Skuel Terra The Best Mother
Lanjutan kisah dari Terra kini berganti dengan. tiga adik yang ia angkat jadi anak-anaknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maya Melinda Damayanty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PERUSAHAAN BARU
Jika peluang datang, segera aplikasikan. Karena kesempatan kadang jarang datang.
Virgou, Terra, Herman dan Bart tengah melihat bangunan ruko besar tiga lantai. Seorang broker menemaninya bersama notaris.
"Kita memang hanya menginginkan kantor kecil. Sepertinya tempat ini cocok terlebih lokasinya sedikit terpencil walau berada di tengah kota!" ujar Bart.
"Oh ya grandpa, kapan Daddy Leon dan Daddy Frans tiba?" tanya Terra.
"Mereka datang lusa, sedang Gabe akan datang jumat anak-anak baru libur seminggu," jawab Bart.
Terra mengangguk. Ia bergayut manja dengan Herman. Pria itu selalu memeluknya dan melimpahi wanita itu kasih sayang. Haidar juga kini tengah bersama Gomesh di lantai atas.
"Di atas juga luas dan view-nya indah," jelas Haidar.
"Kita ambil?"
Semua mengangguk setuju. Herman dan Virgou juga Bart mengambil kartu limitednya.
"Biar aku yang beli gedung ini," ujar Herman.
"Baiklah, buat hak waris atas nama Dimas!" ujar Virgou.
Herman tersenyum. Bart hanya diam saja. Ia menyerahkan semua keputusan pada sang cucu ponakan.
"Ini sertifikatnya akan jadi enam bulan mendatang ya," ujar notaris setelah mengesahkan jual beli.
"Oke," sahut Herman.
Para petugas notaris dan broker pergi dengan wajah gembira. Terra sudah menyiapkan semuanya.
"Te yang beli semua peralatan kantor ini!" seru wanita itu.
Arion dan Arraya ia tinggal di rumah bersama Gina dan Ani. Air susunya juga sudah ia perah. Dua bayi itu sudah tak mau air susu ibunya lagi. Jadi Terra mudah melepaskan mereka.
"Kita pulang dulu, ini kunci kau yang pegang. Kita adakan rapat setelah kedatangan Frans dan Leon!"
Semua menurut apa kata bibit dari Dougher Young itu. Mereka memasuki mobil masing-masing. Lalu dua kendaraan pun perlahan meninggalkan lokasi.
Sampai rumah anak-anak sudah berkumpul. Dimas, Affhan dan Maisya sudah kelas tiga SMP. Mereka berusia tiga belas tahun. Seperti kakak-kakaknya ketiga anak itu mengikuti kelas akselerasi.
Mereka makan bersama. Seperti biasa sembilan perusuh menjadi primadona karena aksi mereka yang tak ada habisnya.
"Ma, tadi Maisya mukul cowok masa!" adu Affhan.
Affhan, Maisya dan Dimas satu sekolah bahkan ketiganya juga satu kelas.
"Kenapa begitu?" tanya Terra tak memarahi anak gadisnya.
"Habis Dito nakal Mama! Dia nyoba nyolek aku. Ya sebelum dicolek, Mai pukul aja dulu!" sahut Maisya membela diri.
"Siapa yang berani mencolek anak gadisku!' geram Virgou dengan muka garang.
"Kak!" tegur Terra. "Kan sudah dipukul sama Baby Mai."
"Untung semua anak perempuan dibekali ilmu bela diri," celetuk Dav lega.
"Lalu kenapa kau tak membela saudaramu, baby?" tanya Rion menyelidik.
"Affhan datang, ketika Dito sudah dipukul dan jatuh."
"Kami bertiga dipanggil guru BK!" timpal Dimas lagi.
"Loh ... kok gitu?" tanya Herman mulai tersulut emosi.
"Ya karena Baby Mai memukul. Lalu Dimas bilang kalau dia yang suruh dan Affhan yang memprovokasi," jawab Affhan santai.
Herman menghela napas panjang.
"Mestinya kau bilang jika Dito hendak melecehkanmu," sahutnya.
"Beulecehtan ipu pa'a Tate?" tanya Arion penasaran.
"Astaga ... cucuku ini," keluh pria tua itu.
"Tate ... beuletehpan ipu pa'a!" bayi itu penasaran.
"Melecehkan itu perbuatan yang tidak baik, karena melukai wanita seperti kakak Mai," jawab Terra pada akhirnya.
"Oh beudithu," sahut bayi lima belas bulan itu.
Tak lama rumah Terra kembali sepi. Herman membawa istri dan lima anaknya begitu juga Virgou.
"Ma, Baby Aisyah baru puput pusat loh!" lapor Saf.
"Oh ya?" Saf mengangguk.
"Berarti yang lainnya pasti menyusul," lanjut Terra.
