Aku yang membiayai acara mudik suami ku, karena aku mendapat kan cuti lebaran pada H-1. Sehingga aku tidak bisa ikut suami ku mudik pada lebaran kali ini, tapi hadiah yang dia berikan pada ku setelah kembali dari mudik nya sangat mengejutkan, yaitu seorang madu. Dengan tega nya suami ku membawa istri muda nya tinggal di rumah warisan dari orang tua mu, aku tidak bisa menerima nya.
Aku menghentikan biaya bulanan sekaligus biaya pengobatan untuk mertua ku yang sedang sakit di kampung karena ternyata pernikahan kedua suami ku di dukung penuh oleh keluarga nya. Begitu pun dengan biaya kuliah adik ipar ku, tidak akan ku biar kan orang- orang yang sudah menghianati ku menikmati harta ku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Leni Anita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
23
Pov Randi
"Mas, silah kan turun, kita sudah sampai!" Arin berkata pada ku ketika mobil nya berhenti tepat di depan gerbang sekolah yang sudah di tutup rapat.
Aku pun turun dari dalam mobil Arin dan melangkah kan kaki ku menuju pintu gerbang yang sudah di tutup. Sudah jam 7:35, itu arti nya pelajaran sudah di mulai 5 menit yang lalu. Aku terlambat datang ke sekolah, dan aku pasti mendapat teguran dari kepala sekolah. Sekolah tempat ku mengajar adalah sekolah Negeri dengan peraturan yang ketat, baik bagi siswa maupun guru.
"Pak, tolong buka gerbang nya, aku mau masuk!" Aku meminta pak satpam untuk membuka gerbang.
"Maaf pak, sesuai peraturan yang berlaku bapak tidak di izin kan untuk masuk!" Pak satpam menolak permintaan ku.
"Aku tahu aku terlambat, aku akan jelas kan pada bapak kepala sekolah!" Aku meyakin kan pak satpam.
"Tunggi sebentar, saya izin dulu!" Pak satpam menelepon seseorang menggunakan telepon khusus di pos jaga.
Pak satpam pasti menelepon bapak kepala sekolah, karena setiap guru yang terlambat akan berhadapan langung dengan nya. Sekolah ini di pimpin oleh seorang dengan kedisiplinan yang tinggi, akan ada sanksi tegas untuk yang melanggar nya.
"Bapak di persilah kan keruangan pak Aldo terlebih dahulu!" Satpam itu membuka gerbang dan memberi tahu ku.
"Baik pak, terima kasih!" Aku pun melangkah kan kaki ku langusng menuju ke ruangan pak Aldo.
Keadaan sekolah sudah sepi, karena semua guru dan siswa sudah berada di dalam kelas masing - masing. Tapi aku berjalan dengan kepala tertunduk, aku malu karena kini aku memasuki lingkungan sekolah dengan berjalan kaki. Biasanya aku memasuki tempat ini dengan bangga menggunakan mobil, tapi Arin sudah membuat ku malu dengan mengambil mobil ku.
"Permisi pak, boleh saya masuk" Aku berkata setelah mengetuk pintu ruangan pak Aldo yang terbuka lebar.
"Silah kan masuk pak Randi!" Jawab pak Aldo dengan tegas.
"Silah kan duduk!" titah nya lagi dengan penuh wibawa.
Aku duduk di hadapan pak Aldo, aku berfikir alasan apa yang mau aku pakai agar pak Aldo tidak marah.
"Pak Randi, bapak tahu pasti kan jam berapa sekolah ini di mulai? Semua guru harus hadir 10 menit sebelum jam pelajaran di mulai!" Pak Aldo langsung mengatakan peraturan ynag sudah aku ketahui sebelum nya.
"Maaf pak, mobil saya rusak di jalan, jadi saya terlambat!" Aku memberikan alasan pagar pak Aldo percaya.
"Itu alasan yang klasik pak, kita ini hidup di ibu kota. Ada banyak angkutan yang bisa kita gunakan saat kendaraan kita bermasalah. Salah satu nya ojek, dia bisa lebih cepat tiba di banding kan kendaraan lain!" Pak Aldo tidak percaya dengan alasan yang aku berikan.
"Maaf pak, saya bersalah. Lain kali saya tidak akan mengulangi kesalahan saya lagi!" Aku menunduk kan wajah ku di hadapan pak Aldo.
"Pak Randi, ini adalah peringatan pertama dan terakhir untuk anda. Saya tidak suka dengan orang yang tidak disiplin, karena ini adalah pertama kali nya bapak terlambat. Maka kali ini saya masih bisa beri toleransi, tapi jika hak ini terulang lagi. Maka tidak ada toleransi lagi!" Pak Aldo berbicara dengan tegas.
"Baik pak, saya berjanji tidak akan mengulangi nya lagi!" Aku berjanji di hadapan pak Aldo.
"Silah kan keluar dan lakukan tugas bapak dengan baik!" Pak Aldo mengusir ku dari ruangan nya.
