Gadis polos yang berasal dari desa itu bernama Sri, karena tuntutan keadaan dan di jerumuskan temannya dia menjadi simpanan seorang sugar daddy yang memberinya berbagai kemewahan. Terlena dengan duniawi dan perhatian sang sugar daddy membuat Sri lupa diri dan ingin memiliki pria yang telah mempunyai anak dan istri itu. Bagaimana kisah selanjutnya? mari ikuti kisahnya,,,
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon teteh lee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dejavu
"Pak, saya tidak bawa uang saat ini, tapi saya punya ini, tolong terima cincin emas ini, sebagai pembayaran," Sri melepaskan cincin emas yang dulu di belinya saat mendapatkan gaji dari hasil kerjanya di toserba, dia tidak mempunyai uang sepeserpun dan tidak membawa apapun saat melarikan diri dari rumah Julian saat terjadi keributan antara Karina dan Julian, dia menyetop taksi yang saat itu kebetulan melintas agar segera pergi menjauh dari sana sebelum Julian atau para asistennya menyadari kepergiannya.
Apartemen milik Regan adalah satu satunya tempat yang terbersit di benak Sri, dia tidak punya tempat lain yang bisa di kunjungi selain tempat itu, apalagi dia tidak membawa apapun saat ini, beruntung sopir taksi itu setuju menerima cincin emas yang Sri berikan padanya, meski awalnya sopir itu seperti tidak percaya, namun setelah Sri meyakinkannya dan mengatakan jika sopir itu boleh kembali lagi ke sini mencarinya jika cincin itu ternyata hanya imitasi.
Langkah kaki Sri terseok seok memasuki lift yang akan membawanya ke unit apartemen yang sangat di rindukannya itu, selain kakinya yang memang ,asih terasa sakit akibat operasi tempo hari, Sri juga merasa seperti sedang dejavu, dia teringat saat dirinya melarikan diri dari Codet, preman yang hendak memperkosanya, beruntungnya saat itu Regan menolongnya, dan saat ini kejadian serupa terulang kembali, dia harus melarikan diri dari Julian, jangan lupakan cikal bakal semua ini terjadi, itu karena Sri yang juga melarikan diri dari pernikahannya dengan Darto.
"Ah,,, betapa melelahkannya hidup ku ini,,," gumam Sri dengan bibir yang tersenyum dipaksakan , namun air mata yang mengalir begitu saja di pipinya. Wanita itu menertawakan perjalanan hidupnya yang terasa pahit karena harus terus melarikan diri dari satu pria ke pria lain.
"Sial, kenapa tidak bisa terbuka? Apa Regan mengganti password nya?" kesal Sri yang sudah dua kali memasukan nomor sandi kunci apartemen namun pintu apartemen tidak kunjung terbuka.
"Hey,,, dasar wanita tidak tau malu, masih berani mencari putra ku?" tiba tiba suara Sari terdengar begitu lantang dari balik punggung Sri yang sibuk berusaha membuka pintu unit apartemen yang tidak kunjung berhasil di bukanya itu.
"Ah, emhhh,,," suara Sri tercekat di tenggorokan, dia todak tau harus berkata apa, terakhir kali pertemuannya dengan Sari di unit apartemen ini dirinya sudah menyetujui dan sepakat untuk pergi menjauh dari Regan, namun sialnya dirinya harus tertangkap tangan oleh Sari hendak masuk ke unit apartemen putranya.
"Bukankah aku sudah katakan untuk pergi jauh jauh dari putra ku, kenapa masih datang ke sini? Regan dan Karina sudah rujuk, jadi jangan pernah mengganggu rumah tangga mereka lagi!" ujar Sari yang sontak saja perkataannya itu di balas dengan raut wajah yang kebingungan dari Sri, baru beberapa saat lalu dirinya melihat Karina datang ke rumah Julian dan meminta pertanggung jawaban atas bayi yang sedang di kandungnya dan meminta di nikahi oleh pria itu, bahkan dari mulut Karina sendiri terucap jika dirinya dan Regan sudah resmi bercerai, lantas mengapa tiba tiba Sari mengatakan jika Regan dan Karina rujuk? Bingungnya.
"Tapi, bukankah Regan dan istrinya sudah,,," belum sempat Sri menyelesaikan kalimatnya, tiba-tiba terdengar suara pintu terbuka dari dalam, membuat baik Sri maupun Sari mengalihkan perhatiannya ke pintu yang perlahan terbuka itu.
