No action
No romansa
Masuk ke dalam novel❎
Melompati waktu karena penyesalan dan balas dendam ❎
Orang stress baru bangun✅
*****
Ini bukan kisah tentang seorang remaja di dunia modern, ini kisah pangeran tidur di dunia fantasi yang terlahir kembali saat ia tertidur, ia terlahir di dunia lain, lalu kembali bangun di dunianya.
-----------------
"Aku tidak ingin di juluki pangeran tidur! Aku tidak tidur! Kau tau itu?! Aku tidak bisa bangun karena aku berada di dunia lain!" -Lucas Ermintrude
******
Lucas tidak terima dengan julukan yang di berikan oleh penulis novel tanpa judul yang sering ia baca di dunia modern, ia juga tidak ingin mati di castil tua sendirian, dan ia juga tidak mau Bunda nya meninggal.
-------------------
"Ayah aku ingin melepaskan gelar bangsawan ku, aku ingin bebas."-Lucas Ermintrude
"Tentu saja, tidak."-Erick Hans Ermintrude
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lucapen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 19
Erick menempatkan tubuh Lucas di atas kasur mewah istana. Rambut putih yang berkilauan milik Lucas nampak bercahaya di bawah cahaya batu sihir yang bergantung di seluruh sudut kamar besar nan mewah itu.
Remaja itu bernafas dengan sangat pendek dan cepat, keadaannya memburuk, suhu tubuhnya sangat tinggi, serta tubuhnya yang terus bergetar hebat.
Erick nampak panik dan khawatir saat melihat wajah pucat pasi anaknya. Sepertinya itu adalah kondisi terburuk anaknya.
"Ayah! Apa yang sebenarnya terjadi?!" teriak Jonathan yang tiba-tiba menerobos masuk ke dalam tempat Lucas terbaring.
"Pangeran, tolong keluar dulu!" pinta Zafiar yang telah membawakan seorang pria yang menjadi kepala healer istana.
Jonathan langsung bungkam saat melihat adiknya terbaring lemah di atas kasur.
"Apa yang terjadi?" tanya Healer langsung mendekat ke arah kasur lalu memeriksa keadaan lucas.
"Keadaannya memburuk saat ia menggunakan kekuatan penyembuhannya pada Liam," jawab Erick mengepalkan tangannya kuat.
"Yang mulia, dokter dan alchemist telah tiba!" seru Liam yang baru tiba, bercak darah di baju dan tangan Liam masih menempel di sana.
"Sa— sakit, bunda sakit," lirih Lucas meremat kuat selimut di bawah tubuhnya.
Alchemist yang baru datang dengan semua bahan ramuan yang ia bawa masuk dan meracik ramuan herbal yang di butuhkan oleh Lucas dengan cepat dan teliti.
"Apa yang sedang terjadi?" gumam penyihir wanita yang memiliki rambut perak dengan tongkat kayu yang memiliki kristal biru di ujung tongkatnya.
"Yang mulia! Yang terjadi pada pangeran?!" tanya penyihir itu mengerinyit tidak suka setelah memeriksa tubuh Lucas.
"Lucas mengunakan kekuatannya," jawab Erick memijat pelipisnya pusing.
"Pangeran tolong keluar," pinta Zafiar pada Jonathan yang masih memaksa untuk ikut melihat keadaan adiknya.
"Tolong berikan ruang untuk pangeran agar kami bisa mengobati beliau," ucap Dokter dengan serius setelah memegang dada Lucas.
"Pangeran tolong keluar," ajak Zafiar langsung menarik Jonathan dan menutup pintu kamar Lucas. Pria itu membiarkan Erick tetap berada di sana agar bisa melihat keadaan Lucas.
****
Luciana menatap suaminya tajam saat melihat penampilan baru putra bungsunya, rambut anaknya tidak ubanan sepenuhnya tadi pagi, kenapa sekarang rambut remaja itu ubanan seluruhnya? Di timbah anaknya nampak tidak bisa bangun dan hanya menatapnya dengan berbaring di atas kasur.
"Ada apa dengan putraku?!" tanya Luciana mengepalkan tangannya kuat.
"Maaf," ucap Erick lirih.
"Kenapa kau meminta maaf?! Sudahku bilang untuk tidak melakukan rencana konyolmu itu! Kenapa kau sangat keras kepala sialan!" bentak Luciana dengan napas memburu dan mata memanas, rasanya ia sangat kesal pada sang suami yang sangat-sangat keras kepala itu.
"Bu— bunda hentikan, ayah sudah meminta maaf," sahut Lucas berusaha menenangkan sang Bunda yang nampak masih sangat marah.
"Mana Liam?! Dia yang ikut-ikutan dengan rencana si sialan ini!" umpat Luciana, nampaknya tidak ada yang namanya wibawa seorang ratu bila dalam mode keibuan.
"Bunda, tolong dengarkan aku. Ini bukan salah ayah, ini salah aku. Tidak seharusnya aku mengunakan kekuatanku, aku terlanjur panik," ucap Lucas masih saja berusaha melindungi ayahnya.
