Gadis Desa yang memiliki kakak dan adik, tetapi dia harus berjuang demi keluarganya. Ayahnya yang sudah usia di atas 50 tahun harus dia rawat dan dijaganya karena ibunya telah meninggal dunia. Adiknya harus bersekolah diluar kota sedangkan kakaknya sudah menikah dan memiliki keluarga yang sedang diuji perekonomiannya.
Ikuti terus karya Hani_Hany hanya di noveltoon ♡♡♡
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hani_Hany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 23
"Masuk yuk, ada tamu datang." ajaknya ke ruangan staf. Hasna menurut lalu duduk, disana banyak staf sekitar empat orang. Tamu ada di balai tempat pertemuan sekitar dua orang.
"Ada apa Siska?" tanya Hasna saat duduk di kursi, dia menatap Siska dengan penuh selidik. Ada banyak staf kenapa dia dipanggil? Pikirnya.
Siska adalah adik kelas Hasna saat sekolah dulu, dia masuk di kantor desa karena kakaknya. Hasna menunggu Siska menjawab karena dia yang mengajak Hasna masuk ke dalam ruangan staf.
"Tolong buatkan kopi hitam dua untuk tamu Hasna." Ujar Siska santai, dia duduk di kursi tempat kerjanya berniat ngerumpi kembali. Saat Siska hendak buka suara, Hasna langsung menyela.
"Saya belum resmi bekerja disini Siska, kan ada kamu." Jawab Hasna santai, meski banyak orang tapi dia menganggap biasa saja.
"Hasna teman sekolah kamu ya Sis?" Tanya sang kakak namanya Sari. Siska mengangguk tanpa berniat menjawab.
"Oh, tolong buatkan kopi dua ya Hasna. Karena kami kedatangan tamu." Ucap Sari ramah. Hasna menatap Sari datar, lalu dia menatap ke staf yang lain.
"Ya Allah... Siska, dari tadi kamu disuruh bikin kopi belum jadi juga. Sana buat." Perintah staf tertua, mau tidak mau Siska melangkah dengan menghentakkan kaki membuat kopi dengan terpaksa.
"Kamu mau kerja disini Hasna?" Tanyanya pada Hasna dengan ramah. Hasna hanya mengangguk saja. "Sebagai apa?" Tanyanya lagi.
"Bendahara Mbak, dia yang mau gantikan pak Miftah." Jawab Sari cepat. Dia gak suka dengan orang baru yang tentu saja akan menjadi saingannya.
"Oh, apa bisa kamu jadi bendahara Hasna? Itu susah loh!" Ujar staf kantor tertua namanya Mbak Maria. Sari tersenyum sinis, mereka gak suka kalau ada staf baru lagi.
"Siapa jadi bendahara baru?" Sahut Hari keras sambil ngeledek. Dari tadi diam-diam memperhatikan. Sekarang menyahut pura-pura bertanya.
Hasna diam saja, dia tidak suka menyahut ketika ada orang-orang yang sengaja menyudutkannya. Dia akan membuktikan bahwa dia BISA.
"Paling juga gak bisa! Belum ada loh yang bisa gantikan pak Miftah." Sahut Mbak Maria. Pokoknya Hasna diledek habis-habis an karena berani-beraninya mau jadi bendahara.
"Tidak ada yang tidak mungkin sih kalau mau belajar. Permisi." Ucap Hasna ramah sambil tersenyum manis lalu pamit pergi dari sana. Hasna keluar dengan perlahan, Siska bahkan belum kembali.
Hasna hendak pulang dengan berjalan kaki, saat di pintu pagar dia mendapat panggilan.
"Hasna, sini dulu." Panggil pak Desa Adi. Hasna berbalik dan ternyata pak Desa yang memanggilnya. Mau tidak mau dia menurut.
"Iya pak, ada apa?" Tanya Hasna setelah sampai di depan pak Desa.
"Kamu mau kemana?" Tanyanya balik. Dia menatap Hasna dengan tatapan meremehkan.
"Saya mau pulang pak." Jawab Hasna jujur, pak Desa melotot menatap Hasna kesal.
"Kamu gak niat kerja?" Tanya pak Desa lagi, dia masuk ke dalam ruangannya. Kebetulan tamunya sudah pulang sebelum Hasna melangkahkan kaki keluar ruangan staf.
"Ya niat pak, hanya saja kata pak Miftah saya sudah boleh pulang, besok baru kembali bekerja." Jawab Hasna apa adanya.
"Yang kepala Desa itu saya, kenapa kamu ikuti ucapan Miftah?" Tanyanya lagi. Hasna hanya menghela nafas berat, supaya tetap sabar. Toh dia tahu bagaimana karakter orang-orang di kampungnya.
