NovelToon NovelToon
ODELIA The Ocean Heart & Mortal Soul

ODELIA The Ocean Heart & Mortal Soul

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Identitas Tersembunyi / Persahabatan / Fantasi Wanita / Transmigrasi Copyman
Popularitas:438
Nilai: 5
Nama Author: Tilia

Kisah Odelia sang putri duyung terpaksa memindahkan jiwanya pada tubuh seorang wanita terdampar di tepi pantai, kerena situasi berbahaya sebab ia di buru oleh tunangan serta pasukan duyung atas kejahatan yang ia tidak lakukan.

Di sisi lain wanita terdampar dan hampir mati mengalami hal yang pilu di sebabkan oleh tunangannya.

Akankah Odelia mendapatkan kembali tubuh duyungnya untuk membalaskan dendamnya serta orang yang telah merebut kebahagian tubuh yang ia ditempati atau Odelia memilih menjalani hidup bersama orang yang mencintainya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tilia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 9

Malam pun tiba, toko telah di tutup. Odelia dan Penelope membantu merapihkan dapur bersama Elio baker utama setelah Tuan Laurent.

Adrian memasuki dapur melalui pintu belakang, melihat ketiga sedang sibuk ia pun segera membantu. Elio telah membersihkan perapian berpamitan pada mereka.

“Ian, tugas mu telah selesai?” Penelope melihat kehadiran Adrian bertanya sambil terus mengelap meja tempat membuat adonan roti.

“Ya..”

“Apa kamu menginginkan sesuatu untuk di makan masih ada beberapa sandwich?”

“Ya, terimakasih, Pen” Adrian menjawab sembari menyusun tumpukan karung tepung terigu.

Penelope berjalan menuju lemari, saat membuka lemari bagian atas ia melihat memar di tangan Odelia yang merapihkan botol di sampingnya.

“Cath, apa yang terjadi?” Penelope segera menarik tangan Odelia melihat lebih dekat memar merah di pergelangan tanganya.

Odelia tidak menyadari adanya memar di tanganya, melihat Penelope yang khawatir Odelia berusa untuk tenang.

“Ini bukan apa-apa, mungkin terbentur sesuatu” Odelia berusaha menarik tanganya dari genggaman Penelope.

“Memar? Apa yang terjadi?” Adrian segera memegang tangan Odelia memeriksa.

“Ini tidak baik jika di biarkan tangan mu akan sulit di gerakan” memperingati Odelia.

“Dengarkan dia! Tunggu sini mungkin masih ada sisa es di gudang dingin aku akan mengambilnya” Penelope segera keluar menuju gudang dingin.

“Kalian berlebihan ini hanya memar merah itu tidak berbahaya” Odelia mencoba meyakinkan Adrian, namun Adrian tidak mendengarkannya sama sekali ia menekuk tangan Odelia ke arah dalam.

“Aaakh!” Odelia merasakan sakit di tanganya.

“Lihat” Adrian menatap Odelia dengan tersenyum tipis.

“Ini dia es batu serta kain bersihnya” Penelope menyerahkan mangkuk beriskan es serta kain bersih, Adrian segera membungkus es dengan kain pada pergelangan Odelia.

“Aku akan memeriksa bagian depan” Penelope berjalan menuju bagian depan.

Setelah membalut tangan Odelia dan memastikan semua telah dirapihkan mereka mengunci pintu bersiap untuk pulang. Adrian mengantar mereka.

Ketiga berjalan sambil sesekali mengobrol, saat melewati kolam kota mereka bertemu Jamie yang baru saja keluar dari bar.

“Catherine…….” Jamie berlari menghampiri mereka.

“Selamat malam Pen, Cath bagaimana kondisi mu? Jamie yang muncul di hadapan Odelia ingin memegang tanganya yang segera di tepis oleh Adrian.

“Jangan menyentuhnya ia sedang terluka” Adrian memperingati Jamie.

“Ahhh! Bagaimana bisa? Apa seseorang menyerang mu?” Jamie sembari memegang tangan kanan Odelia yang tidak terluka.

“Mungkin itu salah ku” Penelope teringat kejadian siang tadi ia merasa bersalah akan memar Odelia.

