Diharapkan bijak dalam memilih bacaaan
Rosaline Malorie adalah seorang wanita sederhana, tidak suka pakaian terbuka, cantik, rendah hati, tapi selalu diabaikan oleh kedua orang tuanya. Dalam hidupnya tidak sekalipun mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya dan kakak satu- satunya, bahkan dijadikan jaminan untuk mempertahankan perusahaan ayah yang tidak mengangapnya.
Tapi semua penderitaan Rosaline berubah, ketika dia secara tak sengaja bertemu dengan seorang CEO dari perusahaan terkenal di Spanyol dan termasuk jajaran orang terkaya di Eropa. Pria itu mengklaim bahwa Rosaline adalah wanitanya.
Rhadika Browns adalah seorang CEO berkedok Mafia. Jarang orang yang mengetahui wajah dari ketua Black Sky ini.
Bagaimana kisah pertemuan mereka?
Apakah Rosaline besedia menjadi milik Rhadika, dan menjalani takdir yang mempermainkannya ketika masa lalu pria itu muncul kembali?
Apa alasan Adijaya selalu mengabaikan Rosaline?
So,Yuk kita baca selanjutnya di cerita Mafia
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon The Winner Purba, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jaga Jarak
Seseorang dipintu sana terjatuh. Semua orang menoleh kearah kesana.
"Sial, kenapa istriku disini bodoh?" Dika geram terhadap dua penjaga yang berdiri didekat pintu.
"Maaf Tuan, nyonya tadi memaksa," jawab penjaga dengan takut. "S*ial, satu masalah saja belum selesai." Dika menggendong istrinya berlari ke arah kamar.
Max sudah memanggil dokter Darren sebagai dokter keluarga. Darren juga seumuran Dika dan bekerja disalah satu rumah sakit kelurga Browns.
Ros menyaksikan seluruh detail kejadian penyiksaan yang dilakukan suaminya. Saat Rhadika mengusap pelan kepalanya ketika memindahkan dirinya ketempat tidur, dia merasa terusik dan bangun mengikuti suaminya. Alhasil dia melihat aksi mengerikan suaminya.
"10 menit Max, tidak ada kompensasi," seru Dika tanpa mengalihkan perhatian dari sang istri yang sedang pingsan.
Max keluar dan menelepon Darren. "10 menit, tidak ada toleransi!"
Tut
Max langsung mematikan teleponnya. Dia malas mendengar celotehan sahabat sekaligus partner kerjanya.
"Aish, tidak asisten, tidak tuannya sama-sama gila dan tidak masuk akal. Dasar iblis." Darren sangat kesal. Bagaimana tidak, ia sekarang sedang bersiap melakukan operasi darurat. Namun asistennya datang mengabarkan siapa sipenelepon. Terpaksa dia mengalihkan tanggung jawabnya demi pemilik rumah sakit ini.
Setelah sampai didepan mansion, Darren bergegas kekamar Dika dimana didepan pintu ada Max yang sedang menunggunya. "Silakan masuk dokter!" Max bersikap formal.
"Cih, berhentilah bertingkah seolah kau adalah manusia normal," Darren mengejek Max. Dia membuka pintu kamar dan bergegas.
Darren langsung mempersiapkan alat stateskop, alat khas dokter. Dia tidak bertanya dan memperhatikan suasana kamar. Dipikirannya saat ini, sahabatnya sekaligus pemilik tempat dia bekerjalah yang sedang sakit.
Meskipun tidak pernah sakit, tapi sahabatnya itu juga manusia bukan? "Periksa istriku!" Darren kaget dan menoleh kebelakang.
"What the hell, who is she?" tanya Darren heran melihat seorang wanita sedang menutup mata di tempat tidur sahabatnya.
Pasalnya tidak ada wanita yang pernah dibawa Rhadika kemansion terutama kamar pribadinya. Memang Rhadika bukan seperti dia, penikmat wanita malam setiap waktu senggangnya. Hanya beberapa kali jika lelah bekerja saja. "Aku tidak membayar mu untuk bertanya, cepatlah s*ialan!" Dika menaikkan satu oktaf suaranya.
"Oke fine." Darren hendak menurunkan baju Ros kebagian dadanya. Ros memakai kaos polos biasa karena dia memang lebih suka memakai pakaian sederhana seperti itu. Kebiasaan orang kelas menengah masih dominan dalam dirinya.
"Apa yang kau lakukan Dokter bodoh?" Dika marah melihat tindakan Darren. "Why, ini memang harus diturunkan agar bisa mendengar denyut jantungnya," Darren berusaha menjelaskan pada pria kaku didepannya.
Dika naik ke ranjang, menurunkan baju Ros dan menutupi bagian dada istrinya yang sedang terokspos. "Cepat!" Darren langsung mendengar detak jantung Ros, kemudian memeriksa bola mata Ros.
"Sepertinya dia sedang syok. Detak jantungnya tidak normal. Apa hari ini dia melihat sesuatu yang dapat mengguncang mentalnya," jelas Darren.
Dika turun dari ranjang dan mengusap frustasi rambutnya. Darren yang melihat itu merasa bingung tapi tidak berani buka suara tentang identitas wanita yang sedang berbaring di ranjang.
