Gadis Gendut Istri Sang CEO

Tiba hari pernikahan Faero dan Eveline. Akad dilaksanakan di rumah Eveline. Clarissa sudah sampai di rumah Eveline sejak tadi untuk membantunya mempersiapkan semua dan ikut mendandani sahabatnya secantik mungkin.

Gaun yang dibuat Clari sangat pas dan cocok dibadan Eveline. Lavina juga ikut membantu, dia yang jago dalam hal make up. Akad diadakan sekalian resepsi, jadi acara digelar sampai malam.

Penghulu sudah siap untuk menikahkan mereka berdua. Ayah Eveline akan menjadi wali nikahnya, ini adalah momen terindah dihidup mereka yaitu kedua orang tua Eveline.

Eveline masih ada diruangan lain terpisah dengan Faero. Ijab qobul pun dimulai, Faero sudah siap menjabat tangan tuan Ferry. Rasa dag dig dug berkecambuk dihati Faero. Pelan dia mengambil nafas untuk menghilangkan rasa gugupnya, jangan sampai salah sebut nama.

Faero mengucapkan ijab qobul dengan lancar dan lantang. Semua serempak mengucapkan SAH, penghulu memimpin doa untuk pengantin baru agar kehidupan kedepannya bisa berjalan dengan bahagia. Bisa menjalin keluarga yang sakinah mawadah warahmah.

Eveline dibawa keluar didampingi oleh mamanya dan Clarissa. Bak putri dongeng, Eveline sangat cantik hari ini. Sampai Faero tak berkedip melihat istrinya.

Faero melihat Eveline yang sekarang duduk disampingnya sambil tersenyum. Kecupan manis mendarat dikening Eveline. Mereka pun saling bertukar cincin dan menandatangi buku nikah. Setelah itu mereka foto bersama.

Acara langsung dilanjut dengan resepsi. Banyak tamu berdatangan, termasuk dari kerabat, saudara, teman, bahkan karyawan kantor. Mereka serempak memberi doa agar kebahagiaan selalu menyertai pengantin baru itu.

"Ya ampun kak Velin hari ini cantik sekali. Gaunnya pas sekali dan indah saat dipakai." ucap Lavina yang tengah duduk disamping Clarissa.

"Buru gih nikah nanti aku buatin gaun yang jauh lebih indah untuk kamu" sahut Clari.

"Aahh nanti lah gak sekarang kak. Jodohnya belum datang masih perjalanan" jawab Lavina.

"Lah itu si Michael gimana!"

"Uhuk.....uhuk.....kok malah dia sih kak, tukang ngeselin itu orang. Ogah sama dia, mending aku gak nikah saja kalau harus sama asisten bawel itu" karna ucapan Clari sampai membuat Lavina yang sedang minum jadi tersedak.

"Jangan gitu nanti kalau jodoh bagaimana! Malu sendiri loh nanti......Michael orangnya baik kok kenapa gak mau?"

"Dia itu ngeselin, cuek, bawel dan suka ngatur. Gak ada positifnya itu si asisten bawel. Amit-amit deh kak Kendrick kok sampai bisa jadikan dia asistennya." celoteh Lavina tapi malah orang yang di umpatnya ada di belakangnya.

"Siapa yang kamu bilang bawel hah" sahut Michael yang ternyata mendengar ucapan Lavina.

"Mas dari mana saja aku dari tadi nyari kamu sama Lavina" keluh Clarissa.

Kendrick hanya diam tak menjawab ucapan Clarissa. Sementara Lavina malah berdebat dengan Michael.

"Ya memang situ bawel, gak ada bedanya sama kak Ken. Sana jauh-jauh males deket sama situ" ketus Lavina.

"Siapa juga yang mau deket-deket sama kamu, gr banget. Laki-laki pada kabur semua kalau tingkah nya kayak bocil"

Perkataan Michael memantik kemarahan Lavina. Memang sijoli dua ini tak pernah akur kalau setiap kali bertemu. Seperti kucing dan tikur yang suka kejar-kejaran. Akhirnya Clarissa mengajak Lavina ke tempat lain agar tidak bertengkar dengan Michael.

