Sungguh suatu keajaiban aku bangkit dari kematian setelah aku mati diracuni oleh mertuaku sendiri.
tubuh tak bernyawa ku di buang ke rawa-rawa yang letaknya jauh di pelosok yang terpencil.
Namun Tuhan berkehendak lain, beberapa petir menyambar di area sekitarku, hingga membuat jantungku yang tadinya berhenti berdetak kembali berdetak.
dengan tubuh lemah aku berusaha keluar dari rawa-rawa, entah sudah berapa banyak tanaman berduri yang aku injak, aku tidak perduli, satu tekadku harus keluar dari tempat itu, hingga langkah kakiku terhenti di sebuah jalan beraspal, lalu tubuhku ambruk tak sadarkan diri.
Ketika ku sadar sudah berada di rumah sakit, dan betapa mengejutkannya aku ternyata pria yang menyelamatkanku yang juga seorang dokter mengatakan aku sedang hamil!!!!!!
Inilah kisah hidupku....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desire pooh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jangan samakan
Arjuna mempercepat langkahnya me jauh dari Tante Anjani, ia masih bisa mendengar Tante kesayangannya itu sedang ngedumel marah
"Tante Anjani masih saja seperti dulu, kuat ngomel, ampun" gerutu Arjuna sambil berjalan menjauh
"Hayooo ketauan om lagi ngatain Oma" celetuk bocah kecil yang tak lain adalah Mauren, membuat Arjuna terkejut
"Dasar bocah tengik mengagetkan saja" umpat Arjun kesal, karena dimana ada Mauren, disitu ada masalah
"Omaaaa, om ngatain aku" teriak Mauren membuat Arjuna langsung membekap mulut keponakannya itu yang lemes luar biasa, Arjun harus sabar dan kuat mental karena seperti biasa bocah ini akan memerasnya seperti lintah darah
"Stttt, om minta maaf ya sayang, cantik" ucap Arjun berharap permintaan maaf nya cukup untuk membungkam mulut Mauren. Jika sampai Tante Anjani tahu ia kembali memanggil Mauren bocah tengik, maka bisa dipastikan tantenya itu akan menjewer nya seharian didepan cucu kesayangan nya itu
"Mauren lagi baik hati ini, Mauren maafkan om, tapia da syaratnya " ucap Mauren nyengir memamerkan giginya yang ompong
"Jangan gitu, kaya kuda ompong kamu" Arjuna bergidik melihat keponakannya yang memasang wajah sok polos, walau usianya masih enam tahun tapi Mauren lebih mirip setan kecil yang licik.
Entah dari mana sifat itu berasal, yang jelas Mauren sering kali mengerjai Arjuna. Arjuna tidak pernah marah karena ia tahu, itu adalah sikap Mauren yang ingin mendapatkan perhatian dari dirinya, karena Mauren merindukan orangtuanya, malah pernah suatu ketika ia meminta Arjun menikah agar ia bisa merasakan punya ibu, hati siapa yang tak akan terenyuh mendengar ucapan gadis kecil yang yatim piatu sejak kecil itu.
"Ya sudah, aku laporkan sama Oma, ayo dav dav" ajak Mauren menarik tangan Davina yang berdiri di sampingnya
"Ah baiklah, baik, apa mau mu??" tanya Arjuna berusaha sabar
"Besok jemput aku sekolah, please.
Aku mau pamer sama teman-teman kalau aku punya papa juga" ucap Mauren menundukkan kepalanya sedih.
Arjun terdiam membisu, hatinya terasa sakit melihat keponakan kecilnya berkata demikian.
Arjuna mengulurkan tangannya, membuat Mauren menutup matanya karena ia mengira Arjun akan menjewer nya karena permintaan bodohnya, namun di luar dugaan, Arjuna malah mengangkatnya dan memeluknya,
"Apa kamu mau om jemput?? apa ada yang mengejek mu disekolah??" tanya Arjun lembut
Mauren tidak menjawab, ia mengangguk lemah, air matanya sudah tumpah dan ia menangis
"Atu pukul yang nakal sama ren-ren" ucap Devina sudah mau mewek karena melihat Mauren menangis
"Hei gadis cantiknya om, lihat kamu menangis temanmu juga menangis, apa tidka malu??" goda Arjun, namun Mauren masih menyembunyikan wajahnya di bahu Arjun sambil menggeleng pelan
"Cih selain genit juga cengeng, siapa yang mau dengan wanita seperti itu" ucap Daffa membuat Arjuna melotot, sementara Mauren langsung berhenti menangis dan mengelap air matanya, perkataan Daffa seolah mantra ajaib yang membuat Mauren langsung terdiam
"Siapa yang nangis, mataku kena debu tahu" teriak Mauren tak mau mengaku, sementara Sarah tertawa terbahak-bahak melihat tingkah anak kecil yang menggemaskan di depannya itu
"Ya ampun kak, pria kecil itu sungguh tampan, dia mirip denganmu sekali, tampan tapi mematikan hahaha" teriak Sarah sambil menunjuk Daffa
"Jangan samakan aku dengan dia" ucap Daffa dan Arjun bersamaan
"Hahaha, tidak kan kalian mirip, sudah ku katakan sifat kalian sama, aku curiga kalian anak dan bapak" ucap Sarah masih tertawa membuat Arjun melemparkan pandangan membunuh pada adik bungsunya itu
"Kakak cantik, aku lebih baik dari pria dewasa ini" ucap Daffa tak senang
"Bocah ingusan, kau kencing saja belum lurus sudah mau bersaing denganku??" ucap Arjuna tak senang
"Apa om mau lihat aku pipis??" tanya Daffa menantang
"Kau......"
