Duda Dingin Jatuh Cinta Lagi

"Papa mengundang kita untuk merayakan keberhasilannya jadi kepala daerah," ucap Hilmi setelah beberapa saat mereka terdiam.

"Aku ngga akan datang," tolak Gista langsung.

Buat apa? Mempermalukan dirinya di hadapan banyak undangan papanya yang mungkin saja ada yang mengenalnya?

Hilmi menghela nafas panjang, sudah menyangka dengan jawaban yang akan adiknya lontarkan.

"Papa ingin mengenalkan kamu dengan ponakan salah satu gubernur."

Gista tertawa sinis.

"Dia ngga perlu mengurus hidupku, mas. Mending buat anaknya aja."

"Mungkin Lola akan tunangan sebentar lagi. Katanya dengan salah satu pengawal gubernur teman papa."

"Kenapa.dia bukan dengan ponakannya, tapi pengawalnya," ejek Gista sinis.

Apa karena itu dia marah marah tadi?

"Pengawalnya masih sepupu gubernur juga "

Gista menghembuskan nafasnya kesal.

Bukan berita penting juga

"Ya sudahlah, mas. Bilang sama orang itu, jangan ganggu hidupku atau aku akan kembali lagi ke Paris," tegas Gista sangat dalam. Penuh kegetiran.

Hilmi terdiam. Dia merengkuh bahu adiknya.

"Di sini aja. Jangan pulang ke Paris. Rumahmu di sini."

"Tapi aku punya perusahaan di sana." Sudah lebih dari dua minggu Gista belum pulang ke sana. Asistennya Nichola sudah menghubunginya setiap hari, menanyakan kapan dia akan kembali.

"Kasih aja sama Nichola. Dia pasti bisa mengurusnya."

Gista ngga menjawab. Sebenarnya saat diminta kembali, dia pun sudah ingin melepas mandatnya. Tapi asisten sekaligus sahabatnya menolak.

Perusahaan itu mereka bangun bersama dari nol. Dari uang yang dihasilkan selama jadi model yang mereka tabung, hanya dengan membawa eksistensi mereka selama jadi model yang jauh dari gosip, mereka berhasil mengembangkannya.

"Kamu bisa pikirkan nanti," ujar Hilmi lagi. Kemidian dia menekan tombol pintu lift.

"Hati hati pulangnya," ucapnya setelah pintu lift terbuka

"Iya, mas."

"Oh iya, itu jas siapa yang kamu pake?' tanya Hilmi baru memperhatikan jas itu.

Gista ngga menjawab. Daun pintu lift yang tertutup membantunya dan sepertinya Hilmi.ngga terlalu penasaran.

Hilmi menunggu sampai pintu lift itu mulai bergerak. Setelahnya dia kembali ke ruangannya yang tadi.

Sementara di.dalam lift.yang menuju basemen, Gista masih merapatkan jas yang tersampir di pundaknya.

Kenapa dia membantu?

Tatap matanya tadi maksudnya apa?

Gista meraup kasar wajahnya.

Kenapa jantungku selalu sensitif sekarang? Padahal dulu dulu enggak.

Gista terus melakukan inhale dan exhale berulang kali.

Dia pun membuka pintu mobilnya. Menjalankannya perlahan.

Hatinya berdesir ketika sudah keluar dari basemen, dan melewati ngga jauh di depan pintu masuk hotel.

Matanya seolah bertatapan dengan Kaysar. Padahal kaca pintu mobilnya tertutup rapat dan ngga bisa dilihat dari luar.

Tapi Gista merasa saat ini mata elang Kaysar bisa melihatnya yang sedang menatapnya juga.

Gista pun memalingkan tatapanya dan segera berlalu meninggalkan hotel milik keluarga mereka. Tapi debaran dan desiran di dadanya ngga pernah bisa berhenti.

*

*

*

Besoknya di perusahaannya, Kaysar terpaksa hanya bisa mencebikkan bibirnya melihat sahabat dan sepupunya mengetawakannya. Mereka terlihat senang sekali.

