NovelToon NovelToon
Menantu Ibu

Menantu Ibu

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / Nikah Kontrak / Mengubah Takdir
Popularitas:203.2k
Nilai: 5
Nama Author: Me Nia

Kontrak kerja Tya di pabrik garmen akan segera berakhir. Di tengah kalut karna pemasukan tak boleh surut, ia mendapat penawaran jalur pintas dari temannya sesama pegawai. Di hari yang sama pula, Tya bertemu seorang wanita paruh baya yang tampak depresi, seperti akan bunuh diri. Ia lakukan pendekatan hingga berhasil diajak bicara dan saling berkenalan. Siapa sangka itu menjadi awal pilihan perubahan nasib. Di hari yang sama mendapat dua tawaran di luar kewarasan yang menguji iman.
"Tya, maukah kau jadi mantu Ibu?" tanya Ibu Suri membuyarkan lamunan Tya.
"HAH?!"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Me Nia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 22 Malam Pertama

"Baru aja. Aku mau ke kamar mandi nunggu kau selesai salat." Jawab Diaz dengan santai. Dari posisi berjongkok berubah menjadi berdiri.

"Kan jalan masih luas. Mas Diaz bisa lewat sini." Tya menunjuk ruang kosong di sebelah kanannya.

"Bukannya nggak boleh ya lewat di depan orang yang lagi salat. Harusnya posisi kau gelar sajadahnya di sebelah kanan. Jadi aku nggak perlu lewat depan sajadah."

"Oh iya benar." Tya cengengesan. "Mas Diaz, aku boleh keluar kamar nggak nih? Bosen di kamar terus."

"Boleh. Berani turun sendiri atau mau tunggu aku selesai mandi?"

"Sendiri aja. Mudah-mudahan ada Ibu Suri di bawah. Lebih tenang berduaan sama Bu Suri daripada sama anaknya. Jujur aku mah."

Diaz mendelik. Ingin sekali tangannya menyentil hidung Tya, untung saja bisa direm. Perkataannya sering menyebalkan tapi di sisi lain kadang menggemaskan, kadang menggelikan.

"Ya udah sana keluar. Aku mau buka pakaian di sini." Diaz bersiap mengangkat ujung kaosnya.

"Eh eh. Eh eh. Ntar dulu aku lipat mukena dulu. Kan udah kubilang kalau lagi sama aku yang normal-normal aja."

Tya membuka bawahan mukena dengan tergesa dan melipat asal. Sebelum membuka atasan mukena, mengambil dulu jilbab instan yang sudah disiapkan di sofa. Memakai jilbab dari dalam mukena lalu lari terbirit-birit meninggalkan walk in closet.

Setelah terdengar suara pintu kamar yang ditutup sedikit kasar, barulah Diaz terkekeh-kekeh. Dengan langkah santai melenggang masuk ke kamar mandi, barulah mempreteli pakaiannya.

Boleh juga tuh anak dikerjain buat obat stress.

Di tengah guyuran shower yang dingin Diaz menyeringai. Tidur 45 menit lumayan menghilangkan kantuk dan lelah. Meski awalnya hanya rebahan sambil menatap plafon karena merasa tidak nyaman ada orang lain di kamarnya.

Di luar kamar, Tya menuruni tangga dengan langkah santai sambil memperbaiki kerapian jilbabnya. Pandangannya menyapu sejauh jangkauan matanya. Tak berani sampai harus memutar kepala untuk menatap detail setiap sudut rumah mewah yang sunyi. Berharap bisa bertemu orang yang dicarinya—Ibu Suri.

Penilaian sementara untuk aura rumah 6/10. Mending rumahku kecil tapi terasa hidup. Hangat oleh canda tawa. Ini sepi kayak kuburan.

"Duh ngomong-ngomong rumah jadi kangen Joko. Joko kangen aku nggak ya." Tya bergumam yang hanya bisa didengarnya sendiri.

"Tya, sini!"

Tya tersenyum dan menghela napas lega. Yang dicarinya melambaikan tangan dari arah ruang makan. Begitu dihampiri, Ibu Suri menggandeng tangannya setelah meminta mbak membuatkan teh tawar.

