Unwanted Bride (Pengantin yang tak diinginkan)
Nazila Faradisa adalah seorang gadis dari keluarga broken home. Karena itulah ia menutup hatinya rapat dan bertekad takkan pernah membuka hatinya untuk siapapun apalagi menjalani biduk pernikahan. Hingga suatu hari, ia terlibat one night stand dengan atasannya yang seminggu lagi akan menyelenggarakan pesta pernikahannya. Atas desakan orang tua, Noran Malik Ashauqi pun terpaksa menikahi Nazila sebagai bentuk pertanggungjawaban. Pesta pernikahan yang seharusnya dilangsungkannya dengan sang kekasih justru kini harus berganti pengantin dengan Nazila sebagai pengantinnya.
Bagaimanakah kehidupan Nazila sang pengantin yang tidak diinginkan selanjutnya?
Akankah Noran benar-benar menerima Nazila sebagai seorang istri dan melepaskan kekasihnya ataukah sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch.24
"Apa yang kalian lakukan pada Nazila?" desis suara bariton yang menggeram murka terdengar tak jauh dari meja Nazila membuat kelima orang itu sontak menoleh sambil membelalakkan mata.
Sarah tetap berusaha untuk tenang, berbanding terbalik dengan temannya yang sudah pucat dan berkeringat dingin saat melihat kedatangan Kevin, salah satu pewaris Angkasa Mall yang otomatis juga merupakan pemilik mall terbesar di Indonesia tersebut.
"Kenapa diam, hah? Cepat jelaskan, apa yang telah terjadi di sini dan mengapa kalian sampai memperlakukan Nazila seperti ini?" tanya Kevin lagi dengan sorot mata tajam dan mengintimidasi.
"Kami ... kami ... " teman Sarah gugup sendiri, bingung harus mengatakan apa. Tidak mungkin kan mereka mengakui perbuatan mereka yang telah memprovokasi dan mencemooh Nazila yang merupakan karyawan Angkasa Mall. Ia belum tau tentang kedekatan Nazila dan Kevin.
Muak mendengar kata-kata gagap dari teman Sarah, Kevin pun mengalihkan perhatiannya pada Weni dan Ana yang telah memucat karena takut dipecat.
Nazila hanya diam tanpa mengeluarkan sepatah kata pun untuk pembelaan diri. Sedangkan Sarah, tengah menatap sinis pada Nazila yang ia pikir pasti sedang merasa senang karena ada yang akan membelanya.
Sedangkan di sekitarnya, kini telah ramai dipadati orang-orang yang tengah mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Segala asumsi pun mulai berdatangan.
Tak ingin membuat kegaduhan, Kevin pun mengajak kelimanya ke ruangannya terlebih dahulu agar mereka bisa membicarakan masalah ini dengan kepala dingin dan tanpa menimbulkan keributan.
Setelah berada di ruangan Kevin, Weni pun mulai bercerita.
"Itu pak, tadi perempuan itu tiba-tiba saja datang dan mengatai Nazila kalau Nazila udah merebut calon suaminya dengan cara kotor," ujar Weni menunjuk ke arah Sarah dengan dagu sambil meremas jemarinya yang telah berkeringat dingin.
"Be-benar pak Kevin, terus teman nona itu ikut bergabung dan menyiram Nazila dengan es jeruk," imbuh Ana menambahkan membuat Kevin mengalihkan pandangannya pada Sarah yang kini sudah mengubah ekspresinya menjadi sendu.
"Apa salah yang saya katakan? Saya hanya mengatakan apa yang sebenarnya. Bagaimana pun saya perempuan, saya bisa memaafkan tapi melupakan nggak akan segampang itu. Bahkan sampai sekarang Nazila nggak pernah meminta maaf padaku. Saya kecewa, saya sakit hati, seharusnya saya yang menjadi pengantin Noran, tapi justru ia yang menggantikan di atas pelaminan. Wanita manapun pasti akan kecewa dan sakit hati bila ini terjadi pada mereka, begitu pula saya. Saya bukanlah manusia berhati malaikat yang bisa bersikap biasa saja setelah disakiti," tukas Sarah sambil menyeka air matanya yang mengalir di pipinya.
Kevin tersenyum sinis seraya mencibir melihat akting Sarah yang dianggapnya lebai.
"Sudah?" tanya Kevin masih dengan senyum sinisnya.
Sarah membulatkan matanya, mengapa reaksi Kevin justru biasa saja bahkan ekspresi wajahnya seakan mengejek dirinya.
"Su-sudah apa maksud tuan?" tanya Sarah gelagapan.