"Daffa, Davina, mama serta papa kalian sudah menjemput" ucap Anjani memanggil kedua teman cucunya tersebut, alisnya mengkerut melihat Mauren dalam gendongan Arjuna
"Tante cantik sampai ketemu lagi, assalamu'alaikum" ucap Daffa sopan mencium punggung tangan Sarah diikuti oleh Davina
"Ren-ren aku pulang dulu" ucap Davina berpamitan pada Mauren
"Apa kau tidak berpamitan padaku??" tanya Arjuna merasa di abaikan, Daffa hanya menoleh sebentar kemudian berjalan menggandeng adiknya Davina
"Ahahha kau diabaikan anak kecil kak" ucap Sarah senang sekali melihat kakaknya kali ini tak berkutik, dan lawannya adalah anak kecil yang belum genap tujuh tahun
"Tutup mulutmu" ucap Arjuna dongkol
siapa yang tak kenal Arjuna??? seorang CEO sebuah perusahaan multinasional yang bergerak di beberapa bidang, diantaranya mainan anak, game, properti, dan beberapa produk makanan.
Semua rekan bisnis menghormatinya, rivalnya memandangnya dan segan padanya, namun bocah cilik itu berhasil membuat seorang Arjuna tak berkutik
"Aku mau melihat mama dan papa anak itu, aku yakin mereka orangtua hebat mampu mendidik anaknya dengan baik" ucap Sarah hendak melangkah pergi
"Tante aku ikut, om turunkan aku dong" perintah Mauren, segera Arjuna menurunkan Mauren , tangannya terasa kebas karena menggendong bocah itu
Mereka lalu berjalan menuju pintu keluar, sementara Arjun masih diliputi rasa kesal
Sementara di pintu depan
"Terima kasih Tante sudah merepotkan menjaga Daffa dan davina” ucap Jovanka menunduk hormat
"Ah bukan masalah, Tante sedang , lain kali mainlah kesini lagi, Mauren kasian tidak ada teman"
"Baik Tan, Insha Allah"
"Bagaimana kondisi Daffi?? apa dia baik-baik saja??" tanya Anjani menatap mobil Adrian
"Dia sudah baik-baik saja Tante," ucap Adrian yang sebelumnya sudah berkenalan dengan Anjani
"Papa atu ngantuk" ucap Davina merangkul leher Adrian dan bersandar manja pada bahu Adrian
"Haha baiklah sepertinya Davina mengantuk ya, lain kali kita sambung lagi"
"Sekali lagi terima kasih sudah di repotkan oleh di kembar" ucap Adrian kembali menunduk hormat
"Ayo ucap salam dulu sama Oma" ucap Jovanka pada kedua anaknya
"Assalamu'alaikum Oma, kami pamit dulu, terima kasih" ucap keduanya lalu mencium punggung tangan Anjani,
"Dav-dav, hati-hati dijalan,ain lagi ya nanti" ucap Mauren yang sudah sampai dengan Sarah
"Pantes aja anaknya ganteng dan cantik, bapaknya amboy ganteng banget, dan mamanya cantik, eh kok mukanya serasa pernah liat, tapi dimana ya???" gumam Sarah memperhatikan Jovanka
Jovanka mengangguk lalu menggandeng tangan Daffa menuju mobil, sementara Davina sudah dengan manja berada dalam gendongan Adrian
Arjuna yang juga di liputi penasaran mengikuti Sarah ke pintu depan, sayang mama bocah itu sudah membalikkan badan saat Arjuna sampai, ia hanya melihat sekilas wajah cantik wanita itu.
"Mengapa aku merasa sangat familiar dengan punggung serta suara wanita itu ya?? dimana aku pernah melihatnya??? Oh jadi itu papa bocah tengik itu???" Gumam Arjuna melihat Adrian membunyikan klakson sambil membuka kaca mobilnya, namun posisi Jovanka sedang menoleh kebelakang berbicara dengan anaknya, mobil mereka meninggalkan kediaman Anjani.
" Bapak dan ibu anak itu cantik dan tampan, namun kenapa.mereka gak mirip papa mereka ya??? aku berfikir mereka mirip denganmu kak, apa kau menanam saham pada mama bocah itu???" ucap Sarah lirih
"Aduh kak sakit kak, Tante tolong" teriak Sarah yang terkejut telinganya langsung di tarik Arjuna
"Kalau ngomong di ayak dulu, nanti orang kira bener lagi" ucap Arjuna kesal
"Lah emang kenyataanya ya kan Tante???" tanya Sarah meminta pembelaan
"Iya Bener banget" ucap Anjani membenarkan ucapan keponakannya itu
"Ah kalian sama saja" sungut Arjuna meninggalkan mereka sambil menyambar Mauren dan meletakkannya di bahu
"Arjun, awas Mauren jatuh" teriak Anjani ngeri melihat cucunya duduk di bahu Arjun, namun Arjun cuek tak menghiraukan ucapan tantenya
Anjani dan Sarah mengikuti kemana Arjun pergi, rupanya ia ke ruang tengah dimana teman-teman Mauren masih berkumpul
Arjun memperkenalkan diri sebagai papanya Mauren, tak terasa Anjani menitikkan air mata bahagia campur bangga pada keponakannya itu
Semua tokoh diceritakan saru satu
Banyak komflik juga..
Ada kocak
Ada nalar
Ada diluar nalar
Ada juga typo
Untuk typo, saya bisa maklumi, paling saya komen ngingetin typonya..
Saya maklumi, karena saya pribadi ga bisa bikin novel, bisanya baca dan nikmati..
Terimakasih atas karyanya ya thor..
Sukses selalu
2. saudara dan saudarinya
Tetap semangat thor😊
mungkin begitu ya thor..