Rasa cinta yang sangat besar pada Gentala Wiliam Manggala membuat Alena secara ugal ugalan mengejar cintanya. berkali kali di tolak tidak membuat gadis itu menyerah, hingga suatu hari dia mendengar kalimat menyakitkan dari Wiliam.
"wajar kau bertanya seperti itu? kau pikir aku semurah itu? aku hanya kasihan karena hidupnya menyedihkan, paham!!" -kalimat Wiliam yang secara tidak sengaja menghancurkan hati Alena.
bukan, bukan karena di tolak lagi, tapi kalimat yang mengatakan 'hanya kasihan karena hidupnya menyedihkan' membuat Alena runtuh.
sore itu di tengah hujan deras Alena terlibat kecelakaan maut hingga gadis itu di larikan ke rumah sakit.
ajaibnya, setelah satu Minggu di rawat, Alena kembali tersadar, tapi yang membingungkan Alena tersadar di raga orang asing bernama Nadira Fernandez, seorang gadis yang di kucilkan oleh keluarganya sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HaluBerkarya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rumah sakit
Sepulang sekolah Vallerio dan Alena mampir di kafe. setelah itu keduanya berencana ke rumah sakit untuk menjenguk raga Alena. sebenarnya Alena tidak mau, tapi Vallerio terus memaksa alhasil Alena menurut walau malas.
"tidak perlu balik ke rumah, kita langsung aja ke sana ya" Vallerio sangat antusias, beberapa hari ini dia memang jarang kesana lagi.
"hmm yaudah ayok" keduanya pergi,hingga tiga puluh menit kemudian Alena dan Vallerio sampai di rumah sakit.dua orang itu masuk ke ruangan dimana raga Alena di tempati.Alena dapat melihat tubuhnya sendiri yang masih di pasang berbagai macam alat medis, miris sekali, sudah hampir dua bulan dia di rawat tidak ada keluarga yang datang menjenguknya sama sekali selain Wiliam.
Berjalan mendekat, Air mata Alena jatuh begitu saja,dalam diamnya Alena kembali teringat dengan ucapan Wiliam kala itu,memang tidak salah,harusnya dia tidak tersinggung karena pria itu berbicara fakta adanya.buktinya sampai di umur delapan belas Alena masih tidak tahu siapa dan bagaimana rupa kedua orang tuanya,apa alasan mereka membuangnya ke panti? Apa memang dia tidak layak untuk hidup bersama mereka? Berbagai pertanyaan dan pikiran negatif tergambar di otaknya.
"mereka mungkin tidak menginginkanku,harusnya aku mati saja saat kecelakaan itu,kenapa kemalangan ini selalu menghantuiku" ujarnya dalam hati sambil sesekali mengusap air matanya.
"Alena, aku ke toilet sebentar ya" Suara Vallerio mengalihkan pikirannya,Alena hanya mengangguk,setelahnya Vallerio berlalu dari sana.
Sekarang dia disini sendirian, seringkali Alena memikirkan jiwa Nadira yang entah dimana posisinya sekarang,selama hidup dalam tubuhnya Alena belum pernah di datangi oleh jiwa Nadira sama sekali, hanya seulas ingatan yang selalu terputar dalam otaknya.terkadang Alena berpikir gimana nanti jika jiwa Nadira kembali menempati tubuhnya, apa yang akan terjadi pada dia selanjutnya?.
...----------------...
Wiliam melihat ponselnya,lokasi dalam ponsel Alena menujukan gadis itu berada di rumah sakit sekarang. Dengan cepat Wiliam bergegas hendak menyusul kesana,tapi sebelum keluar dia di kejutkan dengan suara cempreng Aurora yang terus memanggilnya,
"kakak.." Aurora berlari kecil menghampiri Wiliam. "kakak mau kemana?" tanyanya dengan nada manja.
"mau ke rumah sakit jenguk kak Alena,kamu mau ikut?" tawar Wiliam, Aurora mengangguk antusias, semenjak hari kecelakaan Alena gadis kecil itu memang tidak pernah lagi kesana.
"yaudah, pamit ke mommy dulu ya,,kakak tunggu disini!"Aurora menurut,dia berjalan menghampiri sang mommy yang duduk tenang di sofa.
"mommy,,mommy, Rora ikut kakak ke rumah sakit ya.."
"hmm baiklah,tapi janji disana tidak boleh ribut ya,jangan ganggu kak Alena, oke!" Aurora mengangguk,setelah ituia pergi dengan Wiliam.
Tidak sampai tiga puluh menit karena memang jarak rumah sakit dengan mansionnya tidak terlalu jauh,mobil mewah milik Wiliam kini terparkir rapih di area rumah sakit.langkah kaki panjangnya berjalan menuju ruangan Alena berada,sebelum masuk dia melihat Vallerio yang beru saja pinang dari toilet.
sambil mengendong Aurora,tuan muda Manggala itu menghampiri Vallerio sebelum Vallerio benar benar masuk.entah apa yang mereka bicarakan, tapi wajah Vallerio berseri, setelahnya dia tidak jadi masuk melainkan pulang.
Alena di dalam ruangan resah sendiri,pasalnya Vallerio izin ke toiletnya sangat lama,bukan apa,tapi dia hanya takut pria itu kesasar apalagi rumah sakit ini sangat besar.
Rasa resahnya hilang saat dia mendengar suara pintu terbuka dari luar.
