Sinopsis
Caca, adik ipar Dina, merasa sangat benci terhadap kakak iparnya dan berusaha menghancurkan rumah tangga Dina dengan memperkenalkan temannya, Laras.
Hanya karena Caca tidak bisa meminta uang lagi kepada kakaknya sendiri bernama Bayu.
Caca berharap hubungan Bayu dan Laras bisa menggoyahkan pernikahan Dina. Namun, Dina mengetahui niat jahat Caca dan memutuskan untuk balas dendam. Dengan kecerdikan dan keberanian, Dina mengungkap rahasia gelap Caca, menunjukkan bahwa kebencian dan pengkhianatan hanya membawa kehancuran. Dia juga tak segan memberikan madu untuk Caca agar bisa merasakan apa yang dirasakan Dina.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Minami Itsuki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 23 CACA CEMBURU DENGAN BELINDA
Aku mendengar Suamiku tersenyum tipis.
"Ya, memang. Kami sempat menjalin hubungan waktu kuliah. Tapi itu sudah lama berlalu, Bu. Belinda dan aku sudah lama putus, dan sekarang dia hanya teman."
Mertua dengan nada serius "Ibu tahu, Danu. Tapi sepertinya dia masih menyimpan rasa untukmu. Ibu merasa ada sesuatu yang lebih dari sekadar persahabatan di antara kalian."
Aku merasa tubuhku kaku. Ternyata, Belinda bukan hanya sekadar teman biasa di mata Suamiku. Semua kata-kata yang selama ini keluar dari mulutnya, tentang bagaimana dia bisa mengurus rumah tangga dengan sempurna, sekarang terasa lebih menegangkan. Belinda adalah seseorang yang punya hubungan masa lalu dengan suamiku, dan sekarang dia kembali masuk ke dalam kehidupan kami.
Aku mencoba untuk menenangkan diri, tetapi kata-kata Mertuaku terus berputar dalam pikiranku.
Mertua melanjutkan pembicaraan "Ibu hanya ingin kamu hati-hati, Danu. Jangan sampai Belinda menjadi ancaman, entah bagi pernikahanmu atau hubungan kita. Dia pintar, tapi kita harus bisa mengendalikannya."
Suamiku dengan nada agak ragu "Aku mengerti, Bu. Aku akan berhati-hati."
Aku merasakan hatiku tercekik, perasaan cemas dan khawatir mulai melanda diriku. Apa yang harus aku lakukan sekarang? Aku tidak tahu harus berbuat apa, tetapi satu hal yang pasti, aku harus mencari tahu lebih banyak. Aku tidak bisa hanya diam begitu saja.
Aku harus menghadapi ini. Aku tidak akan membiarkan Belinda atau siapa pun merusak pernikahanku. Aku akan mengungkap kebenarannya, apapun yang terjadi.
Dengan perasaan yang bergejolak, aku perlahan mundur dan kembali ke kamarku. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, tapi aku harus lebih berhati-hati lagi. Keluargaku, suamiku, dan Belinda... semua itu mulai terasa seperti permainan catur yang rumit, dan aku harus menemukan langkah yang tepat untuk bertahan.
"Mbak Dina, aku butuh bicara. Ini serius," ujarku saat aku sudah masuk kemar aku langsung menghubungi Mbak Dina.
Mbak Dina dengan nada tenang, namun tajam "Ada apa lagi, Caca? Aku tidak punya banyak waktu."
"Aku tahu kamu membawa Belinda ke rumah mertuaku, dan itu... itu sudah cukup untuk membuat semuanya lebih rumit. Kamu tahu kan, dia bukan hanya teman biasa. Dia ada hubungannya dengan suamiku, Danu."
"Oh, jadi sekarang kamu baru sadar? Aku kira kamu cukup pintar untuk melihat masalah yang lebih besar. Tapi kamu benar, Caca. Belinda memang punya masa lalu dengan Danu. Dan aku sudah cukup lama mengamatimu. Jangan kira aku tidak tahu apa yang sedang kamu lakukan."