"Dia butuh istirahat. Jika bangun jauhkan dari hal-hal yang membuatnya takut, minimal dua sampai tiga hari! Aku akan memberikan resep obat pada Max." Darren bergegas merapikan alat-alatnya dan keluar dari kamar.
Setelah keluar dari kamar, Darren langsung menghampiri Max di ruang tamu. "Who is she? tanya Darren penasaran. Darren memang tipe orang yang suka penasaran, lebih ramah, dan tidak dingin seperti kedua sahabatnya.
Namun bisa dikatakan Darren adalah penikmat dan pecandu bawah pusar wanita. Para perawat cantik dan seksi digodanya dan diajak menghabiskan malam bersama. Tapi catat, dia tidak akan memaksa lawan mainnya.
Diantara mereka bertiga hanya Max yang tidak terlalu memusingkan tentang wanita. Hanya sekali dia pernah menghabiskan malam dengan wanita. Itupun saaat dia lelah dengan pekerjaannya. Entah siapa temannya ber*cinta dia tidak tau, karena dia ditinggalkan sebelum fajar menyapa pagi hari.
Max tidak terlalu peduli dengan siapa dia bermain, karena wanita itu mengambil kalung berwarna silver yang bernilai fantastis miliknya. Mungkin itu bayarannya, karena Max tidak memegang uang cash. Namun satu hal yang terbesit dihati Max, dia lah yang menikmati keper*awanan wanita itu.
"Dia adalah nyonya muda Brows," jelas Max. Dia menjelaskan secara singkat. Jika diceritakan secara detail, sampai kemudian hari pun itu tidak akan selesai. Max tau, Darren tipe orang yang kepo dan menyebalkan.
"When, kapan mereka menikah? Dimana? Aish, Kenapa tidak mengundangku?" Darren mengubah ekspresinya menjadi sedih bercampur kesal.
"Bukan urusanmu! Untuk apa kau masih disini. Bukankah tadi kau ada operasi?"
"Apa kau mengusirku?" Darren memasang wajah menyedihkan.
"Menjijikkan, pergi dari sini!" Inilah yang tidak disukai Max dari Darren, Darren bisa mengekspresikan diri disetiap situasi yang dihadapinya, dan itu membuat Max muak dan merasa jijik. Sedangkan dia dan tuannya, wajah dingin adalah dasar segala sesuatu keadaan yang dihadapi mereka.
"Ck, baiklah. Ini resep obat untuk kakak ipar," seru Darren memberikan selembar kertas kecil. "Jika ada sesuatu kabari aku!"
"Hmmm, pergilah. Cassanova sepertimu tidak cocok di mintai bantuan." Max tau selesai dengan tugas ini, dokter cabul ini akan bermain dengan wanita-wanitanya.
Dika dikamar sana sudah merasa frustasi. Bagaimana tidak, istrinya sudah melihat siapa sebenarnya dirinya. Sycopath? Bahkan lebih. Itulah seorang Rhadika Browns, mati segan hidup tak mau, itulah kata yang keluar dari mulut setiap korbannya.
Dia berdiri dan mengusap pelan kepala istrinya. Mencium singkat bibir istri yang mulai mengisi hari-harinya. Ia bergegas keruang kerja, dia tidak mau membuat istrinya takut. Darren mengatakan harus menjauhkan istrinya dari penyebab dia pingsan.
Sesaat setelah Dika keluar, Ros membuka mata. Dia mengerjap melihat sekelilingnya, berharap orang yang dibutuhkannya ada disampingnya. Nihil, tidak ada seorang pun. Dia menghela napas dan turun dari tempat tidur.
Didepan pintu ada seorang wanita berdiri sambil memegang ponsel melihat kepergian seorang pria yaitu suaminya.
"Clasy, apa yang kamu lakukan disini? tanya Ros.
"Ma...maaf Nyonya, saya ingin... ingin memanggil nona makan malam," jawab pelayan itu gugup sambil memasukkan ponselnya kedalam saku miliknya.
Mendengar itu Ros abai saja dan tidak jadi turun kebawah. Dia menunggu Dika dikamar. Hampir pukul 02.00 pagi suaminya belum datang juga kedalam kamar.
"Apa dia benar-benar tidak ingin melihatku. Sudah pukul 02.00 dia tidak menjenguk ataupun menenangkan ku." Ros sedih, memang benar dia takut, tapi ini takdir bukan? Kejutan hari ini yang mengejutkan jiwa dan mentalnya begitu berat.
Bagaimanapun juga Dika adalah suaminya. Sekejam dan sebengis apapun pria itu, tetap saja dia harus menerimanya. Dia akan berusaha menyesuaikan diri dengan kehidupan dunia bawah, kehidupan suaminya.Tapi dia benar-benar kecewa dengan perhatian suaminya yang minim.
Tidak tau saja diruang kerjanya seorang pria juga ingin melihat keadaan istrinya, namun mengingat pesan Darren bahwa dia harus jaga jarak demi kesehatan istrinya.
Diseberang sana, tepatnya di markas Ghost Lion, seorang pria seumuran Dika tertawa. "Nikamatilah roda kehidupanmu. Akan kutancapkan duri disetiap awal kebahagiaan mu, Rhadika Browns," pria itu tersenyum smirk. Dia baru saja menerima pesan dari mata-mata di mansion keluarga Browns.
Jangan lupa like, dan masukkan ke favorit😊🙏