"Kita santai di belakang ya, Tya."

Tya menurut saja. Memang tidak tahu apa yang harus dilakukan sore dengan statusnya sebagai istri Diaz di tengah drama kawin-kawinan. Tadinya akan duduk di kursi terpisah tapi ibu mertua mengajak duduk bersama kursi panjang.

"Diaz lagi apa, Tya?"

"Barusan bangun tidur terus mau mandi, Bu."

"Kalian tidur bareng?" Suri memperhatikan reaksi Tya sambil mengulum senyum.

"Nggak mungkin dan nggak akan dong, Bu. Aku sama Mas Diaz udah bikin aturan baru tidak tertulis." Tya memperhatikan sekeliling dulu sebelum melanjutkan ucapan. Sejenak jeda dulu karna asisten rumah tangga datang mengantarkan minuman teh dalam poci kaca serta tiga gelas kosong yang masih menangkup. Sudah ada dua toples kue tersaji di meja.

"Ayahnya Diaz baru aja pergi meeting, pulangnya pasti malam. Kita bebas ngobrol." Suri paham kekhawatiran yang dirasakan Tya. "Peraturan tidak tertulisnya apa aja tuh?"

"Nggak banyak kok, Bu. Soal tempat tidur aja aku pengen pisah. Jadinya aku tidur di walk in closet kan ada sofa bed. Sama soal membersihkan kamar biar sama aku aja, biar mbak yang biasa bersih-bersih nggak mencium bau-bau kejanggalan.

"Kalau menurut Ibu sih soal bersih-bersih kamar nggak masalah sama mbak. Kan mbak nggak akan masuk kamar kalau kalian masih tidur. Udah...Tya nggak perlu pegang apapun pekerjaan rumah. Di rumah ini kau bagian dari tuan rumah. Fokus sama tugas utama aja."

"Tapi Bu...." Tya tidak melanjutkan ucapannya karena Ibu Suri memasang telunjuk di depan wajah. Bibir yang masih terbuka kembali mengatup.

"Wayang harus nurut sama perintah dalang. Kau boleh protes kalau fasilitas yang Ibu kasih masih kurang. Siap-siap nanti Senin mulai kursus mengemudi. Mobil yang Ibu janjikan bakal datang kalau kau udah mahir nyetir. Oh ya soal tebus sertifikat rumah, nanti kita urus saat Diaz dan ayahnya udah berangkat ke Kalimantan."

Tya mengedipkan mata dua kali sesuai jumlah kejutan yang baru saja didengarnya. Lagi-lagi secara tidak langsung ia diingatkan untuk menjalankan tugas dengan baik.

"Diaz, sini! Ibu tunggu di teras belakang." Suri menutup panggilan singkat lewat ponsel yang baru saja dilakukannya.

Soe ini, Tya menyaksikan sisi lain Ibu Suri yang biasanya hangat, kali ini tampak tegas yang tak berani untuk dibantah. Perhatiannya beralih pada dua kucing yang berlarian entah dari mana asalnya. Kepalanya sampai berputar mengikuti gerak kucing yang ternyata menuju arah pintu dimana di sana ada Diaz berdiri.

"Si Cumi dan Luna tahu aja ada daddy nya datang." Suri terkekeh melihat dua kucing gembul berputar-putar di kaki Diaz. "Diaz emang suka kucing dari kecil. Lihat kucing liar aja suka dikasih makan.

Tya melebarkan mata. Ia melihat sisi lain seorang Diaz yang tersenyum lembut pada kucing-kucing kini digendongnya yang lalu dibawa serta duduk di pangkuan sambil diusap-usap.

Aku sama si Joko disebut babu. Diaz sama kucing disebut daddy. Sungguh kesenjangan kasta.

"Diaz, tadi Ayah bilang, besok malam kita akan dinner sama keluarga durjana."

"Males banget." Diaz mendengus.

"Kau pikir Ibu suka? Sabar jadi anak penurut dulu. Ibu aja puluhan tahun sabar jadi istri penurut."

"Di mana tempatnya?"

"Belum tahu. Yang pasti di luar rumah."