"Saya tau kamu sakit hati tapi apakah dengan memperlakukan Nazila buruk di hadapan orang banyak itu akan mengobati sakit hatimu? Nggak kan. Lagi pula saya yakin, Nazila nggak salah. Saya kenal Nazila bukan sebentar jadi saya sangat tahu mustahil bagi Nazila untuk menjebak tuan Noran. Saya yakin ini hanya kesalahpahaman karena jebakan yang entah dilakukan oleh siapa," tutur Kevin panjang lebar. "Tapi perbuatan kalian itu sudah sangat keterlaluan, seharusnya saya melaporkan kalian pada pihak berwajib karena tindakan kalian ini, tapi saya tidak melakukan itu. Saya hanya minta kalian meminta maaf pada Nazila, bila tidak mau, maka dengan terpaksa kalian akan diblacklist dari semua Angkasa Mall. Kalian tidak bisa masuk kemari lagi dan kalau kalian terdeteksi masuk kemari, pihak keamanan tidak akan segan-segan mengeluarkan kalian. Bagaimana, kalian pilih yang mana?" tegas Kevin meminta kedua orang itu memilih.
...***...
Sarah kini telah dalam perjalanan pulang. Ia tak dapat membendung emosinya. Bagaimana bisa seorang Kevin Prayoga begitu membela Nazila sedemikian rupa hingga memaksanya meminta maaf. Tapi itu jauh lebih baik daripada harus diserahkan ke pihak berwajib ataupun diblacklist dari Angkasa Mall. Bagaimana pun ia sering melakukan pekerjaannya di mall itu, entah untuk peragaan busana maupun menjadi brand ambassador sebuah produk. Bila sampai ia diserahkan ke pihak kepolisian ataupun diblacklist, pasti itu akan menjadi rumor yang menjatuhkan nama baiknya. Walaupun dengan berat hati, ia dan temannya pun terpaksa meminta maaf. Ia tentu tak mau sampai nama baiknya rusak hanya karena peristiwa itu. Ia mengumpat dalam hati, mengapa Kevin datang di saat ia sedang memojokkan Nazila.
"Sial!" umpatnya seraya memukul stir kemudi.
Sementara itu, di Angkasa Mall, tampak Kevin dengan penuh perhatian meminta Nazila segera mencuci wajah dan rambutnya. Ia juga meminta sekretarisnya membelikan Nazila sesetel pakaian ganti. Awalnya Nazila menolak bantuan Kevin, tapi Kevin tetap memaksa membuatnya terpaksa menerimanya.
"Wajah kamu pucat banget, La! Kalau kamu merasa masih sakit, mending cuti aja dulu. Jangan terlalu memaksakan diri untuk bekerja, nggak baik buat kesehatan kamu," tukas Kevin seraya menyerahkan segelas teh hangat untuk Nazila yang baru saja diantarkan OB ke ruang itu.
"Aku nggak papa kok, Vin. Nggak usah terlalu khawatir kayak gitu deh," balas Nazila. Tapi Kevin dapat melihat, kalah kondisi kesehatan Nazila sepertinya tidak sedang baik-baik saja.
"Kamu pulang aja ya! Aku antar. Aku nggak mau kamu tiba-tiba pingsan di sini. Aku begini bukan karena kamu teman aku dan Karin, tapi karena kamu juga karyawan Angkasa Mall. Aku nggak mau Angkasa Mall dicap memperlakukan karyawannya dengan buruk karena mempekerjakan mereka meskipun sedang sakit," tekan Kevin agar Nazila mau pulang dan beristirahat.
Akhirnya, Nazila pun bersedia pulang meskipun dengan sedikit tekanan. Setibanya di basemen apartemen, Kevin turun terlebih dahulu lalu membukakan pintu untuk Nazila. Melihat Nazila tampak begitu lemas membuat Kevin menawarkan diri untuk mengantarkan Nazila sampai ke unitnya. Tapi baru saja Kevin mengulurkan tangannya untuk memapah Nazila, tiba-tiba sepasang tangan telah lebih dahulu menahan tubuh Nazila dan berusaha memapahnya. Nazila pun sontak menoleh dan mendapati suaminya lah yang saat ini sedang memapahnya.
"Tu-tuan ... "
"Aku bukan tuanmu, Ila," tekan Noran yang mulai jengah dipanggil tuan olehnya. Ia kesal apalagi Nazila memanggilnya tuan di depan Kevin. Sedangkan dengan Kevin, Nazila justru memanggil nama. Sungguh tak adil pikirnya.
Nazila menatap bingung mengapa Noran bisa tiba-tiba berada di sini. Bukankah ini masih jam kerja tapi mengapa ia sudah pulang. Sedangkan selama ini, setahunya Noran bahkan tak pernah pulang ke rumah saat bekerja kecuali bila itu benar-benar penting.