Kalau mereka dibiarkan saling bertemu seperti itu malah membuat kekacauan dengan perdebatan mereka yang tiada henti. Lavina langsung duduk saat Clarissa mengajak dia ke dalam rumah Eveline.

"Si bawel itu memang hanya bisa membuatku marah saja. Moodku jadi hilang karna dia" gumam Lavina yang masih menetralkan kekesalannya.

"Duh kamu nih apa setiap hari kalian begini kalau bertemu? Kayak kucing sama tikus saja" keluh Clari.

"Kalau dia gak memulai duluan mana mungkin aku melawan kak." Lavina mendengus kesal sambil mengatur nafasnya.

Clarissa hanya bisa geleng-geleng kepala melihat adik iparnya dengan asisten suaminya yang selalu bertengkar kalau bertemu dan suka berulah. Ada saja yang didebatkan oleh mereka berdua.

...******...

Tiada pernikahan tanpa permasalahan. Tak ada kehidupan tanpa ujian dan cobaan, tapi disetiap permasalahan pasti ada titik dimana masalah itu akan terselesaikan. Merubah kepahitan menjadi manisnya senyuman. Merubah kegelapan menjadi indahnya pelangi yang terpancar setelah adanya hujan.

Satu bulan telah berlalu namun tak ada tanda-tanda perubahan dari Kendrick untuk Clarissa. Setiap hari hanya sabar yang dilakukan oleh Clarissa, bahkan didepan mertuanya ia harus bisa bersikap baik-baik saja. Padahal dibelakang itu ada luka yang sangat besar.

Sungguh hati Clarissa sangat besar untuk menerima Kendrick. Sampai detik ini Clarissa terus bertahan dengan pernikahan yang penuh dengan penderitaan buatnya.

Tuan Alvero dan nyonya Mesya kembali ke luar negri untuk mengurus bisnisnya disana. Dan kini tak perlu pura-pura lagi untuk tersenyum, karna hanya Lavina yang tua bahwa kakak iparnya tak pernah bahagia dalam pernikahannya.

Semua itu dilakukan oleh Clarissa agar Kendrick bisa membuka hatinya untuk mencintai seseorang walau pun itu bukan dirinya. Luka yang sangat dalam di hati Kendrick menjadikan dia lelaki yang dingin, cuek, dan pemarah. Kepradian itu yang ingin di rubah oleh Clarissa.

Lagi dan lagi Kendrick menyakiti hati Clarissa, pagi ini dia pergi tanpa menghiraukan istrinya. Dan sudah satu minggu ini Kendrick selalu pulang larut malam entah apa yang dilakukannya diluar sana sampai harus pulang malam.

"Nanti kamu pulang agak cepat dikit boleh gak? Kamu mas jangan pulang larut malam terus, apa sepadat itu kerjaan kamu?" tegur Clarissa dengan lembut.

"Terserah aku mau pulang malam atau gak pulang sekalipun bukan urusanmu!!" tegas Kendrick yang tidak mau diatur-atur oleh Clarissa.

"Tapi kamu punya istri dirumah, kamu sudah janji loh sama aku untuk memberi waktu tiga bulan. Tolongnya mas tepati janji kamu, hanya tiga bulan saja kok. Aku mohon..!" begiru besar pengorbanan Clarissa namun Kendrick tak sesikit pun melihat itu.

Kendrick tak menghiraukan ucapan Clarissa dan berlalu pergi meninggalkannya. Diluar sudah ada Michael yang menunggu sejak tadi.

Air mata yang masih tersisa di pipinya dia usap agar tidak nampak oleh semua orang terutama Lavina. Clari berusaha tersenyum kepada semua orang padahal hatinya rapuh.

"Chel nanti kamu batalkan meeting dengan perusahaan XXX. Gak ada penolakan atau alasan apapun kamu undur saja waktunya." ucap Kendrick.

"Baiklah" Michael ingin menolak tapi bagaimana lagi kalau Kendrick sudah berucap seperti itu artinya perintah dia harus dilaksanakan.

Sesampainya diperusahaan Kendrick langsung turun, masuk ke lift untuk menuju ruangannya di ikuti Michael dibelakang nya. Tak disangka saat lift terbuka terlihat sosok Jennie yang sedang berjalan menuju ruangannya.