"Lo norak Kay. Jangankan orang tua. Anak kecil aja pasti curigalah melihat kelakuan lo," ejek Eriel dalam gelaknya. Dia yang paling effort dalam mengata ngata-i Kaysar dibanding sahabat sahabatnya yang lain.

"Kalian aja terlalu berprasangka buruk," kilahnya kesal.

Tawa pun tambah keras bergema di ruangannya mendengarkan sangkalan Kaysar.

Kaysar sudah menebak melihat kedatangan mereka pagi pagi ke ruangannya. Seakan mereka ngga ada kerjaan saja. Padahal kerjaan dia aja banyak sekali. Bisa bisanya mereka bersantai hanya untuk mengetawakannya dan mengabaikan pekerjaannya.

Kaysar salah mengantisipasi. Dia mengira sahabat sahabatnya akan datang di siang hari. Saat jam makan siang, karena saat itu rencananyadia akan pergi satu jam sebelumnya.

"Udah diambil lagi belum jasnya?" ejek Zayn. Dia langsung mendapat cerita dari Nathan. Kebetulan daddy dan maminya mengajaknya maen ke rumah daddy Nathan. Nathan dan keluarganya pun sepulang dari pesta juga ngga langsung pulang ke rumahnya, tapi melipir ke rumah Daddynya.

Di sanalah Nathan bercerita tentang Kaysar. Tapi hanya padanya. Karena kalo daddy Nathan tau, pasti akan semakin heboh. Mungkin Daddy Nathan-Kalil akan langsung meminta Kenan-daddy Kaysar untuk langsung melamar Gista.

Padahal keduanya baru mau pedekate. Belum sejauh yang dipikirkan para orang tua itu.

Flashback on

"Menurutku dia naksir Gista. Cuma masih ngga mau jujur," kata Nathan malam itu.

"Sudah pasti naksirlah. Si Kaysar mana pernah perhatian sama perempuan kalo ngga suka. Setelah lima tahun ini, kita baru lihat dia aneh lagi, kan?" sahut Zayn.yakin. Apalagi dia dulu sempat lama bersama Kaysar di luar negeri. Sangat mengerti polahnya kalo sudah suka sama perempuan. Dulu, sih, Umayra

"Iya." Nathan tersenyum miring.

"Aku kira dia akan terus jadi duda kesepian," kekeh Zayn pelan. Nathan juga ikut terkekeh

Endflashback

"Shiitthh!" umpatnya sewot. Secepat itu semuanya tau. Eriel, Zayn dan Jeff sudah tau dengan sangat jelas.

Dia jadi was was kalo daddy dan maminya sudah tau. Apalagi Om Kalil-daddy Nathan.

Tapi sepertinya aman. Daddynya belum mengatakan apa pun. Berarti Nathan belum mengatakan apa pun pada daddynya.

"Kamu belum ketemu lagi? Mungkin Ziza yang mau ketemu," pancing Nathan setelah mereka puas tertawa.

"Jangan lama lama Kay," timpal Jeff.

"Lagian belum tentu juga si Gista mau sama Kaysar. Apa dia mau dengan duda yang sudah punya anak. Pasti mikirnya repotlah. Mau senang senang tapi udah ada buntutnya," sarkas Eriel. Dia hanya ingin sahabatnya cepat bergerak. Karena Eriel.yakin akan sulit menundukkan hati Gista yang punya taruma berat dengan laki laki.

"Iya, Kay. Kamu jangan terlalu jual mahal." Zayn ikut mengompori.

Bibir Fazza dan dan Nathan berkedut menahan tawa.

"Belum lagi papanya pasti mau jodohin dia dengan kenalannya di birokrasi." Jeff asal bicara saja. Tapi kata katanya sempat membuat netra Kaysar berpaling padanya.

"Aku dengar papanya udah kepilih, kan, jadi gubernur. Bisa aja yang dikatakan Jeff benar," tukas Nathan cepat menambah bensin agar cepat meledak.