Aku berusaha menahan emosiku "Apa maksudmu? Aku tidak mengerti, Dina. Ini bukan waktu untuk bermain-main. Rumah tanggaku mulai retak, dan kamu tahu itu. Aku sudah cukup menderita, tapi jika Belinda terus datang ke rumah, aku tidak bisa menjamin apa yang akan terjadi."
"Kamu pikir aku peduli dengan rumah tanggamu? Kamu pikir aku akan duduk diam saja dan membiarkanmu merusak semuanya hanya demi kepentinganmu sendiri? Kamu yang mulai ini semua, Caca. Jangan pikir kamu bisa keluar dari masalah ini begitu saja." Terdengar nada Mbak Dina begitu tinggi.
"Mbak Dina, jika kamu terus membawa Belinda ke rumah mertuaku, aku akan membuat semuanya terbongkar. Jangan sampai aku berbuat sesuatu terhadapmu, mbak!" tekanku penuh emosi.
"Caca, kamu harus berhati-hati dengan ancamanmu. Aku bisa melakukan jauh lebih banyak daripada yang kamu kira. Jangan terlalu jauh, atau kamu akan menyesal."
Dengan suara gemetar namun penuh tekad "Jangan uji aku, mbak Dina. Aku akan melawanmu jika perlu. Aku sudah cukup menderita karena ulahmu. Aku tidak takut lagi."
"Baiklah, Caca. Tapi ingat, jangan pernah anggap remeh aku. Kamu akan melihat apa yang akan terjadi selanjutnya."
"Aku tahu apa yang kamu coba lakukan, Dina. Kamu membawa Belinda ke rumah mertuaku bukan tanpa alasan. Kamu ingin membuat rumah tanggaku hancur, kan? Aku sudah cukup menderita karena tindakanmu!"
"Jadi kamu akhirnya menyadari itu, Caca? Selama ini kamu pikir kamu bisa terus bermain dengan api tanpa akibat. Sekarang, kamu merasakannya sendiri. Belinda memang punya masa lalu dengan Danu, dan aku tahu betul apa yang dia inginkan. Aku hanya memberikan sedikit dorongan."
"Aku tidak akan biarkan kamu merusak rumah tanggaku begitu saja. Mas Danu adalah suamiku, dan aku tidak rela jika dia kembali ke pelukan mantannya. Tidak akan aku biarkan." Aku mencoba menahan isak tangis dan menahan air mataku
"Kamu sudah melihatnya, kan? Belinda dan Danu punya ikatan yang tidak bisa kamu hancurkan. Mereka punya kenangan bersama, dan itu tidak akan pernah bisa kamu ubah. Sekarang, kamu merasakannya, Caca."
"Aku tidak peduli dengan masa lalu mereka, Dina. Aku hanya tahu satu hal—aku tidak akan membiarkan kamu menghancurkan keluargaku begitu saja. Jika kamu terus mengganggu rumah tanggaku, aku akan melawan." Aku mencoba menarik napas dalam-dalam, mencoba tetap tenang meski jantung berdegup kencang
"Kamu ingin melawan, Caca? Kamu tidak tahu apa yang bisa aku lakukan. Aku akan membuatmu merasakan apa yang aku rasakan dulu. Keluarga ini, suamimu, semuanya akan kembali padaku, dan kamu akan menyesal."
"Jika itu yang kamu inginkan, Dina, aku akan lakukan apa pun untuk melindungi rumah tanggaku. Aku tidak akan biarkan kamu menghancurkannya dengan cara seperti ini." Aku mencoba kuat dengan suara penuh tekad, meskipun merasa takut dengan mbak Dina dibalik telepon.
