NovelToon NovelToon
Perjalanan Cerita Cinta Kita

Perjalanan Cerita Cinta Kita

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Single Mom / Hamil di luar nikah / Mengubah Takdir / Kehidupan di Kantor / Balas dendam pengganti
Popularitas:614
Nilai: 5
Nama Author: Violetta Gloretha

Arabella Brianna Catlin Hamilton saat ini tengah tersenyum sumringah dan perasaanya amat sangat bergembira.

Bagaimana tidak? Hari adalah hari anniversary kedelapan dari hubungannya dengan kekasih sekaligus teman masa kecilnya— Kenan Kelvin Narendra.

Namun, hatinya tiba-tiba hancur berkeping-keping ketika Kenan memutuskan hubungan dengannya tanpa alasan yang jelas. Kemudian, Bella mengetahui bahwa lelaki itu meninggalkannya demi wanita lain— seseorang dari keluarga kaya raya.

Karena tidak tahan dengan pengkhianatan itu, Bella menghilang tanpa jejak.

Dan enam tahun kemudian, Bella kembali sebagai seorang pengacara terkenal dan berusaha balas dendam kepada mereka yang berbuat salah padanya— keluarga si mantan.
**


Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Violetta Gloretha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Makan malam

    "Apa Mommy marah?." Tanya Stevia setelah Bella menutup ruang konferensi tersebut.

    Bella belum menjawab, dia langsung menggendong Stevia dan menggelengkan kepalanya. "Tidak, sayang. Tapi Mommy ingin kamu lebih mendengarkan apa kata mommy dan tidak menyusahkan bibi Nita lagi lain kali, oke?."

    Stevia menganggukkan kepalanya dan melingkarkan tangannya dileher Bella. Sementara itu Bella menoleh kearah Felix yang berjalan kearahnya. "Tuan Felix, Saya tidak akan bergabung dengan kalian untuk makan siang. Saya akan makan siang dengan putri saya saja."

    Felix tersenyum dan menganggukkan kepalanya. "Tentu saja, silahkan."

    Bella menganggukkan kepalanya dan berjalan pergi. Sementara itu, orang-orang yang berada di luar konferensi termasuk Felix merasa penasaran dengan identitas asli Bella.

    Dia sepertinya dekat dengan CEO. Dan mereka bertanya-tanya apa hubungan mereka karena Kenan bisa mengabaikan sikap kasar yang Bella tunjukan.

    Namun, beberapa karyawan lama yang berasal dari departemen hukum sudah mengenal Bella sejak wanita itu sering mengunjungi perusahaan enam tahun yang lalu.

    Seorang wanita tiba-tiba datang dan berkomentar. "Aku terkejut melihat dia sekarang menjadi direktur hukum kita yang baru. Bukannya hubungan dia dengan CEO sudah putus?."

    Mendengar komentar itu, beberapa orang yang tidak tahu pun merasa penasaran.

   "Apakah maksudmu pengacara baru itu pernah berkencan dengan Tuan Ceo? Tapi bukankah CEO berpacaran dengan nona Sofia dan mereka akan segera menikah?." Salah satu dari mereka bertanya dengan berbisik.

    Segera, gosip pun mulai menyebar di perusahaan itu ulah beberapa karyawan.

    Semua orang kini sudah mengetahui jika Bella, mantan CEO yang di tinggalkan, telah kembali dan akan bekerja di perusahaan.

   

    Saat beberapa karyawan berkerumun untuk mengobrol tentang gosip terbaru di perusahaan di departemen akuntansi. Ada seorang wanita yang meminta diri dari kerumunan itu untuk pergi kekamar mandi.

    Sesampainya dikamar mandi, dia memeriksa setiap bilik untuk memastikan jika disana tidak ada orang dan kemudian meraih ponselnya dari dalam tasnya.

    Dia mencari nomor seseorang dan langsung menempelkan benda pipihnya itu disamping telinganya. Setelah beberapa detik dan panggilannya telah terhubung, wanita itu langsung buka suara. "Halo, Nona Sofia. Saya punya kabar untuk anda." Lapor wanita itu. "Mantan kekasih tuan CEO sudah kembali—"

    "Apa?." Teriak Sofia dari seberang sana..

