AREA DEWASA!!
Empat tahun menduda pada akhirnya Wira menikah juga dengan seorang gadis yang bernama Mawar. Gadis yang tidak sengaja Wira tabrak beberapa waktu yang lalu.
Namun, di balik pernikahan Wira dan Mawar ada seorang perempuan yang tidak terima atas pernikahan mereka. Namanya Farah, mantan karyawan dan juga teman dari almarhum istri Wira yang bernama Dania. Empat tahun menunggu Wira pada akhirnya Farah lelah lalu menyerah.
Tidak berhenti sampai di sini, kehidupan masa lalu Wira kembali terusik dengan kehadiran iparnya yang bernama Widya, adik dari almarhum Dania. Masalah yang sudah terkubur lama namun nyatanya kembali terbuka semua kebenarannya setelah kehadiran Widya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ni R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 06
"Wira,....!" Farah memanggil Wira, melambaikan tangan tepat di depan wajah pria itu. Wira yang entah melamun ke negera mana tidak menghiraukan Farah yang sejak tadi memanggil namanya.
"Wira....!!" sekali lagi Farah memanggil Wira sambil menyentuh tangan Wira yang sedang menopang dagunya.
"weh....kenapa menyentuh ku?" tanya Wira terkejut.
"Sejak tadi kau melamun, apa salahnya jika aku menyentuh mu?"
"Itu tidak sopan namanya. Masih ada cara lain kan?" protes Wira.
"Cara lain apa? nih tenggorokan seret manggil kamu tapi kamunya gak sadar!" ucap Farah membuat Wira terdiam.
Wira bangkit dari duduknya, mengambil jasnya kemudian keluar dari ruangannya. Farah yang kesal langsung mengikut pria itu.
"Kau mau kemana Wira?" tanya Farah dengan wajah ketusnya.
Wira membalikkan tubuhnya, menatap wajah Farah yang berpura-pura kesal.
"Kenapa sih kau ingin tahu urusan ku hah? tugas mu di sini hanya bekerja, bukan mengurusi pribadi ku!" ucap Wira dengan tegasnya, membuat Farah ternganga jika Wira bisa mengatakan hal yang menyakitkan seperti ini.
"T-tapi aku ha.....!"
"Kerjakan pekerjaan mu, jangan coba-coba mengganggu ku!" sekali lagi Wira menegaskan pada Farah.
Wira membuang nafas kasar, kemudian pria ini pergi begitu saja. Meninggalkan Farah yang hatinya sekarang sudah sebesar buah kelapa.
Kakinya menghentak, kedua tangannya mengepal tidak terima atas perlakuan Wira yang begitu acuh padanya.
"Brengsek!" umpat Farah, "kenapa sangat sulit untuk meluluhkan hati mu Wira? seberapa tinggi Dania bertahta di hati mu hah?"
Wira yang tidak peduli pada Farah terus melajukan mobilnya tanpa arah. Dalam otaknya hanya terbayang wajah Mawar yang tiba-tiba hilang kabar.
"Pulang pasti di desak mamah buat nikah. Kembali ke kantor pasti akan di ganggu Farah. Haaah.....kemana lagi aku melangkah ya Tuhan?"
Wira mengeluh sendiri di dalam mobilnya.
Ponsel Wira berbunyi, ternyata Bayu menghubunginya. Setelah berbicara sepatah dua patah kata, Wira kembali melajukan mobilnya menuju kantor Bayu.
Sebenarnya sudah biasa Wira pergi ke kantor Bayu, namun Wira tidak suka dengan tatapan para karyawan perempuan yang bekerja di perusahaan Bayu. Karena mereka tahu Wira adalah seorang duda muda tanpa anak bahkan yang membuat para wanita berlomba-lomba mendekati Wira sebab Wira seorang anak tunggal kaya raya.
"Aku benar-benar jijik dengan karyawan mu yang melihat ku dengan tatapan menggoda!" ucap Wira yang baru saja masuk ke dalam ruangan Bayu.
Bayu terkekeh geli, bukan kali ini saja Wira mengeluhkan hal seperti ini.
"Siapa tahu ada yang kena di hati mu. Mana tahu jika kau akan berjodoh dengan salah satu karyawan ku!"
"Dania tetap hidup dalam hati ku. Kau tahu itu!"
"Mau sampai kapan kau menyiksa diri dengan kepergian Dania? tidak mungkin kau selamanya akan hidup sendiri kan?"
Wira melonggarkan dasinya, bersandar pada sandaran kursi lalu menatap Bayu dengan sebal.
"Kau ingin menceramahi ku kah?" tanya Wira langsung membuat Bayu bergeleng kepala.
"Kau ini, jadi sekarang mau mu bagaimana wahai tuan Wira?"
