Bram, lelaki yang berperawakan tinggi besar, berwajah dingin, yang berprofesi sebagai penculik orang-orang yang akan memberi imbalan besar untuk tawanan orang yang diculiknya kali ini harus mengalah dengan perasaan cintanya.Ia jatuh cinta dan bergelora dengan tawanannya. Alih-alih menyakiti dan menjadikan tawanannya takut atas kesadisan. Dia malah jatuh cinta dan menodai tawanannya atas nama nafsunya. Ia mengulur waktu agar Belinda tetap jadi sandranya. walaupun harus mengembalikan uang imbalannya dan ancaman dari pembunuh bayaran ketiga, dia tidak peduli. malam itu dia menodai Belinda.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CACASTAR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PELARIAN KEDUA KALINYA
Setibanya di pondok, Bram mandi di kamar mandi kecil yang ada sumurnya. Setelah ia mandi, ia menyuruh Belinda mandi. Ia menunggu di luar pintu kamar mandi itu, menunggui Belinda yang katanya takut. Kamar mandi itu memang agak gelap karena Watt lampunya. Belinda mandi agak tergesa-gesa didengarnya dari luar.
"Hei, aku di luar, tidak usah terburu-buru, aku akan menjagamu di sini."
Byurrrr
"Yaaa".
Byurrrr
Awalnya ia bingung, tidak ada shower di kamar mandi itu bahkan toiletnya jongkok. Dia bingung cara memakai gayung dan cara mengambil air dari ember kecil, dan cara mengguyurkan ke badannya.
Bram lalu mengajarkannya. Dia tertawa, melihat ada manusia yang tidak mengerti cara mandi menggunakan gayung. Tentu saja Belinda adalah gadis kaya raya tentunya ia mandi berendam di dalam bathtub di rumahnya atau di hotel, sedangkan di sini hutan. Mana ada shower dan bathtub.
Belinda keluar dengan handuk yang menutupi tubuhnya, dia padahal membawa baju ke dalam kamar mandi malah keluar menenteng baju itu lagi keluar, lucu sekali.
"Hei, pakai bajumu dulu!"
Ia mendorong dengan lembut badan Belinda masuk kembali ke dalam kamar mandi agar memakai bajunya kembali.
Belinda masuk ke kamar mandi dan memakai pakaiannya, dia agak kesal karena harus memakai pakaiannya di kamar mandi yang sempit itu.
.....
Bram duduk di depan perapian, dia memasukkan dahan, potongan batang pohon, dan ranting ke dalam api perapian.
Kaki tangan yang lain ada di luar. Di depan api unggun membakar seekor kijang.
Lalu, datanglah kaki tangannya yang 7 orang datang bersamaan.
"Bos, gawat, boss!"
"iyaa,bos!
"Mereka semakin mendekat!"
"Mereka sekarang ada di laut Awartia."
"Mereka membawa pasukan banyak sekali."
"Kita berangkat sekarang juga!"
"Kita lewat lautan Burma agar tidak bertemu mereka."
"Siap, Bos!"
"Pergilah ke kapal, siapkan semuanya, beberapa menit lagi aku akan menyusul!"
"Hei, Kalian bawa makanan ini dulu beberapa, makanlah di jalan!"
"Kalian tidak ada tenaga bila tidak makan!"
"Siap, Bos!"
"Mereka membawa beberapa perbekalan yang dibelinya tadi, memasukkan ke ransel mereka, lalu berjalan 6 orang, dua orang lagi menunggu bos mereka."
"Belinda, ayo kemasi barangmu!"
"Iyaa"
Belinda mengemasi isi tasnya yang sebesar tas ransel kecil. Tas itu muat membawa makanan. Ia lalu memasukkan beberapa makanan, bedak, sabun yang dimintanya dibelikan tadi. waooo, ia sekarang punya wawasan tentang mengemas barang ke dalam tas, padahal dulu dia dilayani oleh empat orang asisten bila bepergian dan sepuluh pengawal. Amazing.
Bram meraih minuman soda dalam kantong belanjaan itu meneguknya, lalu ia memakan sepotong roti, dua kali gigitan ia habiskan. Ia memakan apel tiga kali gigitan habis. dia melempar mimuman soda dan roti panjang kepada kaki tangannya yang berdua. Mereka memakan dan meminumnya.
Belinda membuka kantong makanan yang lain, chocolate pesanannya dimakannya, lalu ia meminum susu. Dia meminumnya dua teguk itu sudah membuatnya kenyang.
"Hei, makanlah yang banyak!"
"Tidakk, aku sedang diet."
Dia lalu mencari sari jeruk dalam kantung itu, ia mendapatkannya meminumnya.
"Ayo, cemon!"
Mereka berempat berjalan cepat menyusuri jalan setapak tadi menuju kapal milik Bram. Bram merasa Belinda akan kewalahan, ia melepaskan koper berisi uang di tangannya, dilemparkannya ke tangan kaki tangan 3, dan tas ransel dilemparkannya kepada kaki tangan 1.
"Hei, pegang ini!
Lalu Bram membopong Belinda lalu mengangkatnya ke atas punggungnya. meraka akhirnya sampai di kapal dan perjalan itu berlanjut menuju negara Dulux, negara kelahiran Bram.
Dia pikir di sana akan aman.
...
sesampainya di negara Dulux Bram Bram masuk ke sebuah salon, dia meminta tukang cukur rambut di salon itu memotong rambut Belinda menjadi pendek.
"Noo...Honey!"
"Diamlah, ikuti saja perintahku!"
"Cepatlah lakukan!" Ia menyuruh tukang salon itu memotong rambut Belinda. Belinda terpaksa merelakan rambutnya dipotong pendek, sebahu. padahal rambutnya panjang sepunggung. Ia tahu hal itu lakukan agar mengelabui identitasnya, ia harus merubah penampilannya.
Sama halnya dengan Belinda Bram mencukur Brewok dan kumis tipisnya. Digunakannya sendiri pekerjaan itu. Ia mahir melakukannya.
para kaki tangan berjaga-jaga di sekeliling salon itu. Belinda sudah berganti rambut berwarna Blonde. Bram memberi uang pada Tukang salon itu lebih dari harga tarifnya sebagai uang tutup mulut.
Mereka lalu ke toko persenjataan, membeli beberapa senjata tambahan yang diperlukan, ke toko baju membeli baju untuk Belinda.
Lalu, Bram membawa Belinda ke sebuah hotel. Hotel kecil di tengah kota. Kali ini ada shower dsn bathtub-nya.
Kaki tangannya disuruhnya beristirahat di kamar sebelah. Hanya dua orang yang bergantian berjaga di depan pintu kamarnya.
Dalam tiga hari perjalanan dia merasakan capek luar biasa. penampilan Belinda dengan rambut barunya membuat dia jadi lebih fresh. Belinda berambut blonde sekarang.
Malam itu, Bram memuaskan hasrat seksualnya pada Belinda. Dia menghentakkan miliknya ke dalam milik Belinda dengan ganasnya. Kaki Belinda begitu lebar dibukanya. Dia begitu ganas melahap belinda. Ini lebih ganas dari malam sebelumnya. Badan mereka hanya ditutupi selimut tipis. Belinda meraung kesenangan.
Mereka puas hingga terlelap sampai esok harinya.