Amira kira setelah menikah hidupnya akan bahagia tapi ternyata semua itu tak sesuai harapan. Ibu mertuanya tidak menyukai Amira, bukan hanya itu setiap hari Amira hanya dijadikan pembantu oleh mertua serta adik iparnya. Bahkan saat hamil Amira di tuduh selingkuh oleh mertuanya sendiri tidak hanya itu setelah melahirkan anak Amira pun dijual oleh ibu mertuanya kepada seorang pria kaya raya yang tidak memiliki istri. Perjuangan Amira begitu besar demi merebut kembali anaknya. Akankah Amira berhasil mengambil kembali anaknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Non Mey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kesempatan Kembali Bekerja
Beberapa hari terakhir, kehadiran Nia di rumah Ratna semakin sering. Nia selalu datang dengan penampilan yang memukau, membawa cerita tentang kehidupannya yang mewah dan pencapaian-pencapaian hebat yang membuat Ratna semakin terpesona. Setiap kedatangan Nia selalu diiringi percakapan yang secara tidak langsung menyindir Amira.
Amira berusaha tetap tenang, tetapi hatinya tidak bisa dipungkiri terasa sakit. Ia tidak pernah ingin berkompetisi dengan siapa pun, apalagi dengan masa lalu suaminya. Namun, sikap Ratna dan Nia yang terus memojokkannya membuat hari-harinya semakin berat.
Di tengah suasana yang tidak nyaman itu, Loli mulai memperhatikan betapa kerasnya Amira berusaha menahan diri. Sebagai seseorang yang juga pernah bersikap tidak adil kepada Amira, Loli kini merasa ibunya telah melangkah terlalu jauh.
Suatu sore, ketika Amira sedang duduk termenung di dapur, Loli menghampirinya sambil membawa segelas teh hangat.
“Kak Amira, aku tahu akhir-akhir ini Kakak pasti merasa nggak nyaman. Aku juga nggak suka melihat Mbak Nia sering datang ke rumah,” kata Loli membuka pembicaraan.
Amira tersenyum tipis. “Nggak apa-apa, Loli. Kakak sudah terbiasa. Kakak hanya ingin semuanya berjalan baik-baik saja.”
Namun, Loli menggelengkan kepala. “Nggak, Kak. Ini nggak benar. Ibu terlalu memanjakan Mbak Nia, dan aku tahu tujuannya. Ibu ingin Mbak Nia merebut Mas Angga dari Kakak. Aku nggak bisa diam aja.”
Amira terkejut mendengar ucapan Loli. Selama ini, ia selalu mengira Loli mendukung ibunya, tetapi sikap Loli kali ini berbeda.
“Kak, aku sudah bicara sama pacarku. Dia bilang dia serius mau nikah sama aku dalam waktu dekat. Aku harus mulai belajar jadi istri, Kak. Jadi aku pikir, lebih baik Kakak kembali kerja di laundry Bu Sari. Aku bisa urus pekerjaan rumah di sini,” ucap Loli dengan nada yakin.
Amira menatap Loli dengan penuh rasa haru. “Kamu yakin, Loli? Kalau kamu mulai belajar pekerjaan rumah, Ibu nggak akan marah?”
Loli mengangguk mantap. “Aku yang akan hadapi Ibu, Kak. Lagipula, Ibu pasti akan senang kalau aku bilang ini demi persiapan nikah. Percayalah, Kak, aku akan bantu Kakak.”
Keesokan harinya, Amira menemui Bu Sari di laundry. Ia menceritakan keputusannya untuk kembali bekerja. Bu Sari menyambut Amira dengan senang hati, meskipun ia sempat khawatir dengan reaksi Ratna.
“Amira, kamu yakin nggak apa-apa? Nanti mertuamu nggak marah lagi?” tanya Bu Sari dengan nada cemas.
Amira tersenyum lembut. “Bu Sari, saya sudah bicara dengan Loli. Dia yang mendorong saya untuk kembali. Katanya dia ingin belajar tanggung jawab, jadi saya pikir ini keputusan yang tepat.”
Bu Sari hanya bisa mengangguk sambil tersenyum. “Baiklah, Amira. Kalau begitu, kamu bisa mulai bekerja lagi besok. Saya senang sekali kamu kembali.”
Saat pulang dari laundry, Amira bertemu dengan Ratna di ruang tamu. Ratna tampak tidak senang melihat Amira membawa tas yang biasa ia bawa saat bekerja.
“Kamu habis dari mana, Amira?” tanya Ratna dengan nada curiga.
Amira menjawab dengan tenang. “Saya habis dari laundry, Bu. Saya akan kembali bekerja mulai besok.”
Ratna langsung memasang wajah tidak suka. “Kenapa kamu mau kembali kerja? Kamu itu di rumah sudah punya tugas. Loli mana mungkin bisa menggantikan kamu!”
Namun, sebelum Amira sempat menjawab, Loli muncul dari arah dapur. “Ibu, aku yang suruh Kak Amira kerja lagi. Aku bisa urus rumah kok. Lagipula, aku juga perlu belajar. Pacarku sudah bilang dia mau segera menikah sama aku, jadi aku harus bisa jadi istri yang baik.”
Ratna terkejut mendengar penjelasan Loli. “Menikah? Kamu serius, Loli?”
Loli mengangguk. “Iya, Bu. Kalau aku nggak belajar dari sekarang, nanti aku nggak siap. Jadi biarkan Kak Amira fokus kerja. Aku janji akan bantu beres-beres rumah.”
Melihat tekad Loli yang begitu kuat, Ratna tidak bisa berkata apa-apa lagi. Ia hanya mendengus kesal dan kembali ke kamarnya.
Malam itu, Amira merasa sedikit lega. Ia berterima kasih kepada Loli atas dukungannya. Meski masih ada tekanan dari Ratna, Amira merasa memiliki sekutu baru di rumah itu.
Di sisi lain, Angga merasa bangga dengan perubahan sikap Loli. Ia tahu tidak mudah bagi adiknya untuk mengakui kesalahan dan berusaha memperbaiki diri.
Hari-hari berikutnya, meskipun Nia masih sering datang ke rumah, Amira tidak lagi merasa terlalu tertekan. Dengan pekerjaannya di laundry dan dukungan dari Angga serta Loli, Amira mulai menemukan kekuatan baru untuk menghadapi tantangan dalam kehidupannya.