"Biar saya yang antar. Terima kasih tuan karena telah repot-repot mengantarkan istri saya pulang," tukas Noran dengan menekankan kata istri membuat Kevin tersenyum tipis.
"Sama-sama pak, Noran. Untuk Nazila, apa yang tidak. Saya harap Anda bisa menjaga istri Anda dengan baik," balas Kevin seraya tersenyum penuh arti membuat Noran tersenyum masam.
Setelah Kevin pergi, Noran pun segera memapah Nazila menuju apartemen mereka. Selama di lift maupun melintasi koridor, mereka berdua saling terdiam tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Namun, saat sudah berada di dalam apartemen, Noran langsung memberondongnya dengan Omelan membuat Nazila menganga tak percaya kalau mantan atasannya itu ternyata dapat mengomel juga.
"Aku kan udah bilang, kalau nggak enak badan mending nggak usah kerja atau kalau perlu resign daripada begini merepotkan semua orang," ucap Noran datar namun terdengar mengesalkan bagi Nazila.
"Merepotkan semua orang? Siapa? Kevin? Dia nggak masalah sama sekali menolong saya. Kalau memang tuan merasa direpotkan, kenapa sok mau membantu toh tadi sudah ada Kevin yang dengan senang hati mau mengantarkan ku," sewot Nazila karena Noran menilainya merepotkan.
"Sudah aku bilang, aku itu suami kamu, bukan atasan. Kenapa kamu selalu memanggil saya tuan, tuan, dan tuan sih?" geram Noran tapi ia tetap bergerak mengambilkan Nazila segelas air hangat dan menyerahkannya. Nazila menerimanya dengan wajah sewot dan menghabiskannya tanpa sisa.
"Jadi tuan mau saya panggil apa? Bapak?"
Noran mengacak rambutnya frustasi, "Aku bukan bapak kamu Ila, kenapa kamu malah mau panggil saya bapak? Ganti!" ketus Noran sambil menghempaskan bokongnya di samping Nazila.
"Tuan kok jadi cerewet sih?" geram Nazila yang entah kenapa jadi suka membantah.
"Aku cuma nggak suka kamu manggil saya tuan, tuan, dan tuan, Ila. Apa kata orang kalau kamu panggil saya tuan, dikira mereka aku menikahi pembantu."
"Kan emang saya mantan pembantu tuan walaupun itu dalam urusan pekerjaan kantor."
"Tapi aku nggak nyaman, Ila. Astaga, kamu ngerti nggak sih mana ada suami istri manggilnya tuan."
"Dipanggil bapak nggak mau, jadi mau panggil apa?" tanya Nazila polos membuat Noran menggeram gemas lalu entah dapat dorongan dari mana ia memajukan tubuhnya, mengikis jarak, kemudian menyapukan bibirnya di atas bibir Nazila. Bibir wanita yang seharian ini mengganggu konsentrasinya dalam bekerja. Dipagutnya bibir pucat itu dengan mesra, ditekannya tengkuk Nazila agar pagutan itu makin dalam. Nazila ingin menolak, tapi tubuhnya seakan mengkhianati. Matanya yang tadinya membulat perlahan menutup seiring sapuan lembut namun sedikit menuntut yang dilakukan oleh bibir Noran.
Noran menyodok-nyodokkan lidahnya di depan bibir Nazila sehingga tanpa sadar bibir itu sedikit terbuka. Tak membuang kesempatan, Noran langsung menyusupkan lidahnya ke dalam rongga mulut Nazila dan mengobrak-abrik isinya sehingga tanpa sadar Nazila melenguh. Noran sempat melepaskan pagutan itu saat ia merasa Nazila mulai kehabisan oksigen, tapi setelah nafasnya kembali normal, Noran kembali menyerang bibir itu entah hingga beberapa kali. Tapi yang pasti, ini ciuman terpanjang, terlama dan ternikmat yang pernah ia lakukan. Sedangkan Nazila, ini ciuman tergila yang pernah dirasakannya. Ciuman kedua yang tergila karena memang ini kedua kalinya bibirnya dijamah oleh seorang pria dan pria itu merupakan suaminya sendiri.
...***...
Halo kakak-kakak semua, mampir ya di karya othor yang lain! Semoga menghibur.
...Happy reading 🥰🥰🥰...
g menye-menyeee
⬜🟥⬜⬜⬜🟥⬜
🟥🟥🟥⬜🟥🟥🟥
🟥🟥🟥🟥🟥🟥🟥
⬜🟥🟥🟥🟥🟥⬜
⬜⬜🟥🟥🟥⬜⬜
⬜⬜⬜🟥⬜⬜⬜