“Bukan apa-apa hanya terbentur sesuatu” Odelia menjelaskan.

Adrian dan Jamie saling memandang satu sama lain bertanya-tanya apa yang terjadi dengan mereka berdua.

“Ada kedai baru di sebelah toko sana, ayoo kita mencobanya” Jamie dengan cepat menarik Penelope untuk menghilangkan kesedihannya.

Melihat keduanya pergi, Odelia dan Adrian mencari tempat untuk menunggu mereka kembali. Berdiri di bawah pohon apel pinggiran alun-alun kota. Tidak ada yang berbicara di antara keduanya, Odelia melihat keramaian di sekitar kolam dengan kilauan cahaya lampu serta tawa dari warga kota memberikanya pengalaman baru mengenai kehidupan Catherine.

Adrian ikut menikmati suara alun-alun sesekali melirik Odelia di sampingnya, melihat pada tanganya Adrian bertanya apa yang menyebabkan tangan Cathrine terluka hari ini.

Beberapa saat kemudian, Calix yang menyelesaikan tugasnya di istana melihat dari kejauhan Odelia dan Adrian berdiri di bawah pohon berjalan untuk menghampiri mereka.

Odelia melihat Calix yang mendekat ke arahnya menatap dengan dingin.

“Apa yang kalian lakukan di sini? Calix bertanya pada Odelia dan tersadar dengan perban di tanganya.

“Ada dengan tangan mu?” Calix lansung menarik tangan Odelia untuk melihat lebih dekat.

Adrian segera menahan tangan Calix saat menarik Odelia.

“Dia terluka” Adrian dengan singkat.

“Aku tidak bertanya pada mu” Calix melirik Adrian dengan heran.

Penelope dan Jamie berjalan menuju Odelia namun kedua terhenti saat melihat ketegangan di antara Calix dan Adrian.

“Apa yang harus kita lakukan?” Penelope perasaan khawatir melirik pada Jamie yang menikmati jagung bakarnya.

“Mungkin mereka akan berkelahi lagi, ayoo kita lihat” Jamie dengan jagung di mulutnya.

Keduanya pun mendekati mereka.

Calix melepaskan tangan Odelia Adrian pun ikut melepaskan cengkeramannya pada Calix.

“Ayo aku akan mengantarkan mu” Calix menarik kembali Odelia.

“Tidak perlu” Odelia berusaha menarik tanganya.

“Tidak perlu memaksanya Cal” Adrian melepaskan tangan Calix dari Odelia dan berdiri di hadapanya. Adrian dan Calix menatap tajam satu sama lain.

“Dia tunanganku, kau tidak perlu ikut campur urusan ku dan dirinya” Calix memperingati Adrian.

"Tunangan kata mu? Lalu apa yang kau lakukan padanya saat ia tenggelam” Adrian kembali mengingatkan Calix.

“Apa maksud mu?” Calix menarik kerah Adrian.

“Hentikan kalian berdua” Suara Tuan Laurent memperingati Calix dan Adrian.

Penelope serta Jamie terkejut dengan kemunculan Tuan Laurent, Penelope segera mendekati Odelia dan merangkul tanganya.

Calix melepaskan kerah Adrian dengan kesal, Adrian merapihkan kerah pakaiannya.

"Jamie, Tolong antarkan Catherine dan Penelope”

“Dengan senang hati Tuan Laurent” Jamie membukukan punggungnya, memberikan jalan pada Odelia dan Penelope.

Saat melewati punggung Tuan Laurent Odelia tersenyum tipis, setelah mereka pergi Tuan Laurent mempertanyakan apa yang mereka lakukan namun Calix pergi tampa menjelaskan situasi dan Adrian tidak ingin menceritakannya Taun Laurent pun pergi melihat kedua cucunya yang tutup mulut. Jamie pun mengantar keduanya sampai ke rumah Catherine segera kembali ke alun-alun kota.

“Apa mereka telah sampai ke rumah?” melihat kedatangan Jamie segera bertanya, Adrian menunggu di bawah pohon yang sama.

“Mereka sampai dengan selamat” Jamie dengan bangga.

