Gray adalah seorang anak yang telah kehilangan segalanya karena Organisasi jahat yang bernama Shadow Syndicate dia bahkan dijadikan Subjek Eksperimen yang mengerikan, namun dalam perjalanannya untuk menghentikan Organisasi tersebut, ia menemukan teman yang mengalami nasib sama sepertinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon GrayDarkness, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
017 - Neraka Hardcore (2)
Pertarungan itu memang berat. Ren, dengan kecepatan dan keahlian pedangnya yang luar biasa, mampu menghabisi beberapa monster besar dengan cepat, namun jumlah mereka yang banyak membuat mereka kewalahan. Taro, meskipun terampil dalam pertarungan jarak dekat, harus berhati-hati agar tidak terkepung. Ia menggunakan kecerdasannya untuk memanfaatkan medan, menarik monster-monster ke arah batu-batu besar dan memanfaatkan akar pohon untuk menghindar dari serangan. Anya, sambil mengobati pria yang sebelumnya meminta tolong, sesekali melemparkan bola-bola cahaya kecil yang mampu melukai monster-monster yang mendekat. Bola cahaya itu tidak cukup kuat untuk membunuh, tetapi cukup untuk mengalihkan perhatian mereka dan memberi waktu bagi yang lain untuk menyerang.
Gray, dengan kekuatan gelapnya, mampu mengalahkan monster-monster yang lebih kecil dengan cepat. Namun, kekuatan ini menguras energinya dengan cepat, dan ia mulai merasa pusing. Jazul, meskipun terluka parah, masih berjuang dengan gigih. Ia berteriak di sela-sela serangan, memberi arahan dan dukungan kepada teman-temannya.
Sebuah teriakan nyaring menggema di tengah pertempuran. Jazul, dengan luka-luka yang menganga, tiba-tiba mengeluarkan kekuatan yang tak disangka-sangka. Dari tangannya, bermunculan kartu-kartu poker, bukan kartu biasa, tetapi kartu-kartu yang tajam dan mematikan, seperti belati-belati kecil yang melayang di udara. Kartu-kartu itu bergerak dengan kecepatan luar biasa, menusuk dan melukai monster-monster yang mengepungnya dengan presisi mematikan. Serangan Jazul yang mengesankan berhasil membalikkan keadaan sejenak. Monster-monster yang sebelumnya tampak perkasa, sekarang tersandung dan terhuyung-huyung karena serangan-serangan tak terduga itu.
Di tengah serangan kartu-kartu itu, Jazul sempat menoleh ke arah Gray, matanya berbinar dengan rasa syukur.
"Terima kasih telah membantu,"
Katanya, suaranya hampir tertekan oleh raungan monster. Gray hanya mengangguk singkat, fokusnya tetap pada monster-monster yang masih menyerang.
"Terima kasihnya nanti saja,"
Jawab Gray, suara pedangnya beradu dengan taring-taring monster.
"Sekarang bukan waktu yang tepat untuk itu."
Ia melanjutkan serangannya, kekuatan gelapnya mengalir dengan lebih lancar setelah melihat kekuatan Jazul yang tersembunyi. Ren dan Taro juga memanfaatkan kesempatan ini untuk menyerang lebih agresif, sementara Anya terus memberikan dukungan penyembuhan. Namun, meskipun keadaan membaik, pertempuran masih jauh dari selesai. Jumlah monster yang masih hidup masih banyak, dan beberapa di antaranya tampak lebih kuat daripada yang lain. Aura korupsi yang mereka pancarkan semakin terasa kuat, seakan-akan memberi mereka kekuatan tambahan. Pertarungan yang berat ini masih berlanjut. Sebuah ketegangan besar melingkupi mereka semua. Apakah mereka akan berhasil keluar hidup-hidup? Pertanyaan itu terngiang di benak mereka semua di tengah hiruk pikuk pertempuran.
Gray, tanpa ragu, mengarahkan pandangannya pada monster terbesar di antara gerombolan itu. Makhluk itu, jauh lebih besar dari yang lain, memiliki kulit seperti batu basal yang gelap dan berkilau, dan taring-taring yang panjang dan tajam menonjol dari rahangnya yang mengerikan. Aura korupsi yang dipancarkannya jauh lebih kuat, membuat bulu kuduk Gray merinding.
Dengan teriakan perang yang keras, Gray menerjang ke depan. Kekuatan gelapnya meledak, membentuk sebuah pedang energi gelap yang berkilauan di tangannya. Dia berlari dengan kecepatan luar biasa, hasil latihan keras bersama kakeknya, Apis, menghindari serangan-serangan acak dari monster-monster kecil yang mencoba menghalangi jalannya. Ren, dengan gesitnya yang luar biasa, bergerak seperti bayangan, melindungi Gray dari serangan-serangan yang berhasil menembus pertahanan Taro dan Anya.