Kendrick ingin menghindar namun sudah di lihat oleh Jennie duluan. Jadi Ken pun menghampiri Jennie. Entah apa yang ada dalam pikiran Kendrick sekarang. Ia langsung menyuruh Michael untuk pergi dari sana.

Didalam ruangan itu tinggal lah Kendrick dan Jennie berdua. Hmm ada hubungan apa ya si nenek lampir dan tuan Ken. Tapi kalau dilihat Kendrick seperti ingin menghindar namun gak bisa.

"Ada apa kamu kesini lagi?" tanya Kendrick masih dengan nada yang biasa saja.

"Untuk apa? Ya mau ketemu sama kamu lah sayang." jawab Jennie sembari mendekati Kendrick.

"CUKUP!! Aku sudah tidak tahan lagi dengan sikapmu ini. Aku memang bodoh harus mengikuti alurmu. Clarissa yang seharusnya aku perlakukan selayaknya istri tapi tak sedikit pun dia dapatkan" marah Kendrick membuat Jennie terkejut.

"Apa maksudmu sayang?" tanya Jennie yang bingung.

"Kita sudah permainan ini Jennie. Aku tidak mau lagi menyakiti istriku hanya demi perempuan seperti kau. Dari awal aku sudah muak melihat wajah mu itu, kalau tidak demi Clarissa tak akan aku biarkan kamu masuk dalam kehidupanku lagi." cecar Kendrick yang sudah marah.

"Apa kamu tidak ingat dengan ucapanmu waktu itu? Apa kamu mau melihat Clarissa menderita?"

"Aku tak peduli lagi dengan ancamanmu Jennie. Sekuat tenaga aku akan melindungi istriku dari perempuan licik sepertimu. Sudah cukup luka yang dideritanya selama ini, jangan pernah kamu datang lagi ke sini atau berani menampakkan diri dihadapanku. INGAT ITU!!"

"Enggak Ken.....kamu gak boleh pergi dariku, aku cinta sama kamu. Mana mungkin aku akan melepaskan kamu demi perempuan jelek itu. Kamu gak cinta kan sama dia?" Jennie memohon kepada Ken agar tidak melepasnya lagi.

"Cinta atau tidaknya itu bukan urusanmu. Dia selama ini sudah baik padaku, merawatku dengan sepenuh hatinya. Tak ada sedikit pun rasa benci di dalam hatinya walau pun aku memperlakukan dia seperti pembantu."

"Kendrick, aku tidak akan pernah melepaskan kamu sampai kapan pun. Kamu hanya milikku dan tidak ada yang boleh mendekatimu selain aku."

Plak...

Satu tamparan keras mendarat di pipi Jennie. Pipi yang putih mulus terpampang brkas tamparan yang menjadikan kulit putih itu merah. Jennie sangat terkejut dan syok. Orang yanh dia cintai malah berbuat kasar padanya. Sampai berani menampar dia.

Jennie memegangi pipinya yang terasa panas karna tamparan dari Kendrick yang cukup keras. Siapapun tak pernah ada yang menamparnya bahkan orang tuanya sekali pun. Ia menangis dan mengancam Kendrick. Tapi ancaman itu tak dihiraukan oleh Ken.

"Awas kau Ken, aku akan membuat kamu dan perempuan jelek itu menderita. Tak akan aku biarkan kalian hidup bahagia." setelah mengucapkan hal itu Jennie berlalu pergi dari ruangan Kendrick sambil membanting pintu cukup keras.

Kendrick langsung terduduk di kursinya. Tidak seharusnya juga dia tadi menampar Jennie. Selama ini dia berusaha agar tidak menyakiti perempuan apakagi berbuat kasar. Karna sudah tersulut emosi jadi amarahnya tidak terkendali lagi. Walau pun begitu dalam hatinya tak ada rasa iba sedikit pun kepada Jennie.

Dia sudah membuat kesalahan besar dengan menjalin hubungan di belakang istrinya. Tapi hubungan itu tak sedikit pun di inginkan oleh Kendrick. Ia hanya ingin melindungi Clarissa, tapi sekarang dia sadar kalau perbuatannya salah. Ia merututi kebodohannya yang tega menghianati Clarissa.