***

Ini malam pertama yang dilalui Tya sebagai istri Diaz. Setelah berbincang sore di teras belakang lalu berlanjut makan malam bertiga selepas Maghrib, tidak ada lagi cengkerama di ruang keluarga. Ibu Suri pergi pukul tujuh diantar Husain tanpa bilang mau ke mana. Jadilah Tya duduk menyendiri di sofa bed karena Diaz juga tengah tenggelam bersama laptopnya.

"Duh ini tangan gatal pengen upload quote. Tapi apa kata orang. Ini kan malam pertama. Mana Kak Bisma sama Mbak Susan follower aku." Tya mengetuk-ngetuk ponselnya ke kening. Malamnya sungguh membosankan.

Kira-kira ART di bawah lagi ngegosip soal pengantin baru nggak ya. Dikira aku dan mas Diaz buru-buru masuk kamar buat unboxing kali ya.

Membayangkan itu, Tya terkikik pelan sambil bahunya bergidik. Bosan tanpa kegiatan, ia turun dari sofa menuju lemari kaca bening tempat tas dan sepatu serta aksesoris tersimpan. Memilih padu padan untuk acara dinner besok.

Ketukan di pintu terdengar. Tya menoleh begitu namanya dipanggil oleh Diaz. Pintu memang dikunci karena dirinya sedang menggerai rambut. Buru-buru mengikat rambut dan mengenakan jilbab.

"Lagi ngapain?" tanya Diaz begitu pintu dibuka.

"Lagi napas, Mas."

"Ditanya serius jawabnya ngeselin." Diaz mendecak.

"Aku jawab serius lho itu. Oh iya lupa, Mas Diaz kan belum kenal aku. Kalau aku jawab lagi napas berarti aku lagi nggak ada kegiatan. Temen-temen kalau dengar jawaban gitu pasti langsung ngajak keluar, jajan bareng."

"Oh itu kode. Jadi pengen diajak keluar sama aku?"

"Bukan gitu. Aku lagi menerangkan artinya. Astaghfirullah kirain pintar."

"Tya..." Diaz menggeram. "Sekali lagi ngeledek, aku kasih hukuman. Ini peraturan tidak tertulis baru."

"Hah? Apa hukumannya?"

1
bundanya Fa
modusmu mas.... pasti nanti hukumannya yg aneh2 gitu.
bundanya Fa
penurut sambil mikirin strategi berperang. 🤭
bundanya Fa
ibu suri kepo. 🤣🤣🤣
tidur bareng itu maunya ibu suri kaaan.... sabar ya ibu. 🤭
bundanya Fa
lari kayak dikejar setan beneran kan tya.... setannya mas dias. 🤣🤣🤣🤣
bundanya Fa
malam pertama sdh mulai muncul hilal cintanya ke tya kaaan....
bundanya Fa
haha... siksp terbukanya tya nih juga bikin dag dig dug dias.😄😄
astri chan
haduhhh bacanya nanti apa ya kalau udah banyak
Mamah Eneng
hukumnya pasti di cium🤭
Dhesy Echa
cium🤣🤣🤣
mamak"e wonk
suka dgn karakter tya
Wiwi Nurwiyah
jangan biling hukuman nya dicium🤭
Wiwi Nurwiyah
😄😄😄😄😄👍👍
Wiwi Nurwiyah
boleh ketawa lebar gak tya?
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Wiwi Nurwiyah
diratukan mertua ini mah ceritanya😄🤭🤭🤭
Hera Wati
selalu suka alur ceritanya thanks ka nia
Wiwi Nurwiyah
joko selalu dihati,,,,kudis aja kalah🤣
Wiwi Nurwiyah
hmmm...sombong dijadiin obat stres,,ntar kalo kontrak nya udh habis kamu yg stres karna gak bisa melupakan tya😄😄🤭
Wiwi Nurwiyah
tya kenapan,,,takut ternoda ya mata nya,,padahal kan udh sah mau dilihat juga🤭
Wiwi Nurwiyah
hati" kudis,,nnti lama lama terbiasa dgn tingkah tya dan kamu susah buat melupakan tya
Ddsyahwa
/Heart//Rose/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!