    "Benar, Nona. Dia akan menjadi Direktur Hukum perusahaan dan saya mendengar bahwa Tuan Ceo sendiri yang mempekerjakan nya." Sambung wanita itu. "Saya hanya berpikir, bahwa saya harus memberitahu anda hal ini karena kita sudah sepakat."

    Sementara itu, Sofia mengepalkan tangannya setelah memutuskan panggilan mereka. Padahal saat itu dia tengah menikmati perawatan spa yang ada di fasilitas hotel Narendra paradise. Namun, tiba-tiba suasana hatinya terganggu setelah mendengar berita buruk itu.

    Sofia mencoba tenang dan dia beralih untuk menelpon Kenan. Tetapi Kenan justru menolak panggilan teleponnya. Dan karena itu, membuat rasa cemburu dalam diri Sofia bertambah besar.

    'Apakah wanita jalang itu kembali untuk mencuri Kenan dariku?.' Batin Sofia. 'Bella! Aku tidak akan membiarkan kamu merebut Kenan yang memang sudah ditakdirkan untuk ku!.'

    Meskipun Kenan mengetahui rencana Sofia enam tahun yang lalu, dia tidak membencinya atau pun mengusirnya. Karena itu, Sofia menganggap jika Kenan kekasihnya. Sofia pikir Kenan mencintainya dan itulah mengapa Kenan tidak melakukan apa pun padanya setelah tau dirinya menjebak Bella.

   Sofia tidak akan duduk diam saja setelah Bella akhirnya mendapatkan lelaki itu.

    ***

    Disisi lain, Bella dan Stevia baru saja masuk ke sebuah restoran. Mereka memutuskan untuk makan siang berdua saja karena Nita telah pergi untuk menulis bukunya di suatu tempat.

    Mereka memilih meja yang berada didekat jendela dan pelayan datang untuk menerima pesanan mereka. Selama menunggu makanan mereka, Stevia mendongak menatap sang ibu. "Mommy, paman yang tadi. Apa dia teman Mommy?."

    

    Bella mengernyitkan dahinya. Bertanya-tanya mengapa Stevia seakan tertarik pada Kenan. Bella tidak ingin menjelek-jelekkan lelaki itu didepan Stevia, tetapi dia juga tidak ingin putrinya itu mengenal Kenan dengan baik.

    "Dia klien Mommy." Jawab Bella.

    Sementara Stevia menganggukkan kepalanya dan tersenyum. "Mungkin dia bisa menjadi ayahku. Bukankah Mommy sedang mencari lelaki untuk diajak menikah? Menurut ku dia sangat tampan, Mommy."

    Jantung Bella berdegup kencang. Dia mengulurkan tangan dan membelai rambut Stevia. "Mommy akan segera mencarikan ayah baru untuk kamu. Tapi bukan dia."

    Stevia menekuk bibirnya kesal dan tidak mengatakan apa pun setelah kemudian pelayan datang membawa makanan pesanan mereka. Tak lama kemudian, ibu dan anak itu menggali informasi dan terus mengobrol tentang sekolah baru Stevia dan bagaimana agar dia bisa mendapatkan teman baru disekolah nya.

    Bella begitu asyik mengobrol bersama dengan putrinya hingga dia tidak menyadari ada seseorang yang tengah berjalan mendekati meja mereka. Tiba-tiba Bella mendongak dan matanya bertatapan dengan sepasang mata yang tidak pernah bisa ia lupakan.

    Bola mata coklatnya dan itu milik seorang wanita cantik yang tidak lain adalah Sofia Vergara. Dan dari raut wajah Sofia, Bella tau dia mengenalinya.

    'Bagus sekali, akan ada drama baru lagi yang melelahkan.' Batin Bella. 'apa yang dia inginkan sekarang?.'

    Bella hendak mengusir Sofia dari dekat mereka. Namun Sofia telah lebih dulu buka suara. "Bukankah kamu ini seorang jalang, Bella? Beraninya kamu datang lagi  untuk merayu Kenan? Apa kamu tidak punya malu?."