"Tidak ada, aku sudah nyaman dengan hidup ku!" sahut Wira membuat Bayu menarik nafas panjang.
"Aku akan tetap berdoa, semoga secepatnya kau bisa menemukan perempuan pengganti Dania. Mata ku sakit melihat kau wira wiri seorang diri...!"
"Bahas pekerjaan, jangan bahas yang lain...!" kata Wira yang sudah bosan.
Bayu melirik jam yang melingkar di tangannya.
"Waktunya makan siang, sebaiknya kita mengobrol sambil makan saja!"
"Tidak, sekarang saja!" tolak Wira.
"Kau mau menemani ku makan siang atau aku pecat kau menjadi teman?" ancam Bayu.
"Kau hanya tinggal pergi ke cafe istri mu, dia ada di sana dan kalian bisa saling bersuapan. Kenapa harus mengajak ku hah?" protes Wira semakin kesal pada Bayu.
"Ayo lah Wir,...kenapa kau ini sangat suka menyulitkan orang lain hah?"
"Memang brengsek kau ini Bay! menyusahkan ku saja!" umpat Wira yang mau tidak mau mengikuti permintaan Bayu.
Mereka kemudian pergi bersama, tentu saja dengan wajah masam dan sumpah serapah di tujukan Wira pada Bayu.
"Pak Bayu, temannya ganteng banget!" tegus salah seorang karyawan Bayu.
Wira memicingkan matanya tidak suka, Bayu yang melihat ekspresi Wira langsung mengusir karyawannya.
"Besok-besok, jangan menyuruh ku lagi untuk datang ke sini. Aku benar-benar geli...!" kata Wira malah membuat Bayu tertawa.
Setibanya di cafe, Wira langsung duduk begitu saja beda hal dengan Bayu yang sedang cipika cipiki pada istrinya.
"Aku ingin muntah melihat kalian berdua!"cibir Wira.
"Kalau cemburu bilang saja!" sahut istri Bayu.
"Hueeek,....cemburu kata mu? aku bukan tipe seperti itu...!"
"Sudahlah sayang, jangan hiraukan dia. Dia kan si kura-kura kesepian!" Bayu mengejek Wira.
"Kau ingin makan apa? gratis untuk mu, seperti biasa!" ujar istri Bayu yang bernama Tia.
"Apa aja yang paling enak di sini...!" sahut Wira.
"Sudah gratis, minta paling enak. Teman mu ini memang tidak tahu diri...!" ucap Tia kesal, "Mawar....!" panggil Tia pada karyawan, membuat hati Wira tiba-tiba berdebar.
"Mawar...!" lirih Wira penasaran, mata elang nan tajam itu mulai sibuk menoleh ke sana ke mari untuk melihat orang yang bernama Mawar.
"Iya bu ada apa?" tanya Mawar yang baru saja keluar dari dapur.
Deg....
Wira sangat terkejut, begitu juga dengan Mawar.
"Ini, kamu urus teman suami ku yang tidak tahu diri ini. Berikan dia makanan dan minuman yang enak!" titah Tia pada Mawar.
"Baik bu,...!" ucap Mawar lalu tanpa sengaja menoleh ke arah pria yang sedang duduk di sampingnya, "loh,...mas Wira!" sapa Mawar yang tidak menyangka bisa bertemu di tempat dia bekerja.
"Hai mawar!" sapa Wira seolah baru melihat Mawar.
"Kalian saling kenal?" tanya Bayu.
"Mas Wira ini yang udah nabrak Mawar tempo hari pak, bu!" jawab Mawar membuat Bayu dan Tia terkejut sedangkan Wira hanya bisa menelan ludahnya kasar.
"Astaga,...jadi kau yang udah membuat karyawan ku celaka?" Tia semakin geram melihat Wira.
"Tapikan aku tanggung jawab!" bela Wira pada dirinya sendiri.
"Iya bu, mas Wira baik kok. Dia mau tanggung jawab!" Mawar menimpali.
"Benar-benar sialan, apa yang sebenarnya kau pikirkan hingga membuat mu bisa menabrak karyawan ku hah?" Bayu ingin sekali membogem wajah Wira.
Bising sudah telinga Wira, tiba-tiba saja pria ini berdiri lalu menarik tangan Mawar dan mengajaknya pergi.
"Mau kau bawa kemana karyawan ku hah?" teriak Tia langsung menjadi sorotan pengunjung cafe.
"Sayang, jangan teriak-teriak. Biarkan saja dia!" Bayu memegang kedua pundak istrinya.
"Jika Mawar di apa-apakan teman mu yang depresi itu bagaimana?"
"Tidak akan, percaya pada ku!" ucap Bayu lalu membawa istrinya masuk kedalam ruangan.