"Kamu bisa mencoba, Caca. Tapi ingat, aku tidak akan berhenti sampai aku mendapat apa yang aku inginkan. Dan kamu... kamu hanya akan menjadi bagian dari cerita yang sudah tertulis." Terdengar suara Mbak Dina menahan tawa, bahkan suaranya semakin dingin.
Ponsel ditutup dengan suara keras, aku merasa ketegangan semakin menumpuk. Setiap ancaman mbak Dina semakin nyata, dan aku tahu bahwa pertempuran ini baru saja dimulai. Namun, tekadku untuk melindungi rumah tangganya kini jauh lebih kuat, meskipun dia tahu bahwa itu tidak akan mudah.
...****************...
Esok siang, aku melihat Belinda hadir lagi di rumah mertuaku. Dengan nada cemburu, aku memergoki Mas Danu sedang berbicara dengan Belinda "Kenapa kamu harus berbicara begitu lama dengan Belinda? Jangan pikir aku bodoh, Danu! Aku tahu apa yang sedang kamu lakukan."
"Caca, jangan seperti ini. Aku hanya berbicara sebentar dengan Belinda tentang pekerjaan. Kamu tidak perlu berlebihan." Mas Danu terlihat terkejut, dia mencoba menjauh dari sisi Belinda
"Berlebihan? Kamu pikir aku tidak tahu apa yang sedang terjadi? Kamu terlalu dekat dengannya, Danu! Kamu hanya cari alasan untuk selalu ada di dekat dia." Aku menatap tajam Mas Danu.
"Caca, ini sudah cukup! Kenapa kamu selalu curiga sama aku? Aku sudah cukup memberi perhatian padamu. Aku tidak punya apa-apa dengan Belinda. Kamu harus percaya padaku!" Setelah aku menatap tajam, mas Danu memegangi kepalanya, frustasi
"Percaya padamu? Bagaimana bisa aku percaya padamu, Mas, jika kamu terus saja mendekati wanita itu? Aku sudah melihat matamu, bagaimana kamu menatapnya! Jangan kira aku tidak tahu!" Aku langsung menyentakkan tanganku dengan keras ke atas meja
Mas Danu langsung berdiri, karena merasa terpojok "Caca, kamu sudah mulai keterlaluan. Aku tidak bisa hidup dengan rasa curiga terus menerus. Aku butuh ruang, butuh kebebasan! Kamu tidak bisa terus-menerus mengontrol hidupku seperti ini."
Aku mendekat dengan ekspresi penuh amarah, mataku tak lepas dari Mas Danu. "Aku mengontrol? Aku hanya ingin kamu tahu siapa yang penting dalam hidupmu! Kalau kamu berpikir aku akan diam saja sementara kamu terus mendekati Belinda, kamu salah besar, Mas!."
"Kamu tidak mengerti, Caca. Kamu selalu membuatku merasa seperti aku tidak punya ruang untuk bernafas. Aku butuh kepercayaan darimu, bukan kebencian dan kontrol yang berlebihan." Mas Danu menghela napas, mencoba tetap tenang menghadapiku yang sudah penuh emosi
"Kepercayaan? Kamu sudah mengkhianatiku dengan cara seperti ini. Bagaimana bisa aku percaya padamu jika kamu selalu mencari alasan untuk berada dekat dengan dia? Aku tidak akan membiarkan kamu pergi begitu saja, Danu!"
"Aku tidak tahu apa yang lebih buruk, Caca. Menjadi suami yang dikekang setiap waktu, atau hidup dengan seorang istri yang selalu mencurigai setiap langkahku. Aku lelah, sangat lelah dengan semua ini!"
bantu ngga.
mudah2an mereka bertiga dpt balesanya
blm sadar jga y,ngga minta maaf Ama Dina.
tuh mantan suami Dina kpn dapet karmanya.
kadang kasian Ama Caca, tp kenapa dia ngga mikir y gimana perasaan Dina. yg skg dia alami.
apa Caca ngga sadar ini ulahnya.
makin merasa terzolimi padahal dia sendiri pelakunya