"kamu benaran ke toilet nggak sih Valle,lama ba__" omelannya terhenti saat melihat bukan Vallerio yang masuk melainkan Wiliam di ikuti oleh Aurora dalam gandengannya. Alena diam, tidak tahu lagi mau bicara apa tapi dalam hati dia terus merutuki Vallerio yang sudah berapa kali membuatnya dalam situasi seperti ini.
"kenapa diam?" tanya Wiliam, hendak tertawa tapi dia masih menjaga imagenya sebagai pria tenang dan cool.
"kakak siapa?" Aurora berjalan mendekat ke arah Alena, senyum tulus terukir dari wajah gemesnya dia berikan pada Alena yang masih diam tidak menjawab. Pura pura bisu padahal jauh di dalam lubuk hatinya ingin dia gendong anak kecil itu.
"kok tidak jawab, Rora salah bicara ya kak?" dia bertanya pada Wiliam yang masih menjadi pengamat. Mata bulatnya sudah mulai berkaca kaca antara ngantuk dan mau nangis.
"Rora tidak salah, dia orang bisu.." sahut Wiliam membangkitkan amarah Alena yang dia tahan sejak tadi.
"apa katamu?? Aku bisu??" teriaknya tidak terima menciptakan keributan kecil di dalam ruangan yang biasanya sunyi senyap.
"oh ternyata masih bisa bicara,," tambah Wiliam.
"kakak aku tidur disini ya?" Aurora sudah berbaring di ranjang yang biasa Wiliam tempati jika menginap disana,tidak hanya berbaring,gadis kecil itu lambat laun tertidur pulas.memang jam segini harusnya waktu untuk tidur siang,tapi karena dia memilih ikut Wiliam ke rumah sakit jadinya dia tidur siangnya di sini.
Lain halnya dengan Aurora yang sudah tertidur, Alena saat ini tengah mengotak Atik ponselnya menghubungi Vallerio yang belum juga kembali sedari tadi.
"tidak perlu menelponnya, dia sudah aku suruh pulang tadi!" ujar Wiliam dengan santai sembari mengikis jarak dekat Alena.dengan lembu dia menggenggam tangan Alena tapi segera di tepis oleh wanita itu. Tidak mau berlama lama berada disana dengan suasana yang cukup mencengkam, Alena bangkit berdiri hendak berlalu dari sana.
"Alena Alexandria berhenti!!!" suara tegas Wiliam menghentikan langkahnya. Sadar dengan kebodohannya Alena kembali berlalu tanpa menoleh.
Sebelum benar benar membuka handle pintu, Wiliam dengan cepat menarik tubuh Alena masuk ke dalam pelukan hangatnya.
Deghhhh
Detak jantung Alena sangat cepat, tidak salah lagi, Wiliam ternyata sudah tahu tentangnya.
"tolong jangan pergi lagi..." suara serak Wiliam terdengar di telinganya, bingung hendak berbicara seperti apa Alena hanya diam.
"apaan sih,,, lepas!!!" Alena berusaha melepaskan pelukan Wiliam, usahanya sia sia saat Wiliam tidak membiarkannya terlepas begitu saja, pelukannya sangat erat, seolah sangat takut Alena menghilang.
"jangan,, jangan pergi!! tolong berhenti menghukumku Ale..." Alena berbalik, dia memandang wajah tampan Wiliam sangat lama.masih ada rasa bersalah dan ketakutan yang besar dia lihat. Alena mengambil nafas lalu membuangnya, setelah itu dengan sangat pelan dia melepaskan pelukan Wiliam.
"anda salah orang, nama saya Nadira Fernandez jika anda lupa!!!, kalau tidak salah, nama Alena yang anda sebut itu untuk gadis yang tengah berbaring disana!" ujar Alena sembari menunjuk raganya.
"tidak,,, kau Alenaku... Aku tahu semuanya Ale,tolong jangan seperti ini, cukup dua bulan ini kau menghukumku, aku minta maaf Ale,sungguh.. Aku tidak kuat dengan semua ini,tolong aku mohon..." lirih Wiliam berlutut di hadapan gadis itu dengan air mata yang kembali keluar. Dia menjatuhkan harga dirinya berkali kali hanya untuk mendapatkan maaf dari gadis di depannya. Alena tidak berani membuka mulutnya, tidak juga mempersilahkan Wiliam berdiri, hitung hitung dia mengerjai laki laki ini, kapan lagi kan melihat seorang tuan muda tunduk di depannya.
"maafkan aku Ale, aku berjanji tidak akan mengulangi kesalahan yang sama,,tolong maafkan aku.." tidak mendapat jawaban dari Alena membuat Wiliam takut sendiri. Dia mendongak memperhatikan wajah Alena yang ternyata masih berpaling darinya.
"sayang...."
"berdirilah!!! Kau tidak malu terlihat seperti ini?? Kau tidak malu menunduk di depanku?" ujar Alena masih dengan nada ketus.
"KA kau memaafkanku Ale??" tanyanya dengan suara yang sangat pelan.
"tentu saja BELUM.." jawab Alena acuh menekankan kata belum di akhir kalimatnya.seketika raut wajah Wiliam kembali pias, tidak dia sangka bahwa mendapati maaf akan sesusah ini. Pada akhirnya Wiliam berdiri, hendak memeluk Alena lagi, dia di kejutkan dengan tubuh Alena yang beralih ke belakangnya.
"dia,, kenapa dia kesini???"
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Hayo siapa yang siang2 ke rumah sakit, menganggu kebahagiaan Wiliam saja.padahal sudah jelas dia membayar Vallerio untuk punya waktu berdua dengan Alena, tapi ada orang lain lagi??
senin jangan lupa vote dan beri hadiahnya ya🥰🙏