Taro, dengan busur dan anak panahnya yang ajaib, terus menembakkan anak panah yang dipenuhi energi suci, mencoba untuk melemahkan monster besar itu dari jarak jauh. Anya, di tengah-tengah kekacauan, terus memberikan dukungan penyembuhan kepada tim, mantra-mantranya yang lembut namun kuat menyembuhkan luka-luka mereka dengan cepat. Jazul, meskipun masih terluka, terus melemparkan kartu-kartunya dengan presisi yang mematikan, menciptakan gangguan dan celah bagi Gray untuk menyerang.
Pertempuran mencapai puncaknya. Gray beradu pedang dengan monster besar itu, energi gelapnya berbenturan dengan kulit keras monster tersebut, menciptakan percikan-percikan api yang menyilaukan. Dia mengelak, menghindar, dan menyerang dengan cepat, memanfaatkan kelemahan monster itu dengan tepat. Kekuatan gelapnya yang semakin kuat memberikannya keunggulan.
Setelah pertarungan yang sangat sengit dan melelahkan, di mana keringat bercucuran dan napas terengah-engah, Gray berhasil memberikan serangan terakhirnya. Dengan kekuatan penuh, dia menusukkan pedangnya energi gelap ke jantung monster besar itu. Makhluk itu meraung keras, tubuhnya bergetar hebat sebelum akhirnya runtuh tak berdaya, debu hitam memenuhi udara.
Dengan runtuhnya monster besar itu, monster-monster lainnya tampak kehilangan semangat juang mereka. Mereka mulai mundur, menjauh dari medan pertempuran. Gray dan teman-temannya memanfaatkan kesempatan ini untuk melepaskan serangan terakhir, hingga akhirnya tidak ada satu pun monster yang tersisa. Keheningan tiba-tiba menyelimuti area tersebut, hanya suara napas mereka yang tersisa. Mereka telah menang.
Namun, kelelahan tampak jelas di wajah mereka. Luka-luka mereka yang baru saja disembuhkan oleh Anya kembali terasa perih. Di sekitar mereka, berbaring mayat-mayat monster yang mereka kalahkan, mengingatkan mereka akan pertarungan yang berat dan berbahaya yang baru saja mereka lalui. Di kejauhan, langit tampak sedikit lebih terang, seolah-olah kemenangan mereka telah sedikit mengusir kegelapan yang menyelimuti dunia ini.
Meskipun sebagian besar monster telah lenyap, beberapa sisa-sisa gerombolan masih berkeliaran di sekitar, tampak panik dan berusaha melarikan diri. Gray, dengan tenaga yang tersisa, memimpin serangan kilat. Ren dan Taro bergerak seperti hantu, memburu dan mengakhiri nyawa monster-monster lemah itu dengan cepat dan efisien. Anya, meskipun kelelahan, terus memberikan dukungan penyembuhan, sementara Jazul, masih terengah-engah, berhasil mengendalikan beberapa kartu poker untuk memberikan serangan terakhir yang tepat sasaran. Dalam waktu singkat, pertempuran kecil itu berakhir. Keheningan kembali menyelimuti area tersebut, diselingi hanya oleh suara-suara napas berat dan debaran jantung yang masih berdebar kencang.
Setelah memastikan tidak ada lagi ancaman, mereka mencari tempat yang aman untuk beristirahat. Mereka menemukan sebuah gua kecil yang tersembunyi di balik bebatuan besar. Di dalam, udara terasa lebih sejuk dan tenang. Anya dengan segera mulai mengobati luka-luka mereka dengan lebih teliti.
"Kita harus berterima kasih kepada Jazul," kata Taro, sambil membersihkan anak panahnya yang patah.
"Kekuatannya sungguh mengejutkan."
Jazul tersenyum lemah, "Aku...aku juga tidak menyangka. Kekuatan ini muncul tiba-tiba saat aku hampir menyerah. Aku tidak tahu bagaimana cara mengendalikannya dengan baik. Akulah yang berterima kasih kepada kalian karena telah menolongku"
"Tenang saja,"
Kata Anya,
"dengan latihan, kau pasti bisa menguasainya. Kau memiliki potensi yang besar."
Gray mengangguk setuju.
"Kita semua memiliki potensi yang besar,"
Katanya, menatap Batu Inti Gaia di tangannya.
"Tapi kita perlu menemukan cara untuk menggunakan kekuatan kita untuk menyelamatkan dunia."
Ren, yang selama ini lebih diam, tiba-tiba berkata,
"Aku punya firasat bahwa ini bukan sekadar pertarungan melawan monster. Ada sesuatu yang lebih besar di balik semua ini. Adikku... aku harus menemukannya. Dia mungkin menjadi kunci dari semua ini."
Suasana menjadi hening sejenak. Mereka semua menyadari bahwa perjalanan mereka masih panjang dan berbahaya. Banyak misteri yang masih perlu dipecahkan, banyak tantangan yang harus dihadapi. Tetapi, bersama-sama, mereka memiliki harapan. Harapan untuk menyelamatkan dunia, dan mungkin, menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang membayangi mereka. Mereka beristirahat sejenak, mengumpulkan tenaga untuk melanjutkan perjalanan mereka, menuju petualangan yang tidak terduga.