Kisah perjalanan pernikahan Kaluna dan Nathan yang harus kandas karena sebuah kesalahpahaman yang di sebabkan oleh adik Nathan yang tidak menyukai Kaluna menjadi bagian keluarga mereka.
Tiga tahun kemudian saat Kaluna mendapat pekerjaan saat itu ia harus berurusan kembali dengan keluarga mantan suaminya.
Bagaimana lanjutan kisah Kaluna dan Nathan apakah mereka akan rujuk kembali ataukah mereka menemukan tambatan hati yang lain. Jangan lupa ikuti kisahnya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itz_zara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tiga Puluh Dua
Alea kini telah sampai dimana tempat ia dan Olivia akan bertemu. Alea melihat sekelilingnya dan mencari Olivia. Ia melihat Olivia sudah menunggu di tempat yang mereka janjikan, yaitu di sebuah kafe kecil di pusat kota. Olivia terlihat cantik dengan gaun merahnya dan rambutnya yang tergerai indah.
Alea tersenyum dan berjalan menuju Olivia.
"Hai, Liv!" katanya dengan hangat.
Olivia tersenyum dan membuka pelukan untuk Alea.
"Hai, Ale! Seneng gue ketemu sama lo lagi," katanya.
Alea dan Olivia berpelukan erat, saling memandang dengan senyum hangat. Mereka berdua duduk di meja yang telah disiapkan oleh Olivia, dan mulai memesan makanan dan minuman.
"Gimana kabar lo, Liv?" tanya Alea dengan penasaran.
"Gue baik, Ale," jawab Olivia.
"Jadi tujuan lo ngajakin ketemu buat bahas Nathan kan? Gimana-gimana?" Tanyanya semangat.
"Yap betul sekali. Lo masih suka sama abang gue kan, Nathan?" Tanya Alea pada Olivia.
"Ya gue masih suka sama abang lo Nathan. Apalagi pas denger dia udah cerai sama suaminya gue pengin banget deketin lagi. Tapi ternyata gue sibuk banget gak ada waktu," kata Olivia.
"Nah kebetulan banget. Niatnya gue sama mama gue pengin jodohin lo sama Nathan secepatnya. Gimana lo bisa?" Kata Alea serius.
"Seriusan lo? Kenapa tiba-tiba banget?"
"Serius gue, ya karena gue gak mau abang gue rujuk sama wanita gak tau diri itu." Kata Alea menggebu-gebu.
"Wanita gak tau diri? Maksud lo mantan istrinya Nathan?" Tanya Olivia.
"Iya dia. Gue benci banget sama dia." Kata Alea.
"Tunggu-tunggu. Jadi lo benci sama mantan kakak ipar lo gitu? Emang kenapa si lo kaya benci banget gue liat-liat,"
"Karena gue gak suka dia jadi kakak ipar gue. Gak level sama keluarga gue,"
Olivia terkejut dan penasaran dengan alasan Alea membenci Kaluna.
"Gak level sama keluarga lo? Maksud lo apa?" Tanya Olivia ingin tau.
"Mantan ipar gue itu dari keluarga miskin dan itu gak setara sama keluarga gue. Dulu sebelum abang gue nikah, gue pengin banget punya ipar yang bisa gue aja quality time bareng. Eh ternyata abang maunya sama cewek udik. Apalagi dia juga selingkuh iyuh gue gak mau dia jadi ipar gue lagi."
"Gue paham. Jadi kapan gue bisa ketemu Nathan. Gue udah gak sabar."
"Secepatnya kalau perlu langsung nikah aja gak papa," jawab enteng Alea.
"Wah seriusan lo. Makin gak sabar gue," kata Olivia semangat.
"Seriusan, Liv! Gue pengin lo sama abang cepet bersama. Tenang aja gue bakalan atur pertemuan lo sama abang gue secepatnya.
"Thank you le, berkat lo penantian gue gak bakal sia sia,"
"Sama-sama, Liv!
Keduanya berpelukan erat, berbagi kebahagiaan dan harapan untuk masa depan yang cerah.
"Akhirnya satu persatu rencana gue bakalan terwujud," kata Alea dalam hatinya.
Alea tersenyum puas dan merasa bahwa rencananya untuk menjodohkan Olivia dengan Nathan mulai terwujud. Ia merasa bahwa ini adalah langkah yang tepat untuk memastikan kebahagiaan keluarganya, terutama Nathan yang telah lama mengalami kesulitan setelah perceraian dengan Kaluna. Apalagi nanti Kaluna gak akan pernah masuk lagi ke kehidupan keluarganya.
Dengan hati yang penuh harapan, Alea memandang Olivia yang masih berpelukan dengannya, dan ia merasa bahwa masa depan yang cerah telah menanti mereka semua.