    Tatapan mata Bella menjadi dingin. Sofia tidak tahu jika dia bukan orang yang sama seperti enam tahun yang lalu. Saat itu. Sofia seperti seorang dewi dan Bella bahkan tidak bisa melawan diri dari dia.

    Sekarang, Bella adalah wanita yang telah berubah. Tidak ada yang memanggilnya menyebalkan dan lolos begitu saja.

   

    Beraninya dia berbicara seperti itu didepan putrinya?.

    Bella pun beranjak dari tempat duduknya, dia melayangkan tatapan tajamnya pada Sofia sebelum akhirnya Bella memberikan tamparan yang cukup keras diwajah wanita itu. Bahkan suara tamparan nya menggema didalam restauran tersebut, bukti betapa sakit dan panasnya itu di kulit pipi Sofia. Keheningan terjadi didalam restoran itu saat beberapa pengunjung restoran menoleh kearah kedua wanita itu untuk menyaksikan kejadian diantara mereka berdua.

    Wajah Sofia menoleh ke kanan karena tamparan Bella. Sementara pipinya seketika membentuk bekas sidik jari berwarna merah. Sofia dengan tampang terkejutnya, meraih pipinya dan mengusapnya pelan. "Apa kamu baru saja menamparku? Kamu pikir, kamu ini siapa, aahh—"

    Tanpa berpikir panjang, Bella kembali menampar Sofia di pipinya yang lain. "Kamu menyebutku perempuan jalang. Wajar kalau aku membalasmu, bukan?."

    "Beraninya kamu?! Hanya karena kamu sekarang mempunyai pekerjaan yang terpandang, kamu pikir kamu bisa melawan ku?." Tanya Sofia, menahan rasa panas dan sakit di pipinya. Dia menoleh kearah Stevia dan jantungnya berdebar kencang, perasaan terancam mulai menjalar kedalam dirinya.

    Mungkinkah anak ini...?

    "Apakah Kenan, ayah dari anakmu?." Tanya Sofia dengan marah, ia juga merasa cemburu.

    Mata Bella berkilat. "Tidak! Dia tidak ada hubungannya dengan putri ku. Sekarang pergilah!."

    Kata 'jalang' sudah ada diujung lidah Sofia, tetapi dia menahannya, mengingat tamparan yang baru saja Bella berikan padanya. Dia menatap Bella dengan tatapan kotor dan pergi dengan amarahnya. Sofia bersumpah akan membuat Bella membayar penghinaan yang dia berikan padanya hari ini.

    ***

    Saat itu waktu telah menjadi sore hari dan Bella juga sudah membawa Stevia ke apartemen baru mereka. Ibu satu anak itu hendak mempelajari kasusnya, tetapi dia tiba-tiba mendapatkan panggilan aneh.

    Dia mengernyitkan dahinya. Karena menurutnya tidak ada orang lain yang mengerti nomor teleponnya kecuali Nita, sahabatnya dan ibunya sendiri.

    "Siapa ini?." Tanya Bella pada dirinya sendiri, sembari memperhatikan layar ponselnya dan belum mengangkat panggilan tersebut.

    Tetapi karena penasaran, Bella pun akhirnya mengangkat panggilan tersebut.

    "Hallo, Bella? Sudah berapa lama kamu pergi dan tidak pulang, hm?."

    Nafas Bella tercekat saat dia mendengar suara yang familiar dari teleponnya.

    Suara itu tidak lain adalah suara milik Elena Rosalina Smith-Narendra, ibu Kenan. Dan ketika mendengar suara wanita itu, Bella merasakan nostalgia.

    Selama ini otomatis dia diasuh oleh keluarga Kenan, apalagi panti asuhan tempatnya tinggal juga milik Ayah Kenan. Mereka sangat baik. Jadi, bayangkan bagaimana keterkejutan Bella ketika ibu kandungnya menceritakan rahasia yang disembunyikan keluarga Narendra.

    "Bagaimana kabar ibu?." Tanya Bella sembari menggigit bibir bawahnya. Dia tidak tahu bagaimana mengatasi kegugupan nya.