“Bagaimana dengan Tuan Laurent?” tanya kembali.

“Kakek memarahi kami kemudian pergi”

“Dimana Calix?” Jamie melihat sekeliling.

“Entahlah” Adrian tidak ingin membahasnya.

“Padahal kalian berdua merupakan sepupu mengapa kalian sering berkelahi, aku tidak mengerti” Jamie sambil menggelengkan kepalanya.

“Bukan urusan mu” Adrian pergi meninggalkan Jamie.

Jamie segera menyusulnya.

......................

Beberapa hari kemudian.

Birunya langit tanpa awan, Odelia serta Penelope menuju Istana mengirimkan persedian roti untuk penjaga serta pengawal istana. Dengan di temani beberapa pekerja toko roti kereta serta gerbong kuda memasuki gerbang selatan istana.

Odelia duduk di samping pengemudi kereta pertama kali memasuki istana, di balik gerbang istana terlihat halaman yang cukup luas dengan tembok tinggi mengelilinginya terdapat beberapa pelayan wanita sibuk mengerjakan tugasnya masing-masing serta penjaga istana yang mengawasi di atas menara.

Kereta pun berhenti di sisi lorong, seorang pria paruh baya terlihat menunggu kehadiran mereka segera berjalan menuju kereta di ikuti oleh pelayan.

Penelope segera menyapa pria tersebut Odelia segera mengikutinya.

“Selamat siang Tuan Harley” Penelope menyapanya.

“Selamat siang Penelope, Catherine” Tuan Harley dengan sopan.

“Bagaimana dengan surat dari Laurent, apa kalian membawanya?”

“Tentu saja” Penelope mengingat tugas mereka hari ini bukan hanya untuk mengantarkan persedian roti tapi mengirimkan balasan surat dari Tuan Laurent.

“Baiklah ikuti saya untuk surat itu, pelayan-pelayan ini akan membantu kalian untuk persedian roti” Tuan Harley memberikan arahan pada pelayan.

“Jaga diri mu, Cath” Penelope memberikan semangat pada Odelia yang pergi mengikuti Tuan Harley, Odelia tersenyum sambil membawa surat Tuan Laurent.

Berjalan mengikuti Tuan Harley, Odelia melewati lorong istana menuju dapur istana. Dapur istana sangat berbeda dengan dapur Tuan Laurent tempat ini cukup luas terdapat beberapa tungku perapian dengan cerobong menjulang tinggi ke langit ruangan, koki serta berbagai pelayan istana melihat ke hadiran mereka tersenyum padanya.

Setelah melewati dapur istana, Mereka sampai pada taman istana pemadangan taman yang indah terdapat patung di sekelilingnya serta bunga-bunga indah bermekaran. Tuan Harley berhenti di ujung lorong mencari kunci dan membuka pintu kayu hitam dengan ukiran indah.

“Silahkan masuk” Tuan Harley membuka pintu dan mempersilahkan Odelia untuk memasuki ruangan terlebih dahulu.

“Terimakasih” Odelia memasuki ruangan di ikuti Tuan Harley yang menutup pintu.

“Surat Laurent” Tuan Harley duduk pada kursi dengan meja cukup besar penuh dengan berbagai macam barang.

“Ini dia” Odelia segera menyerahkan surat Tuan Laurent.

Tuan Harley segera membuka segel pada surat itu dan membacanya, Odelia berdiri depan meja mengamati isi ruangan terdapat rak buku di belakang tempat duduk Tuan Laurent di sisi lain terdapat kursi santai serta meja bulat kecil dengan jendala menghadap langsung pada taman dan lorong menuju dapur, namun yang paling menarik perhatian Odelia adalah sebuah tombak di dekat perapian.

Saat Odelia mengamati ruangan, ketukan pintu serta suara wanita terdengar.

TUK TUK TUK

“Tuan Harley”

“Masuklah” Tuan Harley membalas panggilan itu sambil menulis sesuatu pada kertas, seorang pelayan wanita memasuki ruangan sambil menyapa Odelia dengan senyuman.

“Ada apa?” Tanya Tuan Harley pada wanita itu.

