan antara dua kulit itu semakin nyaring terdengar di penjuru kamar saat Bagas merasa sudah hampir sampai batasnya.
Lenguhan panjang keduanya terdengar bersamaan mengisi penjuru kamar saat Nisa dan Bagas sudah sampai ke puncak nirwana dan mendapatkan pelepasannya.
Setelah mendapatkan pelepasan untuk kedua kalinya Nisa masih betah ambruk diatas tubuh Bagas, ia merasa sepertinya semua tenaganya telah terkuras habis dan saat ini ia sama sekali tidak mempunyai tenaga hanya sekedar merubah posisinya.
Tahu bahwa Nisa sangat lelah, Bagas membiarkan saja Nisa yang saat ini masih berada diatas tubuhnya dan malah menyelimutinya karena bagi Bagas tubuh Nisa sangat ringan untuknya, dan benar saja tidak lama setelah itu mereka sama-sama tertidur dalam posisi itu.
*
*
Setelah semalam mendapat kabar dari Nisa bahwa dirinya disuruh untuk datang ke kantor kakak iparnya untuk interview secara langsung, kini Ami sudah sampai di kantor Yuda.
"Ada yang dapat saya bantu Kak?" tanya resepsionis kepada Ami.
"Hari ini saya mau interview sebagai asisten Bapak Yuda mbak."
"Baik mohon ditunggu sebentar."
Setelah mengatakan hal itu sang resepsionis terlihat menghubungi seseorang menggunakan pesawat telepon.
"Kakaknya bisa langsung naik ke lantai tujuh menuju ruangan pak Yuda, karena kakaknya adalah kandidat asisten pribadi pak Yuda maka kakak akan interview secara langsung dengan beliau."
Sesampainya Ami di lantai tujuh, terlihat di lantai ini hanya terdapat satu ruangan, sehingga dengan mudah Ami dapat dengan mudah menemukan tujuannya.
"Masuk."
Terdengar sahutan dari dalam setelah Ami mengetuk pintu ruangan itu. Saat Ami telah masuk kedalam ia melihat dua orang pria di dalam ruangan tersebut, dan saat ia masuk itulah salah satu pria disana pamit undur diri.
Ami menyimpulkan bahwa pria yang keluar saat dirinya masuk tadi adalah asisten Yuda.
"Silahkan duduk," terdengar Yuda mempersilakan Ami untuk duduk dihadapannya.
Bersambung
Berang-berang makan tobat, hadiahnya dong biar semangat.