Melia menangis sejadi-jadinya saat terpaksa harus menerima perjodohan yang tak di inginkan. pasal nya melia sudah memilki kekasih yang begitu ia cintai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puspita.D, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23
Melia mondar mandir diruang tamu. "kemana kamu mas sudah pukul 22:30 kenapa belum juga nongol batang hidungmu" lirih Melia bermonolog sendiri.
Terdengar suara deru motor berhenti, gegas Melia membuka pintu.
"Mas kamu dari mana jam berapa sekarang? Kamu sudah nggak anggap aku ada hah? sehingga kamu lupa kalo aku nunggu kamu dengan gelisah" Arkan di berondong dengan banyak pertanyaan yang membuatnya menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"De' kita masuk dulu, ini kan udah malam ntar dikira tetangga kita lagi berantem" jawab Arkan sembari mendorong motornya masuk kedalam rumah.
"ini buat kamu" Arkan menyodorkan sebuah kotak kepada Melia.
"Apa ini mas? Kamu mau nyogok aku supaya aku nggak marah?" Melia mencium bau-bau mencurigakan dari tingkah suaminya.
"ya enggak lah de'. Cobalah deh buka dulu, pasti kamu suka" kata Arkan merayu istrinya.
"Ini kamu beli dimana mas kan dikampung nggak ada yang jual beginian" Melia membuka kotak HP baru yang di beli Arkan.
"Tadi mas ke kota de' sengaja nggak ngomong kamu biar semacam kejutan gitu" kata Arkan berusaha mencari alasan.
"Ini pasti mahal, mas duit dari mana? Jangan bilang mas jual ladang" antara senang dan curiga yang Melia pikirkan.
"Hehe, mas pake duit hasil panen jagung" ucap Arkan sembari meringis memperlihat kan giginya.
"Apa? Trus buat modal tanam lagi sama kebutuhan sehari-hari gimana mas, kadang-kadang kamu emang nggak bisa mikir ya?" Melia geram dengan sikap Arkan .
"Jadi mau nggak HP nya kalo nggak mau biar buat mas aja sini" Arkan mengulurkan tangan nya ingin meraih HP di tangan Melia namun di tepis oleh Melia.
"Enak saja barang apapun kalo sudah di kasih ke istri nggak boleh di ambil lagi, mas mau matanya bintitan" ujar Melia sembari berlalu masuk kamar.
"Emang dasar perempuan sok jual mahal. Duh harus putar otak nih buat cari modal tanam lagi" Arkan mengacak rambutnya.
Pagi hari Bu Drajat bikin gaduh di rumah Radit pasalnya ia tak menemukan Rani di manapun.
"Radit bangun di mana istrimu?" Bu Drajat yang panik berusaha membangunkan Radit.
"Apa sih ma..pagi-pagi sudah teriak-teriak" dengan suara serak Radit menjawab tanpa membuka matanya.
"Dimana Rani Radit..." geram mamanya.
"Rani sudah pergi" jawab Arkan yang tiba-tiba masuk.
"Pergi gimana maksud kamu?" tanya mamanya.
"Iya pergi, karna kak Radit tak bisa menerima kehadiran bayi di dalam kandungan nya. Perempuan mana yang bisa tahan setiap hari di anggap batu" ujar Arkan dengan nada menyindir.
"Radit jelaskan ke mama kenapa kamu lakukan semua ini bukan kah selama ini Rani sudah berusaha menjadi istri yang baik untukmu?" Bu Drajat tak habis pikir dengan sikap Radit yang begitu acuh.
"Kelihatan nya kamu begitu perduli pada Rani Ar, ingat ada Melia jadi jangan sok perduli dengan orang lain yang bisa menghancurkan rumah tanggamu kapan pun" jawab Radit dengan santai.
"Jangan bawa-bawa Melia kak, Melia itu istriku aku sudah memenuhi tanggung jawabku selama ini, tapi kau? Kau tega membiarkan seorang wanita hamil berjalan malam-malam sendirian" Radit yang mendengar ucapan Arkan bangkit dari tidurnya.
"Melia memang istrimu tapi ingat sebelumnya dia adalah kekasihku, jika kamu terus memikirkan perempuan lain berikan saja Melia padaku, aku pastikan dia akan menjadi Ratu dihatiku" Arkan mengepalkan tangan nya ingin rasanya ia melayangkan bogem ke wajah Radit.