    "Sudah lama sekali, aku tidak mendengar kamu memanggilku Ibu." Terdengar, Elena tertawa kecil di telepon. "Ngomong-ngomong, ibu ingin mengundang kamu makan malam disini. Ibu akan senang melihatmu pulang, bagaimana? Apa kamu setuju?."

    

    "Bagaimana ibu tahu kalau aku kembali?." Tanya Bella. Terasa aneh jika dirinya sekarang membenci keluarga Narendra setelah berbicara dengan Elena.

    Bagaimana bisa orang sebaik mereka berada dibalik kejatuhan ayahnya?.

    "Ya... itu karena para karyawan banyak bergosip dan kamu tahu, ayah kamu mempunyai banyak mata-mata di perusahaan nya. Mereka menelpon untuk memberitahu kami tentang Direktur Hukum yang baru." Jawab Elena. "Bagaimana sayang, apa kamu setuju untuk makan malam? Makan malam akan diadakan di hotel Narendra malam ini. Sudah lama sekali dan ibu ingin bertemu denganmu, Bella."

    Bella terdiam sejenak sebelum akhirnya. "Aku akan ke sana sekarang, Ibu."

    Ketika Bella telah memutuskan panggilan mereka, dia menghela nafas, merasakan jantungnya berdegup kencang. Bisakah dia benar-benar balas dendam atas apa yang ayahnya terima karena keluarga itu? Berbicara dengan Elena saja sudah membuatnya merasa sedikit bersalah padahal seharusnya tidak. Mereka yang telah menyakiti keluarganya terlebih dahulu.

    ***

    Setelah satu jam kemudian. Bella membersihkan dirinya dan telah menggunakan gaun bodycon hijau muda yang elegan hingga tepat dibawah lututnya. Dia membiarkan rambutnya tergerai dan mengenakan high heel kaca.

    Meninggalkan Stevia bersama dengan pengasuhnya dan Ibunya. Sementara Bella  berangkat untuk janji makan malamnya dengan keluarga Narendra.

    Ketika Bella akhirnya sampai di hotel, seseorang ternyata menunggu kedatangannya.

    "Mari, ikut saya. Nona Bella." Kata pria tua itu sambil tersenyum. Pria itu mengajak Bella untuk naik kelantai paling atas dan kemudian pergi ke salah satu ruangan.

    Jantung Bella berdegup kencang saat dia melihat dua orang yang tidak asing lagi baginya, berada di ruangan tersebut. Malvin Kevlar Narendra masih terlihat tampan seperti dulu. Rambut hitamnya telah sedikit memiliki uban, tetapi dia terlihat lebih matang dan dia tetap memancarkan aura dominan yang kuat.

    Didekatnya, Elena terlihat seperti sebuah lambang dari keanggunan dan kesempurnaan. Dia mengenakan gaun pensil merah yang anggun, rambut pirangnya tergerai di bahunya, sementara suaminya mengenakan setelan serba hitam.

    Ketika pasangan itu melihat kearah Bella, Elena tersentak dan menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Dia kemudian berbagi pandangan dengan suaminya, matanya terlihat berkaca-kaca. Bertahun-tahun telah berlalu dan mereka masih saling berbagi pandangan dengan penuh cinta yang terlihat dimata mereka.

    Elena berdiri, gaunnya begitu pas dengan sosok tubuhnya. Dia kembali menoleh kearah Bella dan tersenyum manis, berjalan mendekati Bella dan langsung memeluknya.

    "Hai Bella... senang akhirnya bisa bertemu denganmu lagi." Kata Elena, melepaskan pelukan mereka. Tangannya terangkat untuk menghapus air mata yang menetes disudut matanya. "Ibu senang kamu kembali."

    "Bella juga senang bertemu dengan ibu lagi." Bella tercekat dan perasaannya bingung.

   Bella melihat kearah Malvin dan pria itu menganggukkan kepalanya. "Sudah lama tidak bertemu."

    "Baik, sekarang duduklah." Kata Elena dan mengajak Bella kesalah satu kursi yang mengelilingi meja makan.