"Maaf pak." Ujar Hasna pasrah. Hasna ikut masuk ke dalam ruangan pak Desa yang ternyata ada Sekretaris Desa disana. Hasna duduk dikursi plastik karena mendapat kode dari Sekretaris tersebut.
"Ini kamu pelajari sebagai bendahara nantinya, sisanya kamu bisa tanya dan belajar sama pak Sek-des." Ujarnya duduk santai di kursi kerjanya. Hasna hanya mengangguk saja sambil mengambil hal-hal yang harus dia pelajari.
Usai diberikan pelajaran seharian di kantor, kini saatnya Hasna pulang. "Kamu pulang sama siapa Hasna?" Tanya pak Sek-des.
"Saya pulang sendiri pak." Jawab Hasna jujur. Saatnya pulang, semua orang mengambil kendaraannya masing-masing. Sedangkan Hasna jalan kaki sendirian.
"Ayo sama aku pulangnya!" Ucap Mbak Maria, rumahnya memang searah dengan Hasna. Dia mengangguk lalu naik ke boncengan Mbak Maria.
"Lumayan tebengan gratis, ikut saja deh." Gumam Hasna dalam hati. Sesampainya di rumah Mbak Maria, Hasna turun lalu berkata. "Terima kasih Mbak." Ucapnya lalu pulang.
"Iya." Jawabnya singkat lalu masuk ke dalam rumahnya. Rumah mereka hanya berjarak beberapa meter saja. Hasna tiba di rumahnya dengan perasaan lelah.
"Awali hidupmu dengan ceria, berpikir baik kepada siapa pun terutama pada Sang Pencipta." Batinnya menyemangati diri sendiri.
Hasna melakukan tugasnya di rumah seperti hari biasanya. Dia lebih nyaman di rumah sendiri. "Malam ini bermalam di rumah Tante deh!" Batinnya bermonolog.
Sebelum maghrib, Hasna tiba di rumah Tantenya ~ Mak Sulis. Dia bermalam disana sesekali. "Sudah makan Hasna?" Tanyanya ramah.
"Sudah Mak, saya mau nginap ya!" Ucap Hasna meminta izin. Mak Sulis hanya tersenyum senang.
"Iya, kayak apa saja!" Ujarnya lalu menyiapkan makan untuk keluarganya. Paginya Hasna pulang ke rumah setelah mencuci piring dan menyapu lantai rumah Tantenya.
Hasna membersihkan rumahnya, lalu mandi, segera bersiap ke kantor Desa setelah sarapan. "Aku harus segera berangkat kerja. Bismillah." Gumamnya semangat.
Saat di kantor, sang ayah menelfon. Kring Kring Kring ......
"[Assalamu'alaikum. Ayah, apa kabar?" tanya Hasna ramah. Dia sedang sibuk di depan laptop, mumpung waktu luang dia belajar menjadi bendahara yang baik.
"[Waalaikumsalam. Nak, kamu dimana?]" tanya ayah kembali tanpa menjawab pertanyaan Hasna.
"[Hasna sedang di kantor desa ayah. Alhamdulillah Hasna diterima kerja disini jadi bendahara]" jawabnya jujur.
"[Syukurlah, kamu baik-baik disana ya nak, ayah disini juga baik-baik semua]" ucap ayah Ahmad lembut. Hasna hanya mengangguk sambil tersenyum.
"Aku harus kuat." batinnya. Usai mengobrol dengan sang ayah, Hasna menerima telefon dari sang kakak.
"[Halo kak, aku di kantor]" jawab Hasna setelah mengangkat telefon kakaknya.
"[Alhamdulillah kalau sudah dapat kerjaan yang bagus dik. Kakak mau tahu kabar kamu dan ayah]" ujar Hana lembut, penuh perhatian.
"[Kami baik kak, tapi aku lebih sering di rumah sendiri, ayah di rumah Mami kak]" ucap Hasna jujur.
"[Jaga diri ya de, hati-hati. Kalau gitu kakak tutup ya]" pamit Hana. Usai berbincang ringan karena rindu maka ditutup panggilannya.
Seharian Hasna disibukkan dengan pengecekan keuangan, pemasukan dan pengeluaran harus sesuai. Sorenya dia pulang ke rumah dengan jalan kaki.
Hari-hari Hasna lalui, bulan demi bulan hingga setahun sudah Hasna menjalani kehidupannya yang rumit. Terkadang saat bekerja dia akan tinggal di rumah sendirian. Ketika libur, dia akan bermalam ke rumah Mami demi sang ayah.
Belum lagi saat di kantor, dia yang memiliki pekerjaan terberat dan terbanyak daripada staf lainnya. Beruntungnya ada Sekretaris Desa yang siap membantunya.
semangat kak hani /Determined//Determined//Determined//Determined/