"Terima kasih pak!" Aku pun melangkah kan kan kaki ku meninggal kan ruangan pak Aldo.
'Sial, sila sekali. Ini semua gara - gara Arin, masa aku harus pergi ke sekolah dengan ojek, mau taruh di mana muka ku!' Batin ku di dalam hati.
Aku harus bisa membujuk Arin agar mengembalikan mobil ku, aku tidak mau pergi ke sekolah naik ojek. Apa kata rekan - rekan kerja ku jika mereka tahu aku tidak punya mobil lagi, aku tidak mau malu. Pokok nya aku harus mendapat kan mobil ku kembali, harus bisa. Untung saja aku tidak punya jam sekarang, jam pelajaran ku di mulai pada jam ke 3 nanti, jadi aku bisa istirahat dulu.
"Pak Randi, tumben terlambat!" Sapa Pak Hanan, rekan sesama guru.
"Mobil Arin mogok pak, jadi mobil ku di bawa Arin!" Aku beralasan.
"Oh, Pak Randi ini tipe laki - laki yang sayang istri ya, mobil nya di kasih sama istri!" Pak Hanan memuji ku.
Aku hanya tersenyum mendengar pujian dari pak Hanan, semua rekan sesama guru tahu nya itu mobil ku bukan mobil Arin. Semenjak menikah dengan Arin, aku selalu mengunakan mobil itu karena Arin mengunakan mobil dinas dari kantor nya. Tapi Arin benar - benar keterlaluan, setelah aku menikah dengan Mia dia malah mengembalikan mobil dinas nya ke kantor dan malah mengambil mobil ku.
Mobil itu memang bukan aku yang membeli nya, mobil itu di belikan oleh orang tua Arin untuk nya jauh sebelum dia menikah dengan ku. Tapi bagi ku apapun yang menjadi milik Arin, sebagai suami nya aku juga berhak atas semua harta nya.
"Pak Hanan, ada berita yang lagi viral ni. Guru SMA 45 di pecat karena ketahuan menikah sirih secara diam- diam dibelakang istri nya. Dia di lapor kan oleh istri sah nya!" Tiba - tiba bu Yesi berkata sambil menunjuk kan berita viral tersebut di ponsel nya.
"Iya jelas bu, dia kan PNS seperti kita. Jadi gak bisa poligami tanpa izin dari istri sah!" Pak Hanan ikut menjawab.
"Aku benci banget sama yang namanya perselingkuhan, kalau aku jadi istri sah nya sudah pasti aku akan melakukan hal yang sama. Tidak hanya itu, aku bahkan akan menuntut nya biar dia penjara, biar tahu rasa. Sekalian aja sama selingkuhan nya biar masuk penjara!" Bu Yesi tampak sangat geram dengan berita perselingkuhan Asn itu.
Tubuh ku panas dingin mendengar nya, bagai mana jika Arin melapor kan ku pada atasan ku. Aku bisa di pecat bahkan bisa di penjara jika dia menuntut. Tidak, tidak, aku tidak mau di penjara dan aku tidak mau bercerai dari Arin.
Bagai mana dengan kebutuhan orang tua ku di kampung jika aku berpisah dengan Arin, begitu juga dengan biaya kuliah Kinan. Gaji ku tidak akan cukup buat membiayai semua itu, tidak, aku tidak akan membiarkan itu terjadi.
"Pak Randi kok kelihatan tegang begitu, ada apa ya?" Tiba - tiba bu Yesi memperhatikan gerak - gerak ku.
"Ah, gak kok bu!" Aku tersenyum menanggapi pertanyaan bu Yesi.
Aku berusaha menutupi keguguran ku, tapi aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Jika biasanya orang akan menutupi kegugupan nya dengan bermain ponsel, tapi aku tidak bisa bermain ponsel sebab ponsel ku di ambil oleh Arin.
'Rin, kamu benar - benar keterlaluan Rin, semua milik ku kamu ambil. Mobil, ponsel bahkan kamar ku pun kamu ambil. Istri durhaka kamu Rin!" Aku mengutuk Arin di dalam hati.
Arin benar - benar keterlaluan, dia bahkan mengusir ku dari dalam kamar tidur kami. Arin bahkan tidak pernah membiarkan aku tidur di dalam kamar itu lagi, Mia sendiri juga tinggal di gudang. Aku tidak bisa berkutik karena rumah yang dan semua yang aku bangga kan selama ini bukan milik ku, tapi milik Arin.
Dulu ku pikir Arin begitu bucin pada ku, sehingga aku merasa itu bukan lah masalah yang besar dengan menikahi Mia dan membawa nya ke rumah kami. Ternyata aku salah besar, Arin berubah 180 derajat dari Arin yang aku kenal dulu. Arin yang dulu begitu penurut dan dia lah yang membantu ku dan keluarga ku, tapi sekarang aku kehilangan semua nya. Keputusan membawa Mia ke sini ternyata justru menghancurkan kan semua nya.