Seorang gadis cantik lulusan pesantren menikah dengan pemuda tampan yang sederhana
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Orang Suusah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23 Satu Ranjang
Di tengah perjalanan mereka, hujan pun turun dengan sangat deras. Vano dan teman temanya, terlihat sangat berhati hati menjalankan mobil mereka karena jalanan yang akan di lewati keluar dari kampung sangatlah licin. Namun tiba tiba, mobil Rizki yang di depan Vano di hentikan oleh salah satu warga yang lewat. Terlihat pria paruh baya itu membicarakan hal yang cukup serius dengan Rizki. Karena penasaran, Vano pun menelponya.
" Kenapa Ki." tanya Vano penasaran.
" Ini Van, kata bapak itu, jembatan di depan untuk keluar menuju jalan utama, tidak bisa di lewati karena air sungai yang naik cukup besar. " jelas Rizki.
"Terus kira kira kapan surutnya. " tanya Vano yang terlihat panik.
" Kata bapaknya besok pagi, karena hujan yang turun di sekitar sungai lebih dulu dan cuku keras, makanya untuk sekarang jembatanya tidak bisa di lewati. " jawab Rizki.
"Terus gimana, apa kita bermalam di desa ini. " tanya Vano bingung.
" Sepertinya begitu Van, kita juga nggak punya pilihan lain, jalan satu satunya untuk keluar harus lewat sini. " jawab Rizki.
" Ya udah, kita putar balik aja kembali kedesa. " ucap Vano yang memutuskan untuk tinggal di sini semalam.
Semua mobil pun kembali lagi kedesa.
"Ada apa. " tanya Yasmin penasaran.
" Jembatan di depan nggak bisa di lewati, karena air sungai naik. " jawab Vano.
"Terus gimana. " tanya Yasmin yang ikut cemas.
" Kita bermalam di desa ini, sampai besok. mudah mudahan besok airnya sudah surut. " jawab Vano.
Mereka pun mulai memarkirkan mobil di parkiran semula. Vano turun dari mobil bersama Rizki, karena ingin melapor kerumah pak RT sebentar. Setelah beberapa menit, mereka kembali bersama pak RT sambil membawa beberapa payung.
"Turunlah." ucap Vano yang membuka pintu mobil.
Yasmin turun dan langsung di rangkul Vano menuju rumah pak RT, di ikuti oleh teman temanya yang lain.
" Maaf ya dokter, rumah saya cuma seperti ini. " ucap pak RT itu yang merasa tidak enak.
"Nggak apa apa pak, justru kami yang merasa tidak enak karena harus bermalam di sini. " jawab Vano.
"Tidak dok, saya merasa sangat senang bisa menyambut dokter semua di sini. " ucap pak RT senang.
Tiba tiba dari dapur, datang istrinya yang membawakan minuman hangat untuk mereka.
"Silahkan dok, maaf ya seadanya saja. " ucap wanita paruh paya itu.
" Terima kasih banyak buk, maaf merepotkan. " jawab mereka.
semuanya pun mulai menimun teh hangat itu, terkecuali Yasmin.
" Saya sudah membereskan kamar tamu, tapi maaf hanya ada satu kamar. " ucap ibu itu yang merasa tidak enak.
" Nggak apa apa buk, kami bisa tidur di ruang tengah sini saja sudah cukup. " jawab Riza.
" Iya buk, nanti biar dokter Vano saja yang tidur di kamar karena datang dengan istrinya." imbuh Aska.
" Oh jadi ini istrinya dokter Vano. " ucap pak RT yang akhinya tau.
" Iya pak. " jawab Vano tersenyum canggung.
Sementara Yasmin duduk di samping Vano sambil menunduk malu.
Semuanya mengobrol dengan asyik hingga sudah lewat jam tidur.
" Sebaiknya kalian cepat istirahat, ini sudah larut malam. " ucap istrinya pak RT, sambil membawakan selimut dan beberapa bantal untuk Riza Rizki dan Farel.
" Iya, sebaiknya istirahat saja. " imbuh pak RT.
Mereka pun mulai merapikan ruang tengah yang akan menjadi tempat tidur untuk ketiga pria itu malam ini.
Sementara Vano dan Yasmin masuk kedalam kamar tamu. Sesampainya di dalam kamar, Yasmin terlihat bingung untuk tidur nanti. Karena di dalam hanya ada satu tempat tidur yang cukup untuk dua orang, dan satu meja kecil.
" Kenapa diam di situ, ayo tidur. " tanya Vano yang melihat Yasmin berdiri diam saja di depan pintu.
" Mau berdiri sampai pagi di situ." tanya Vano menghampirinya.
Yasmin semakin mundur sampai menempel kedinding ketika Vano mendekatinya. Vano semakin mendekat sampai Yasmin bisa mendengar deruan fasanya di telinganya.
" Ma.. mas. " ucap Yasmin sambil menahan tubuh suaminya itu agar tidak lagi mendekat.
Seketika Vano tersenyum mendengarnya, ketika Yasmin pertama kali memanggilnya seperti itu.
" Kenapa." tanya Vano dengan cara berbisik pelan.
Yasmin semakin gugup dengan jarak tubuh mereka yang sangat rapat.
" Sa.. saya. " jawab Yasmin berbata bata.