*****
Pukul sembilan pagi Kaluna telah sampai dirumahnya. Ia bisa melihat rumahnya yang tampak sepi. Dengan ragu-ragu ia melangkah menuju ke depan rumah.
Tok...tok...tok....Assalamualaikuk ibu ayah," panggil Kaluna.
"Waalaikumsalam," jawab ibu dari dalam rumah.
"Kaluna," teriak ibu langsung menghambur kepelukan Kaluna.
"Ibu kangen banget sama kamu nak," kata ibu sambil menangis.
"Luna juga kangen banget sama ibu," balas Kaluna tak kalah erat memeluk ibunya.
"Gimana nak kamu sehat kan nak disana," tanya ibu sambil melepaskan pelukannya.
"Alhamdulillah Kaluna sehat."
"Yuk masuk, ayah dikamarnya," kata ibu pada Kaluna.
Kaluna segera menuju ke kamar kedua orang tuanya. Disana ia bisa melihat ayahnya yang tampak terbaring di ranjangnya dengan wajah yang sedikit pucat.
"Assalamulaikum ayah," salam Kaluna pada ayahnya.
"Waalaikumsalam nak, kapan kamu pulang?" Tanya ayah nya sambil bangun dari tidurannya.
"Baru sampai ayah. Ayah kenapa kok bisa sampai sakit?" Tanya Kaluna sambil memeluk ayahnya.
Kaluna itu anak tunggal yang begitu sayang dengan orang tuanya. Apalagi ia sangat dekat dengan ayahnya.
"Biasa nak ayah cuma kecapean aja karena ke sawah," kata ayah.
"Kenapa bisa kecapean ayah. Kan Luna udah bilang sama ayah dan ibu jangan sampai kecapen,"
"Ayah tidak bisa diam di rumah saja, nak," kata ayah dengan senyum.
"Ayah harus bekerja untuk mencari nafkah bagi kita semua."
Kaluna mengangguk dan memandang ayahnya dengan khawatir.
"Tapi ayah harus menjaga kesehatan juga, ya. Luna khawatir jika ayah sakit."
Ayahnya tersenyum dan memeluk Kaluna.
"Ayah akan menjaga kesehatan, nak. Ayah janji."
Kaluna merasa lega dan membalas pelukan ayahnya. Ia sangat mencintai ayahnya dan ingin memastikan bahwa ayahnya selalu sehat dan bahagia.
"Lun, udah makan belum kamu?" tanya ibu saat memasuki kamar.
"Udah kok bu tadi sebelum kesini," kata Kaluna.
"Ya sudah sana kamu istirahat dulu." perintah ibu pada Kaluna.
"Tapi Luna masih kangen sama ayah bu," rengek Kaluna.
"Nanti kan bisa pelukan lagi."
"Ya udah deh aku ke kamar dulu. Ayah aku ke kamar dulu ya! Nanti aku keseni lagi. Dah ayah," kata Kaluna.
Orang tua Kaluna hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah Kaluna yang masih seperti anak kecil. Padahal dirinya sudah memiliki anak.
"Yah ibu perhatikan Kaluna kaya bahagia gitu ya kerja disana," kata ibu pada ayah.
"Iya ayah juga mikir hal yang sama kaya ibu. Kaluna jadi lebih ceria lagi gak muram," ayah menyetujui perkataan ibu.
Ibu dan ayah Kaluna saling memandang dan tersenyum, merasa bahagia melihat anak mereka yang sudah dewasa masih memiliki sisi kekanak-kanakan yang membuat mereka tersenyum.
"Mungkin karena Kaluna sudah lama tidak pulang ke rumah, jadi sekarang dia merasa sangat bahagia bisa berkumpul dengan kita lagi," kata ibu dengan senyum.
Ayah mengangguk setuju. "Iya, mungkin benar. Tapi yang penting sekarang Kaluna sudah bahagia dan kita juga bahagia melihatnya."
Keduanya saling memandang dan tersenyum, merasa bahagia dan bersyukur memiliki anak yang masih sangat mencintai mereka.
Momen kebahagiaan itu terus berlanjut, dengan Kaluna yang masih bersemangat dan ceria, bermain dan bercanda dengan orang tuanya. Suasana rumah menjadi sangat hangat dan bahagia, dipenuhi dengan tawa dan senyum.
Ibu dan ayah Kaluna saling memandang, merasa sangat bersyukur memiliki anak yang seperti Kaluna, yang masih sangat mencintai dan menghargai mereka. Mereka berdua merasa bahwa mereka telah melakukan sesuatu yang benar dalam membesarkan Kaluna, dan bahwa cinta dan kasih sayang mereka telah membentuk Kaluna menjadi orang yang baik dan bahagia.
bakalan seru kalau semua kebusukan alea terungkap...