Bagaimana rasanya di tinggalkan untuk selamanya di hari pernikahan. Hari yang harusnya membuat bahagia, namun itu membuat luka.
Dan gadis cantik itu pun harus menerima cacian dan makian, juga di cap sebagai gadis pembawa sial.
Lalu tiba-tiba, ada seorang laki-laki yang bersedia menikahinya agar membuang kesialan itu. Laki-laki yang tidak dia kenal sama sekali, tiba-tiba menjadi suaminya.
Siapakah Laki-laki itu? Dan bagaimanakah kehidupan rumah tangga mereka? Apakah cinta akan tumbuh di hati mereka?
Simak yuk, hanya di Novel ini
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurmay, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Akhirnya...
Seharian full Agra hanya diam dirumah menemani Kiran yang memang membutuhkan istirahat total.
Dan perlahan keadaan Kiran pun semakin membaik, karena Agra yang selalu menghiburnya dengan rayuan dan guyonan yang membuat Kiran tertawa lepas.
Dari mulai memasak kue bersama dan hasilnya hancur semua, memanjat pohon kelapa di halaman belakang, dan menangkap ikan di kolam, semua mereka lakukan dengan sangat riang.
Dan kini di bawah bintang yang berkelip dan bulan yang terang benderang, di halaman belakang Agra sudah menyiapkan panggangan untuk memanggang ikan yang ia ambil di kolam ikan dan dua buah kelapa hijau yang sudah tersedia di atas meja sana.
Mengingat kelakuannya hari ini, memanjat pohon kelapa? sungguh membuat dia berpikir bagaimana jadinya kalau anak buah juga rivalnya mengetahui apa yang dia lakukan. Akankah harga dirinya jatuh sejatuh jatuh nya. Agra mentertawakan tingkah bodohnya itu
Makan ikan bakar dan meminum air kelapa yang segar nan manis. Kiran benar-benar di buat bahagia hari ini, Agra selalu menggodanya tanpa henti.
''Kiran?''
''Apa, Mas?''
''Apa kita perlu melakukannya sekarang? disini?''
''Mas... habiskan dulu makannya. Setelah itu mandi, kau bau,'' balas Kiran yang sekarang membuat Agra tersentak malu.
Agra mengangkat tangannya dan mengendus di area ketiaknya, alisnya mengernyit karena dia sendiri tidak mencium apa-apa yang seperti Kiran katakan padanya.
Mata Agra memicing, mendekatkan wajahnya pada Kiran yang tengah meminum air kelapa melalui sedotan itu. Glek Kiran menelan langsung air kelapa yang masuk kedalam mulutnya. Di tatap seperti itu dengan mata tajam Agra, membuat dia sangat sulit bernafas.
''Sudah mulai berani mengataiku bau, hmmm?'' Kiran mengerlingkan matanya beberapa kali, dan lagi-lagi dia di buat gugup olehnya.
Cup' Agra mengecup singkat bibir Kiran yang basah karena ada sisa air kelapa di sana. Menjillat bibirnya sendiri lalu mengeluarkan senyuman aneh menurut Kiran.
Kiran tidak bergerak sedikitpun, bahkan untuk bersuara pun tidak mampu. Dan.. 'Cup sekali lagi Agra melakukannya tapi kali ini bukan hanya kecupan singkat melainkan sebuah ciuman yang dalam. Agra melahap habis bibir Kiran, memaksanya untuk membuka mulutnya agar liddahnya dapat mengabsen setiap deretan gigi rapih Kiran.
Menerobos masuk dan mengajak liddah Kiran untuk ikut bermain, sungguh permainan perang liddah itu sangatlah panas. Yang memang itu juga pertama kalinya untuk Kiran dan pastinya akan sulit untuk bersaing mendapatkan oksigen yang baik.
Agra melepaskan pagutan panas itu, karena menyadari kalau Kiran sudah mulai sangat sulit bernafas. Keduanya saling berbagi oksigen, dahi mereka saling bersentuhan. Sungguh indah kalau ada seorang fotografer yang mengambil momen itu karena di tambah nuansa bulan yang indah di atas sana.
Agra mengangkat alisnya sebelah dan Kiran mengedipkan kedua matanya. Kemudian Agra pun membawa Kiran kedalam gendongan nya dengan mata yang terus saling menatap.
Berjalan dengan perlahan sampai ketika mereka tiba di kamar besar milik Agra yang sudah menjadi kamar Kiran juga.
Meletakkan tubuh Kiran di atas ranjang, dan tanpa meminta bantuan lagi pada Krian untuk membuka seluruh pakaiannya, Agra sudah lebih dulu melepaskan dan hanya meninggalkan hotpants hitam miliknya yang masih membungkus tongkat saktinya.
Merangkak naik ke atas ranjang, dan langsung menyerang Kiran yang sudah pasrah di sana. Dari mencium mesra bibirnya, matanya, kedua pipinya dan terakhir dahinya lalu membisikan sesuatu kalimat yang membuat Kiran bisa rileks.
''Kamu harus percaya sama Mas, Mas akan pelan-pelan.''
Kiran pun mengangguk, dan Agra segera memagutnya lagi dengan sedikit liar dan turun ke area leher, lagi-lagi meninggalkan tanda cinta di sana, bukan hanya di satu tempat tapi di beberapa titik ia meninggalkan tanda merah itu.
Membuka pakaian Kiran dan perlahan lalu melemparkannya ke sembarang arah, kali ini yang ia lihat bukanlah B-ra yang berwarna merah muda seperti sebelumnya, tapi berwarna merah yang pastinya membuat dia bersemangat untuk segera melihat isinya.
Ia turunkan tali b-ra Kiran dan membuka kaitan yang ada di belakang dengan hanya sekali jentikan saja kaca mata pelindung itupun sudah terlepas dari tempatnya, meninggalkan sebuah gumpalan daging kembar yang sekal dan menggairahkan. Puncak yang berwarna merah muda itupun segera ia lahap dengan rakusnya.
Kiran mengerang nikmat, dan sesekali terdengar suara desisan tanda bahwa Kiran sudah berada di puncak libidoo nya yang tinggi. Tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan itu, Agra segera melepaskan celana panjang Kiran beserta segitiga pengamannya.
Dan .. Balm... Mata Agra menatap lapar pada gumpalan daging yang di tumbuhi bulu halus berbentuk segitiga itu, matanya bergantian melirik pada mata indah Kiran, tersenyum melihat gadis nya tengah malu karena terlihat dari pipinya yang memerah.
Tanpa pikir panjang lagi Agra segera melepaskan pakaian terakhirnya dan terpampang indah samurai Agra yang sudah siap memasuki liang kenikmatan itu.
Dan pergulatan panas pun terjadi begitu saja di malam pertama mereka, dengan keadaan jendela yang masih terbuka menampilkan cahaya bulan sebagai pengganti lampu yang telah Agra matikan.