"Regan,,"
"Mas,,,"
Suara Sari dan Sri seperti berlomba memanggil sosok pria yang baru saja keluar dari dalam unit apartemen itu dengan wajah kusut dan nyawanya belum terkumpul sempurna akibat baru bangun tidur, Regan yang baru pulang tadi pagi akibat semalaman lembur di kantor harus terbangun dari tidurnya karena mendengar samar samar suara berisik dari luar unit apartemennya. Sandi apartemen itu memang sengaja Regan ganti karena tidak ingin kejadian ada orang lain menerobos masuk seperti saat kejadian Sari yang tiba tiba berada di sana waktu itu.
"Tari,,, Ibu,,," Regan mengucek kedua matanya takut jika apa yang di lihatnya sekarang ini hanyalah mimpi.
Sari lagi lagi harus menahan marahnya saat orang yang pertama di panggil dan di peluk Regan adalah Sri, bukan dirinya.
"Regan, Karina di rumah sakit, dia terjatuh dan mungkin harus kehilangan bayinya, dia terus memanggil nama mu, ponsel mu tidak dapat di hubungi, jadi ibu mencari mu ke sini, ayo ke rumah sakit sekarang bersama ibu, sebelum kamu menyesal jika terjadi apa apa dengan istri dan anak mu," ajak Sari.
Alih alih terkejut mendengar laporan Sari mengenai keadaan Karina, Regan justru malah menoleh ke arah Sri yang baginya seperti mendapatkan keajaiban karena wanita pujaannya bisa kembali ke pelukannya.
"Apa kamu baik baik saja?" tanyanya.
"Regan,,, kamu keterlaluan, istri mu yang sedang terbaring tidak berdaya di rumah sakit, tapi malah gundik mu yang kamu tanyakan kabarnya, hati mu benar benar sudah membatu hanya karena wanita ini, dasar wanita sialan,,, wanita perusak rumah tangga orang,,," amuan Sari pecah juga tangannya mengepal dan di ayunkan ke arah Sri secara bertubi tubi, mencoba menyerang wanita kekasih sang putra yang di anggapnya wanita jahat karena menjadi penyebab retaknya rumah tangga Regan dan Karina, namun sayangnya Regan begitu sigap, dia memeluk tubuh Sri dengan posesif, menyembunyikan tubuh mungil itu dalam dekapannya, sehingga serangan Sari hanya mengenai tubuh Regan yang kini menjadi bak menjadi baju pelindung untuk Sri.
Beruntung pihak keamanan gedung segera datang dan melerai keributan yang terjadi di sana, sepertinya ada penghuni yang terganggu dengan keributan yang terjadi dan melaporkannya pada pihak keamanan gedung.
"Maaf bu, tapi aku tidak bisa ke rumah sakit." ujar Regan dengan wajah yang terlihat datar, namun terdengar tegas.
"Anak durhaka, suami bejat, ayah tidak bertanggung jawab, aku malu dan sedih mempunyai anak seperti mu!" hardik Sari yang langsung pergi meninggalkan Regan yang hanya bisa tertunduk dan diam menerima semua cacian yang di lontarkan sang ibu.
Biarlah di mata sang ibu dirinya yang bersalah, bejat, dan di cap sebagai anak durhaka, Regan tidak mau mengagetkan sang ibu dengan memberi tahu kebenaran yang terjadi.
*
"Harusnya kamu tidak bersikap sekejam itu pada ibu mu." ujar Sri saat Regan mengajaknya untuk masuk.
"Aku akan bicara pada ibu pelan pelan mengenai perceraian ku dengan Karina. Maaf membuat mu menderita, karena ibu ku, dan juga karena Julian." Regan mengusap pelan kaki Sri yang masih terbalut perban.
"Kamu tau, aku di sekap Julian?"
"Hemh,,, Karina melihat mu di rumah sakit. Dia juga berjanji akan membantu ku mengeluarkan mu dari rumah Julian, untung saja kamu bisa melarikan diri dari sana. Julian licik dan jahat, semalaman aku tidak bisa tidur saat tau kamu berada di rumahnya." terang Regan.
"Karina? Atau jangan jangan, kejadian tadi---" Sri menceritakan bagaimana dirinya bisa kabur dari sana, dan secara tidak langsung berkat Karina lah dirinya bisa melarikan diri dari rumah itu.
Sepertinya baru sekitar satu jam mereka berbincang, tiba tiba perbincangan hangat pelepas rindu mereka harus terhenti karena telepon Regan berbunyi, dengan nama Dokter Shinta sebagai identitas pemanggil.
"Apa? Meninggal?" Teriak Regan yang langsung terlonjak dari kursi tempatnya duduk.