"Meratukan istri sendiri saja kau tak mampu, tapi mau meratukan istri orang, ingat Melia itu istri adikmu sendiri, jangan jadi pagar makan tanaman" Arkan benar-benar geram pada Radit.
"Sudah-sudah kenapa kalian malah bertengkar, Radit nggak seharusnya kamu ngomong gitu sama adikmu, kamu cari istrimu sekarang atau.." Bu Radit tak melanjutkan perkataan nya.
"Atau apa ma...mama mau ngancam Radit, mama nggak tau rasa kecewa yang aku rasakan, berkali-kali aku dikhianati orang yang aku sayang" ucap Radit.
"Melia...mama nikahkan kekasihku dangan adik ku, sekarang Rani dia Khianati ketulisan ku, aku merasa tak pantas bahagia lalu kenapa aku harus membahagiakan orang lain?" sambung Radit dengan sedikit berteriak.
"Ayo ma kita pulang saja, dia tak akan pernah mengerti arti kehadiran seseorang yang perduli terhadapnya" Arkan membawa Bu Drajat ke rumahnya.
Melia yang melihat mertuanya menangis, bertanya pada suaminya.
"Ada apa? Kenapa mama menangis, dan tadi apa yang kalian ributkan?" tanya Melia tanpa rem.
"Rani pergi dari rumah" jawab Arkan singkat.
"Pergi bagaimana? Kemarin pagi aku masih melihatnya bersih-bersih rumah" Melia mengingat kembali terakhir ia melihat Rani.
"Apa mungkin dia pulang kerumah Bu Winda ya?" Melia bermonolog sendiri sembari memasak.
Arkan bingung kalo dia jujur pasti Melia tak akan bisa menerimanya, tapi kalo nggak jujur dikira nanti menyembunyikan kebenaran atau malah dikira punya hubungan spesial.
Tiba-tiba Arkan mengacak rambutnya sendiri. "mas kenapa? Seperti orang frustasi gitu, yang ditinggal istrinya kak Radit tapi kamu yang frustasi jangan-jangan......" Melia tak melanjutkan ucapan nya.
"Jangan-jangan apa sih de' pikiran kamu tu selalu saja negatif kalo sama suami, emang aku sudah melakukan semua yang kamu tuduhkan?" Arkan kesal dengan istrinya yang tak pernah percaya padanya.
"Ye..kenapa kamu nyolot mas kalo nggak melakukan mestinya nggak perlu marah dong" kata Melia yang membuat Arkan salah tingkah.
"Aku lapar sudah mateng belum?" tanya Arkan mengalihkan topik pembicaraan.
"Nih.."Melia menyerahkan sutil penggorengan pada Arkan.
"Maksudnya apa ni de'?" Arkan bingung masa iya dia di kasih makan sutil.
"Selesaikan sendiri, aku dah nggak selera masak" ujar Melia sembari menyambar handuk dan pergi ke kamar mandi.
Arkan yang bingung harus apa akhirnya mematikan kompor, "lebih baik aku berangkat ke ladang biarlah perut keroncongan" ujarnya lalu pergi ke ladang menggunakan motornya.
"Aduh...ini masakan kenapa setengah mateng gini? Mel...Mel..." Bu drajat kembali menghidupkan kompor dan menyelesaikan masakan yang tertunda.
"Loh mama...kok mama yang masak? Mas Arkan kemana, orang tadi aku suruh dia yang nerusin" kata Melia merasa tak nyaman.
"Saat mama ke dapur tak ada suapa pun, dan ini kompor mati sayur masih setengah mateng, lagian kenapa kamu mengandalkan Arkan sih" jawab Bu Drajat sedikit kesal dengan anak dan menantunya itu.
"Ya habis di ajak ngomong nyolot mulu ya udah aku tinggal mandi aja mumpung Juna juga belum bangun, aku bener kan ma?" tanya Melia yang membenarkan tindakan nya.
"Iya tindakanmu memang benar yang salah sayurnya kenapa nggak mau mateng sendiri" Melia cengengesan mendengar ocehan mertuanya.
"Bagaimana dengan mimpiku, Bu? Apa aku tak berhak untuk memiliki mimpi atau mewujudkannya?" Melia nelangsa, dengan derai air mata bla bla bla
semisal,
Di hadapan
Diduga
dan untuk nama menggunakan huruf kapital. Melia
dan untuk kata -nya itu digabung, bukan dipisah ya.