"Ya biar ajalah. Aku juga ngga naksir dia, kok. Terserah dia kalo mau dijodohkan sama siapa," bantah Kaysar tetap menafikan kata hatinya yang sedikit mulai resah(?).

"Asal kamu nantinya ngga menyesal aja,"ucap Fazza kalem.

"Ngapain nyesal."

"Aku kunci, ya, kata katamu," pungkas Eriel dengan seringai mengejeknya.

"Aku yakin, paling ngga nyampe seminggu ada kabar mereka sedang ciu man," kekeh Zayn.

Fazza dan yang lain pun tergelak juga.

"Ngga mungkinlah. Ngawur." Kaysar terus saja membantah, tapi ngga dipedulikan mereka. Mereka terus saja berderai dalam tawanya.

*

*

*

Jasnya sudah diambil dari laundry. Bahkan sudah dua hari sejak kejadian itu. Gista masih bingung, apa.yang harus dia.lakukan dengan jas ini?

Dia ngga punya alasan untuk maen ke.perusahaan Kaysar. Sekarang Harvey sudah sembuh, dia yang menangani semua meeting.

Kemaren kata Harvey, mereka akan meeting bersama Kaysar, tapi laki laki itu ternyata ngga datang. Kaysar diwakili asistennya.

Gista juga ngga datang dengan alsan sibuk. Harvey ngga memaksa, dia ngga mau adiknya kabur ke Paris lagi.

Gista sudah selesai menikmati makan siangnya di sebuah kafe yang agak jauh dari perusahaan masnya.

Saat sedang berjalan keluar, Nichola menelponnya.

Gista mengeluh. Asisten sekaligus sahabatnya ngga henti hentinya memaksanya kembali ke Paris.

"Nichol, aku ngga bisa pulang. Nggak tau kapan," kesalnya memulai percakapan.

"Lukisamu laku aku jual!" sergah Nichola seolah ngga mendengar suara kesal sahabat sekaligus bosnya.

"Apa?" Dia.memang punya studio lukis di Paris dan ada puluhan lukisan di dalamnya. Ngga dijual, karena Gista ngga pe-de. Juga ngga berniat untuk dijual. Karena di setiap lukisan yang dibuatnya, ada kenangannya.

"Sorry, aku ngga sengaja mengajak Andres. Katanya dia butuh banyak lukisan untuk pamerannya. Aku teringat kamu yang punya setumpuk lukisan. Jadi aku ajak dia ke sana untuk melihat lihat dulu. Ternyata dia suka. Dia akan membayar sangat mahal," jelas Nichola menggebu gebu.

"Nichola! Kamu apa apaan, sih. Masa lukisan gitu ditunjukkan sama Andres," sanggah Gista sangat terkejut sekaligus malu. Dia memang punya setumpuk lukisan, tapi itu hanya hobi saja. Walau pun dia pernah sekolah art di Paris.

Andres itu seniman terkenal. Masa dia ngga bisa menilai mana lukisan yang bernilai jual tinggi dan mana yang hanya untuk mengusir tikus.

Terdengar suara tawa Nichola yang tampak senang membuat Gista kesal.

"Setelah pameran, katanya Andres mau ketemu pelukisnya."

"Ngapain...!" judes Gista.

"Ngelamar lagi mungkin." Setelahnya tawa Nichola sangat membahana di liang telinga Gista.

Andres Ferdinand, anak pengusaha yang lebih suka melukis dan sudah sangat terkenal di Paris dan beberapa negara Eropa lainnya. Dia juga punya darah Asia.

Saking kesalnya Gista langsung menutup ponselnya dan langsung meng off kannya agar sahabat kurang ajarnya ngga bisa menelponnya lagi.

"Tante....."

Gista menoleh. Wajahnya masih menyiratkan kekesalannya. Dan tatap matanya bertemu dengan mata elang yang berdiri kokoh di samping Ziza.