“Tuan seorang utusan dari Istana mengirimkan sejumlah wine untuk penguasa kota, namun kami kebingungan untuk menyimpan wine ini karena gudang sudah terisi” pelayan wanita menjelaskan situasi.

“Baiklah, apa utusan itu sudah pergi?” Tanya Tuan Harley yang masih menulis.

“Belum Tuan, mereka menunggu di taman utara”

“Siapkan beberapa kerang laut yang masih segar dan segera antarkan ke taman utara” Tuan Harley memberikan arahan dan berhenti menulis.

“Baiklah, Tuan” Pelayan wanita itu pergi dan menutup pintu.

“Mungkin ini akan sedikit memakan waktu, silahkan duduk dulu Catherine. Pelayan mengantarkan teh kemari” Tuan Harley merapihkan surat Tuan

Laurent dan pergi untuk menangani tugas lainya.

“Baiklah” Odelia melihat Tuan Harley keluar ruangan, ia pun berjalan menuju kursi santai dan duduk melihat pada taman istana.

......................

Penelope mengawasi para pelayan serta pekerja toko memindahkan persedian roti melihat pada langit orange mulai terlihat sementara Odelia belum kembali mengantarkan surat Tuan Laurent.

Ester serta tiga pelayan wanita yang membawa barang muncul di sisi kiri lorong dan melihat kereta serta Penelope dan para pelayan. Ester berjalan menuju mereka, pelayan di belakang saling melirik satu sama lain dan mengikutinya dengan enggan.

“Lady Ester” para pelayan menyapa Ester yang berjalan mendekati mereka serta menghentikan pekerjaan mereka.

Penelope melihat kebelakang segera mundur beberapa langkah, Ester di berdiri tepat di hadapan Penelope serta pelayan dengan ketiga pelayan yang mengikutinya.

“Apa yang kalian lakukan?” tanya Ester melirik dengan sinis pada pelayan.

“Kami memindahkan persedian roti, Lady” Seorang pelayan menjelaskan pada Ester.

“Oh… persedian untuk penjaga. Apa ini berasal dari toko Tuan Laurent?” Ester bertanya sambil melirik pada Penelope.

“Benar, Lady”

“Roti Tuan Laurent memang berkualitas namun..” Ester mengibaskan kipas.

“Seorang dari panti asuhan miskin pasti mengambilnya” Ester tersenyum puas di balik kipasnya.

Penelope mendengar hal itu terdiam dan mencengkram papan di pelukanya para pelayan saling melirik satu sama lain.

“Pastikan jumlahnya sesuai dengan pesanan istana, jangan sampai seseorang mengambilnya” Ester berbalik pergi dengan sengaja menabrak bahu Penelope hingga ia terjatuh.

Melirik Penelope di tanah Ester tersenyum dengan bangga dan pergi meninggalkanya, pelayan di belakangnya tidak dapat berbuat banyak mereka merasa kasihan dengan Penelope.

Odelia telah menyelesaikan tugasnya keluar dari lorong dapur berpapasan dengan Ester.

“Ini dia wanita rendahan lainya” Ester mengibaskan rambutnya saat berpapasan dengan Odelia.

Odelia melirik heran pada Ester segera melihat pada kereta mereka terlihat Penelope di tanah merapihkan kertas-kertas yang terhambur.

“Pen, kamu baik-baik saja?” Odelia segera menuju Penelope dan membantunya untuk merapihkan kertas.

“Aku baik-baik saja, Cath” Penelope berdiri di bantu Odelia.

Odelia pada pelayan yang tertunduk segera menyadari situasi yang terjadi pada Penelope.

Setelah menyelesaikan tugasnya mereka pun pergi dari istana, dalam perjalan pulang saat melewati pasar Penelope menghentikan kereta untuk membeli sekeranjang apel.

...----------------...

1
Dayra Malay
Bingung harus ngapain tanpa cerita ini setiap malam 😔
Tilia: Di tunggu ya kak 😊
update secepatnya 🚀
total 1 replies
Bridget
Kisahnya bikin aku lebih semangat menghadapi hidup!❤️
Tilia: Makasih Kak /Heart/
Semangat terus 💪🏻....
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!