    Saat Elena tengah duduk di kursinya, pintu terbuka dan tercium aroma cologne yang wangi memenuhi ruangan. Bella tidak perlu menoleh ke belakang untuk mencari tahu siapa pemilik wangi harum itu.

    "Maaf aku terlambat. Aku harus mengurus beberapa hal." Kata Kenan.

    Awalnya Kenan terkejut mendapati Bella duduk di dekat ibunya, tetapi suara lembut Elena menyadarkan dirinya. Wanita itu memintanya untuk duduk di kursi yang ada disebelah Bella yang lain.

    "Duduklah di sana, Kenan." Desak Elena.

    Bella mengernyitkan dahinya ketika Kenan malah diminta untuk duduk disebelahnya. Tetapi Bella tetap mengabaikan kehadiran Kenan dan fokus pada buku menu, mencari apa yang ingin dia makan malam ini.

    "Jadi, Bella. Akhirnya kamu bisa bekerja sama dengan Kenan. Ibu selalu menginginkan itu untuk kalian." Kata Elena, mengabaikan ketegangan yang juga terasa canggung dalam ruangan tersebut.

    Kenan tersenyum dan dia menganggukan kepalanya. "Ya... aku selalu tau Mommy ingin Bella bergabung dengan perusahaan."

    "Mommy sangat bangga padamu... Seorang pengacara, wow! Kamu bisa melakukannya dengan sangat baik untuk diri kamu sendiri, bukan begitu sayang? Kamu terlihat sangat cantik sekarang." Kata Elena begitu memuji Bella.

    Kenan menatap kedua mata Ibunya, mengetahui apa yang sedang ibunya lakukan. Dia tersenyum dan menoleh kearah Bella yang pandangannya masih tetap tertuju pada buku menu. "Mommy benar."

    Bella terdiam, dia tidak ingin bereaksi apa pun. Faktanya, dia hanya mencekik didalam hati. Kenan sangat pandai berpura-pura didepan ke-dua orangtuanya. Bukankah dia seharusnya memuji Sofia yang paling cantik dan terbaik?

    "Jadi, Bella. Apa kamu ingin memberitahu kemana selama ini kamu pergi?." Tanya Malvin sambil memicingkan matanya kearah Bella.

    Mendengar pertanyaan itu, Bella mendongak dan menggigit bibir bawahnya. Keberadaannya selama enam tahun itu adalah sebuah rahasia. Pasalnya, ibu kandungnya tidak ingin ada orang yang tahu apa yang sedang mereka rencanakan.

    

    Ibunya memang bersembunyi karena khawatir pada keluarga Narendra yang dikenal sebagai orang-orang yang berkuasa dan berbahaya. Jika mereka mengetahui, jika dirinya dan ibunya kembali untuk balas dendam...

    "Oh! Ayolah, sayang. Jangan menekan Bella dengan pertanyaan itu." Sela Elena dan dia kemudian menatap Bella. "Kamu tidak perlu menjelaskan itu pada kami, Bella."

    Tak lama kemudian, seorang pelayan masuk kedalam ruangan tersebut untuk mencatat pesanan mereka.

    Kenan memanggilnya dan menyebutkan beberapa hidangan. Lalu dia menoleh kearah Bella. "Aku sudah memesan semua  makanan favorit kamu, apa kamu tidak ingin menambah yang lain?."

   Namun, Bella tidak menjawab pertanyaan Kenan dan menatap kearah pelayan dengan memesan makanan yang berbeda dari yang Kenan pesankan untuknya.

    Selesai memesannya pada pelayan. Bella melirik kearah Kenan. "Enam tahun sudah berlalu. Aku memiliki selera yang berbeda sekarang. Kamu jangan berharap kalau aku masih menyukai makanan yang dulu aku sukai, tolong di mengerti!."

1
PetrolBomb – Họ sẽ tiễn bạn dưới ngọn lửa.
Asyik banget, thor! Makin sering update dong.
Jayrbr
Gak sabar menunggu kisah selanjutnya. Aku ingin tahu apa yang terjadi berikutnya.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!