“Ayo menikah! Setelah satu tahun mari kita berpisah!” —Arcelio Alexander.
“Oke kalau itu yang Bapak mau. Tapi setelah menikah saya tidak mau tidur satu ranjang dengan Bapak!” — Keyla Putri.
Keyla Putri terpaksa menerima perjodohan dan menikah dengan gurunya sendiri demi menyelamatkan perusahaan ayahnya yang terancam bangkrut.
Bagaimana kehidupan rumah tangga Keyla dan Lio setelah mereka menikah? Mengingat Lio adalah guru paling dingin dan menyebalkan di matanya.
Akankah tumbuh benih-benih cinta di antara keduanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Senja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 31
"Kenapa Kakak yang menjemput ku? Bukankah biasanya daddy?" Kevin bertanya pada pria sedang menatapnya dengan tatapan marah.
Bahkan ia enggan menjawab pertanyaan adiknya itu.
Sean terpaksa menjemput Kevin. Saat berada di kantor, Lio menghubunginya. Menceritakan semua yang terjadi di kantin tadi tanpa terkecuali.
"Kamu membuat ulah lagi?" Sean balik bertanya. Kalau remaja yang ada di sampingnya ini bukan adik kesayangannya, mungkin saja Sean sudah menenggelamkannya ke laut.
Sikapnya yang suka mencari perhatian, manja namun penakut itu membuatnya jadi anak emas di keluarganya. Tristan dan Violet takut jika Kevin tergores barang sedikitpun. Hingga mereka begitu memanjakannya.
Kevin menggeleng.
Bagaimana bisa kakaknya itu tahu kalau tadi pagi dia baru saja membuat masalah? Atau jangan-jangan, Lio yang membocorkan semuanya?
"Kamu membolos, Kevin! Dan kamu juga membuat kakakmu itu marah karena kamu berani menyentuh gadisnya!" seru Sean dengan emosi yang menggebu. Akibat ulah Kevin, ia terancam dipecat dari perusahaan milik Lio.
Dimana perusahaan itu adalah satu-satunya tempat Sean bertahan.
Sean menjalani masa hukuman dari Tristan karena terlalu sering mengencani banyak wanita tanpa mau menikahinya. Tristan hanya mau Sean jadi pria baik-baik tanpa mempermainkan banyak wanita. Seperti dirinya yang selalu setia pada Violet.
Setiap hari banyak perempuan yang datang ke kediaman Tristan untuk mencari keberadaan Sean. Mereka meminta pertanggung jawaban darinya.
Entah apa yang sudah Sean lakukan, yang jelas semua wanita di luar sana tentu saja akan berlomba-lomba mendapatkan Sean. Terlebih lagi, keluarga Sean adalah salah satu konglomerat paling kaya.
"K-kenapa Kakak malah menyalahkan aku? Salah Kakak sendiri yang suka celup sana sini," ucap Kevin dengan entengnya sembari melipat kedua tangan di depan dada.
Kevin memilih fokus menatap keluar jendela saat mobil milik Sean meninggalkan kawasan sekolah.
"Celup sana sini gundul mu! Aku masih perjaka bodoh!" Sean memukul lengan Kevin. Tak terima dengan ucapan sang adik.
"Sakit, Kak!" pekik Kevin sembari mengusap lengannya yang terasa panas akibat perbuatan Sean. "Lagipula, aku nggak percaya kalau Keyla itu calon istri kak Lio." tentu saja Kevin tak percaya, sebelum melihat dengan mata kepalanya sendiri mereka menikah.
"Berhentilah membuat masalah dengannya. Lalu cabut ucapan mu tadi. Kakakmu yang tampan ini tidak pernah celup sana sini! Aku hanya bersenang-senang saja karena—"
"Karena apa? Burung mu yang baperan itu?" celetuk Kevin melirik ke bawah yang sontak membuat Sean melotot tajam ke arahnya.
Tiba-tiba suasana di dalam mobil terasa mencekam. Kevin lupa, jika Sean sedang marah, dia akan meledak-ledak seperti petasan.
"Lihat saja setelah ini kamu tidak akan pernah berani mengejekku lagi," ucap Sean mengendarai mobilnya ke suatu tempat mobilnya.
Kevin mengernyit. "Kenapa kita ke KUA? Wanita mana yang mau Kakak nikahi?" tanyanya penasaran. Sean seharusnya membawanya pulang, bukan ke kantor urusan agama.
"Gadis incaran mu itu akan segera menikah," kata Sean memarkirkan mobilnya.
"Gadis incaran, maksudmu?" pikiran Kevin mulai melayang-layang memikirkan kalimat terakhir Sean tentang gadis incarannya.
Tak menjawab, Sean hanya menyunggingkan senyuman sembari keluar dari mobil.
*****
"Bapak ngapain bawa saya kesini?" tanya Keyla dengan raut wajah bingung. Pulang sekolah, Lio menariknya masuk ke mobil.
Keyla ingin sekali bertanya, namun ia urungkan. Percuma saja mengajak pria itu bicara disaat moodnya sedang tidak baik.
Tanpa Keyla sadari, Lio ternyata membawanya ke tempat dimana pria dan wanita mendaftarkan pernikahan mereka.
"Pak, kenapa diam? Saya nggak lagi bicara sama tembok 'kan?!" seru Keyla menarik sedikit ujung kemeja Lio.
"Nikah," jawab Lio singkat. Ia bicara tanpa menoleh sama sekali.
Keyla terkejut bukan main. Kedua bola matanya melotot seakan ingin keluar dari tempatnya. Lio memang tidak pernah main-main dengan ucapannya.
Keyla menggigit bibir bawahnya sendiri, mencari cara supaya bisa kabur dari sana. Enak saja, Lio bahkan tak meminta izin darinya untuk menikah. Kenapa sekarang tiba- tiba jadi begini?
"Jangan pernah punya pikiran kabur dari sini Keyla Putri! Atau hukuman kamu akan lebih berat dari yang kamu bayangkan." Lio menatap lurus ke depan. Menganggap seakan-akan Keyla sebuah patung bernyawa baginya.
"Kamu juga sudah berani membolos mata pelajaran saya selama dua jam. Saya nggak bisa ngasih toleransi lagi." Lio menyeringai, berbeda dengan Keyla yang membeku di tempat.