"Kekuatan? Kekuatan apa?" tanya Luciana menautkan kedua alisnya menatap sang anak.
"Bukan kah, Bunda sudah mengetahui kekuatanku? Nah masalahnya kekuatan penyembuhanku mengambil energiku, ditambah aku sedang tidak sehat jadi itu berefek buruk pada keadaan tubuhku," jawab Lucas berusaha duduk.
"Jadi?" tanya Luciana mengerinyit curiga dengan ucapan sang anak.
"Jadi setengah tubuhku sekarang sedang lumpuh, ayolah itu bukan hal buruk. Perlahan ini akan membaik," jawab Lucas sembari mengaruk kepalanya yang tak gatal.
"Apa Bunda bisa duduk dulu dan mari dengarkan apa yang ingin Lucas katakan?" tanya Erick sembari menarik sebuah kursi untuk sang istri duduki.
"Baiklah," jawab Luciana langsung duduk di atas kursi menatap putranya lekat.
"Jadi gini ...." Lucas tak tau harus memulainya dari mana. Apa dimulai dari perkara burung? Atau perkara kakeknya?
"Jadi? Apa?" tanya Luciana yang kini melipat kedua tangannya di dada. Sekarang apa? Anaknya akan berkata apa? Apa bocah itu akan berbohong lagi pikir Luciana penuh kecurigaan.
Wanita itu nampak meninggalkan kerutan di dahinya serta matanya yang di penuhi dengan ketidak percayaan.
"Aku tidak tau harus dimulai dari mana," ucap Lucas memegang kedua tangannya gelisah sembari cengengesan seperti orang bodoh.
"Bunda mau dengar semuanya," jawab Luciana nampak serius.
Wanita itu sungguh menyeramkan saat serius seperti sekarang.
"Tapi ceritanya panjang, Bunda. Bunda dan ayah pasti sibuk sekali, apa lagi kak Jonathan yang baru pulang dari kerajaan tetangga," ujar Lucas yang sepertinya ingin menghindari pembicaraan tersebut.
"Jangan beralasan lagi, tidak ada gunanya terus-terusan beralasan Lucas." Luciana menatap anaknya dengan serius.
Berbeda halnya dengan Erick, pria itu nampaknya hanya bisa diam dulu karena bila ia berbicara maka istrinya akan menyalahkannya karena putra mereka terluka karena pria tersebut.
"Ceritanya panjang. Bunda tidak akan memiliki waktu untuk mendengarkannya," jawab Lucas lagi seolah-olah hal yang akan ia katakan bukan hal penting.
"Lucas. Bukan hanya bunda yang ingin mendengarkan penjelasan dari mu. Bahkan Ayah ingin mendengarkan dari Lucas sendiri. Maaf telah menuduh Lucas bersekutu dengan iblis," seru Erick yang berdiri di belakang kursi istrinya duduki.
"Itu bukan hal penting Ayah. Itu benar-benar bukan sesuatu hal yang harus di dengarkan," jawab Lucas menunduk dalam sembari mengemili selimutnya.
"Lucas! Bunda sudah bersabar! Sampai mana engkau akan mengoceh hal yang tidak penting?!" bentak Luciana penuh amarah namun dengan nada bicara yang sangat berwibawa. Mungkin karena itulah ia menjadi seorang permaisuri yang sangat berwibawa dan karismatik.
Lucas tersentak kaget dan perlahan menatap wajah sang bunda yang nampak sudah terlihat sangat marah.
"Berbicara! Atau Bunda paksa engkau berbicara, Nak? Hanya orang-orang rendah yang berbicara bertele-tele. Segeralah berbicara dan bercerita. Bunda selalu memiliki waktu untuk mendengarkan ceritamu," ujar Luciana menatap tegas sang anak.
"Baiklah! Baiklah! Bunda ingin mendengarnya dari mana?" tanya Lucas menghela nafas kasar.
"Semua! Bunda ingin mendengarkan semuanya dengan detail dari Lucas," jawab Luciana dengan tatapan mata serius dan tegas.
Erick duduk di samping kasur sang anak lalu menatap putranya lekat dan serius.
"Ini semua dimulai dari perkara burung ayah," ucap Lucas menjeda kalimatnya beberapa menit. "Waktu itu Anastasia menjatuhkan sangkar burung ayah mengunakan sihir anginnya. Aku sudah melarang Anastasia untuk tidak mengunakan sihir tersebut di sana, namun ia tidak mendengarnya," lanjut Lucas menghela nafas kasar. Ia sangat malas untuk menceritakan masa lalunya karena itu terdengar tidak adil untuknya.
"Ya. Bunda tau cerita itu, maaf atas kecerobohan Bunda yang langsung berkata-kata buruk untuk Lulu," ucap Luciana menyesal dengan kejadian tersebut.
"Tidak papa Bunda. Masalahnya juga sudah berlalu," jawab Lucas tersenyum sampul.
"Bisakah ceritanya dilanjutkan?" tanya Erick yang sejak tadi serius mendengarkan semua ucapan putranya.
[TBC]