Semua senang. Nai dan Daud juga sebentar lagi lulus kedokteran, setelah lulus mereka akan melanjutkan spesialisasi.
"Jadi kau masih ingin menjadi dokter kandungan?" tanya Bart pada Nai.
"Iya uyut, Nai akan lanjut ambil spesialis kandungan bersama Arimbi."
"Lalu kau Daud?"
"Daud ambil spesialis jantung uyut," jawab Daud.
"Ah, kalian memang cicit uyut yang luar biasa.
"Uyut sudah menyiapkan tiga rumah sakit untuk kalian masing-masing. Uyut harap kalian bisa menjalankannya nanti," ujar Bart.
Nai dan Daud memeluk pria tua itu sambil mengucap terima kasih. Rasya, Rasyid, Arion dan Arraya sudah naik tidur siang. Sean dan Al belum pulang begitu juga Darren, Rion dan Demian.
"Jadi sore ini kalian akan kembali ke kampus atau koas?" tanya Bart.
"Kampus, yut. Ada beberapa berkas yang harus kami penuhi. Setelah itu kami koas," jawab Nai.
Bart mengangguk. Kini Nai dan Daud sudah bersiap kembali ke kampus. Setelah mencium tangan semua orang tua. keduanya menaiki mobil masing-masing dan diantar oleh pengawal mereka.
Tak terasa hari berlalu. Kini, Leon dan Frans sudah berada di rumah Bart mereka sudah datang kemarin malam. Terra dan anak-anak datang ke sana. Begitu juga Herman dan Virgou.
"Jadi kita akan membuka perusahaan baru?' tanya Leon ketika membuka berkas.
"Iya Dad. Semua surat sudah selesai tinggal memberi nama dan tanggal pengesahannya, kita sudah membuka lowongan pekerjaan juga," jawab Virgou.
"Apa sudah dapat namanya?" Virgou menggeleng.
"PT Tridhoyo kita simbolkan angka tiga serta huruf DY. Bagaimana?" ujar Leon memberi saran.
"Itu bagus," ujar Frans setuju.
"Baik, kita beri nama perusahaan baru kita dengan nama PT Tridhoyo SaveAcounting!" putus Haidar.
Semua mengangguk setuju. Kemudian mereka pun menyusun management. Terra, Khasya dan Puspita mengambil alih kembali posisi. Sambil menunggu Dimas, Affhan dan Maisya siap dengan tanggung jawab besar.
"Mommy bisa di bidang pendataan. Mommy sangat jago akan hal itu. Jika untuk manajemen dan pengelolaan biar Te yang ambil alih, sedang pengembangan dan program perusahaan bunda yang kelola," ujar Terra.
"Ya, aku setuju," sahut Herman.
Virgou dan Haidar mengangguk setuju. Puspita tak keberatan dengan tugas barunya. Ia sudah sudah lama ingin bekerja. Sedang Khasya yang sedikit ragu.
"Bunda sudah tua. Apa iya masih pantas menjalankan perusahaan ini?"
"Kamu pasti bisa sayang," sahut Herman meyakinkan istrinya.
"Iya, bundaku pasti bisa!" ujar Virgou memberi semangat.
Bart menatap bagaimana Virgou begitu manja dengan istri dari paman cucunya itu. Virgou mendapat kasih sayang penuh seorang ibu dari Khasya.
"Baiklah, keputusan sudah ditetapkan, nama juga sudah dibuat. Biar Gomesh dan Satrio yang mengurus sisanya," ujar pria dengan sejuta pesona itu.
Mereka pun keluar ruangan dan berkumpul dengan anak-anak. Rion dan Darren juga Demian tahu akan perusahaan baru yang akan muncul dan pastinya akan viral.
"Aku yakin ketika satu perusahaan berhasil diperbaiki data neraca dan akunting mereka. Perusahaan ini viral dan banyak dicari orang juga musuh!" sahut Demian ngeri.
"Daddy sudah siapkan itu. Tidak mudah bagi perusahaan untuk menyerahkan begitu saja info akuntasi mereka. Tapi, daddy sudah meminta ketika mereka menyerahkan data keuangan harus melalui perjanjian di atas kertas, kami juga meminta tim akunting mereka ikut serta," jelas Virgou panjang lebar.
Demian berdecak kagum akan kegeniusan pria beriris sama dengannya itu.
"Baby Baliana pamu bawu banyi pa'a?" tanya Bomesh.
"Benet poyan tuh!" jawab bayi cantik itu.
Dimas langsung memasang lagu Nenek moyang. Musik terdengar Bariana sudah bergoyang dari tadi.
"Penet poyan tuh solan pebawut. Pemal meunalun puas bamudla ... beuteljan pombat piada patut ... peumentuh padai pudah piasa!"
bersambung.
Oke lah baby ...
next?