Vano semakin mendekat, sampai tiba tiba Yasmin langsung terduduk karena kehilangan kekuatan di kakinya. Nafasnya terlihat mulai sesak, sambil terus menyembunyikan wajahnya.
"Yasmin..." panggil Vano yang terlihat mulai cemas.
" Hey kamu kenapa. " tanya Vano bingung.
Yasmin tidak menjawabnya, malah mendorong tubuh Vano agar tidak mendekat.
" Kamu kenapa." tanya Vano lagi yang terus saja mendekat.
" Ma.. mas, tolong menjauh. " jawab Yasmin dengan nafas sesak dan terus mengusap dadanya.
" Tapi kenapa. " tanya Vano bingung.
" To.. tolong menjauhlah. " jawab Yasmin memohon.
Vano pun menjauh dengan tatapan cemasnya. Yasmin terlihat mulai tenang, namun masih menyembuyikan wajahnya dengan cara memeluk kedua lututnya.
" Apa dia mengalami serangan panik. " batin Vano penuh tanya.
Kemudian pria itu mengambil ranselnya dan mengeluarkan sebotol air putih.
"Minumlah." ucap Vano yang menuangkan kegelas kemudian memberikanya pada Yasmin.
Dengan tangan yang bergetar Yasmin mulai meminumnya.
" Sudah merasa lebih baik. " tanya Vano cemas.
" Mmmm sudah." jawab Yasmin mengangguk.
" Istirahatlah. " kata Vano sambil meminta Yasmin untuk naik keatas ranjang.
Yasmin naik keatas ranjang, sementara Vano
keluar kamar. Teman temanya yang berada di luar melihatnya bingung dan penuh tanya.
"Loh kenapa keluar Van. " tanya Riza.
" Aku mau ambil sesuatu di mobil. " jawab Vano berbohong.
Kemudian ia keluar dengan menggunakan payung, karena di luar masih saja hujan. Sesampainya di dalam mobil, Vano duduk sambil membuka lebtopnya. Pria memilih untuk bermalam sambil mengerjakan pekerjaanya di dalam mobil.
Sementara di dalam kamar, Yasmin duduk sambil mengingat kembali kejadian tadi. Ia masih saja gugup walau hanya mengingatnya, ketika posisi tubuh mereka sangatlah intim hampir tidak ada jarak di antara keduanya.
" Apa yang kita lakukan tadi." gumam Yasmin dengan wajah memerah.
Ia tetap tidak bisa tidur karena terus memikirkan kejadian tadi.
Pukul dua dini hari, Yasmin masih saja terjaga.
Ia bingung kemana Vano pergi, karena jam segini belum juga kembali. Tiba tiba pintu kamar terbuka, Vano masuk kedalam dan kaget melihat Yasmin yang masih duduk bukanya tidur.
" Kenapa belum tidur. " tanya Vano yang mengambil ranselnya.
" Saya nggak bisa tidur. " jawab Yasmin.
Vano hendak keluar kembali kemobil, karena hanya ingin mengambil berkas di dalam ranselnya.
" Mas mau kemana. " tanya Yasmin.
" Saya mau kemobil tidur di sana, kamu tidur saja. " jawab Vano yang hendak membuka pintu, namun di tahan oleh istrinya itu.
"Tidur di sini saja. " ucap Yasmin tiba tiba.
Vano langsung kaget mendengar penuturan istri kecilnya itu, ia berbalik menatap Yasmin yang juga menatapnya.
" Kamu tidak sendang bermimpi kan. " tanya
Vano memastikan.
"Tidak, mas tidur saja di sini. " jawab Yasmin gugup.
Walapun ia menyembunyikan kegugupanya, namun tetap saja Vano bisa melihatnya.
Vano langsung naik keatas ranjang, karena ingin melihat kesungguhan Yasmin ketika memintanya untuk tidur di sini. Di lihatnya, gadis itu dengan ragu ragu duduk di pinggir ranjang.
" Kamu sendiri yang minta saya tidur di sini, terus kenapa ragu ragu seperti itu. " tanya Vano bingung.
Yasmin tidak menjawabnya, malah dengan cepat naik keatas ranjang kemudian berbaring membelakangi Vano. Melihat tingkah Yasmin yang berusaha untuk bersikap biasa saja, malah membuat Vano
tertawa.
"Dia manis sekali. " batin Vano, kemudian berbaring memandang langit langit kamar yang tidak terlalu besar itu.
Keadaan langsung berubah tenang, hanya suara detik jam dinding saja yang terdengar.
Tiba tiba, Yasmin mendengar deruan suara Vano yang sepertinya sudah terlelap setelah beberapa menit.
" Apa dia sudah tidur. " batin Yasmin penasaran.
Kemudian ia memberanikan untuk melihatnya.
Dan benar saja, pria itu sudah terlelap dengan posisi badan dalam keadaan terlentang sambil menyilangkan kedua tanganya di dadanya.
Vano dengan mudahnya terlelap tanpa merasa gugup seperti Yasmin. Yasminmemandangi wajah suaminya itu sebentar, rasanya ia tidak percaya dengan keadaan sekarang. Di mana, untuk pertama kalinya. pasangan suami istri yang selalu tampak asing, kini berada di dalam satu ranjang yang sama.
Bahkan ia bisa memandangi wajah suaminya yang tengah tertidur pulas.