Pasti ada asap, makanya ada api. Tidak mungkin seseorang dengan tiba-tiba membenci jika tidak ada sebab.
Itu yang di alami Adara gadis 25 tahun yang mendapatkan kebencian dari William laki-laki berusia 30 tahun.
Hanya karena sakit hati. Pria yang dulu mencintainya yang sekarang berubah menjadi membencinya.
Pria yang dulu sangat melindunginya dan sekarang tidak peduli padanya.
Adara harus menerima nasibnya mendapatkan kebencian dari seorang yang pernah mencintainya.
Kehidupan Adara semakin hancur dikala mereka berdua terikat pernikahan yang dijalankan secara terpaksa. William semakin membencinya dan menjadikan pernikahan itu sebagai neraka sesungguhnya.
Mari kita lihat dalam novel terbaru saya.
Apakah 2 orang yang saling mencintai dan kemudian berubah menjadi benci. Lalu benci itu bisa kembali berubah?
Terus di ikuti dalam Novel ini. Jangan lupa like, koment dan subscribe.
Follo Ig saya.
ainunharahap12.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 23 Bukan Manusiawi.
Malam yang sudah berlalu yang disambut kembali dengan pagi yang cerah. Adara menuruni anak tangga dan terlihat sepasang kekasih itu yang sedang menikmati sarapan tanpa dosa dan seperti sudah pasangan halal saja yang padahal di rumah itu Adara yang seorang Istri.
"Ini lagi sayang!" Katy yang tampak menyuapi William.
Hal itu sepertinya disengaja ketika mendengar suara langkah Adara dan William sepertinya menyadari hal itu dengan ekor matanya yang melihat ke arah Adara yang juga memasuki area dapur.
Sejak kejadian tadi malam, William dan Adara belum ada bertemu secara langsung dengan bertatap muka dan apalagi berbicara. Mungkin saja William berpura-pura amnesia dengan apa yang telah dia lakukan tadi malam. Bukannya dia sadar bahwa semua tuduhannya kepada istrinya telah salah selama ini.
"Sayang lebih enak mana makanan disuapi olehku atau makan sendiri?" tanya Katy dengan suara manja.
"Semua makanan yang dari tangan kamu jauh lebih enak," jawab William.
"Kamu bisa saja," sahut Katy dengan tersenyum cengengesan. Adara yang harus menahan telinganya mendengarkan pembicaraan yang sangat menjijikkan itu.
"Sayang bukankah nenek tidak ada di sini? lalu untuk apa kamu masih meletakkan wanita itu di rumah ini. Kamu tidak takut rumah ini akan terkena sial dengan kehadiran wanita itu di sini?" tanya Katy dengan sinis yang menyindir Adara.
"Aku tidak menganggap dia ada di rumah ini dan itu sama saja bagi kau," jawab William dengan suara berat.
Adara harus menahan diri dengan segala omongan dari orang-orang yang tidak mengerti bagaimana perasaannya dan apalagi William. Tadi malam pria itu sangat menikmati tubuhnya dan sekarang berkata seperti itu, dia seperti barang yang sudah dipakai dan sangat bosan lalu dicampakkan.
Mungkinkah dia memang hanyalah sebagai pelampiasan saja yang dipakai dengan sesuka hati, lalu dibuang begitu saja.
"Kalau kamu tidak menganggap dia ada di rumah ini. Maka jangan letakkan di rumah ini. Mataku sangat sakit melihat wanita itu dan lagi pula kamu akan merasa sangat tidak nyaman," ucap Katy memberi saran dengan mempengaruhi William.
"Sayang! bukankah aku sudah mengatakan kepada kamu, bahwa dia telah memaksa untuk pernikahan ini dan ketika nenek tidak ada. Lalu dia akan pergi begitu saja. Dia yang keenakan. Setelah membuatku stres dengan semua ini dan lalu dia pergi begitu saja. Bukankah segala sesuatu tidak ada yang gratis. Jadi biarkan saja dia di sini untuk mempertanggungjawabkan semua perbuatannya," ucap Adrian.
"Hmmm... Dia hanya wanita rendahan dan juga seorang pelayan hotel. Lalu apa dia tidak akan kembali bekerja di hotel?" tanya Katy memastikan.
Sebenarnya Adara juga sangat menunggu jawaban itu dan entahlah bagaimana statusnya saat ini. Semenjak menikah dengan William dia tidak pernah ke hotel dan William juga tidak menyuruh dirinya dan apakah mungkin dia memang benar-benar hanya akan diletakkan di rumah saja.
"Kamu tau sendiri entah apa yang dilakukan wanita itu untuk membuat nenek patuh padanya. Nenek tidak membiarkan dirinya untuk ke hotel," akhirnya Adara mendapatkan jawaban yang ternyata bukan William yang memilih keputusan itu dan nenek yang mungkin tidak ingin menantunya harus menjadi pelayan di hotel.
"Baiklah! Kalau dia tidak menjadi pelayan di hotel. Apakah boleh dia menjadi pelayanku?" tanya Katy.
Adara yang menuang air putih ke dalam gelas mendengar semua itu, jantungnya berdebar dengan kencang dan entah jawaban apa yang dia tunggu dari William.
"Kamu lakukan apa yang ingin kamu lakukan. Aku sudah mengatakan dia harus bertanggung jawab atas perbuatannya," jawab William yang sangat kejam mengizinkan Katy menjadikan Adara sebagai pelayan.
Adara mendengar semua itu menelan salivanya, entah seperti apa lagi rasa sakit yang dia rasakan, mungkin rasa sakit itu sudah tidak bisa diucapkan lagi. Matanya yang tampak bergenang yang ingin sekali air mata itu tumpah.
Katy tersenyum puas mendengar keputusan William yang memberikan keuntungan padanya. Adara yang tidak tahan untuk di sana yang langsung pergi.
"Tunggu!" Katy langsung mencegah begitu saja.
"Aku ingin sekali makan buah! jadi potong buah untukku!" titah Katy yang langsung memberikan perintah begitu mendapatkan kesempatan dari William.
Kapan lagi Katy bisa membalaskan semua rasa kesalnya kepada Adara yang telah merebut kekasihnya.
"Kenapa kau hanya diam saja? kau berpura-pura tuli dan tidak mendengarku?" tanya Katy.
"Sayang! lihatlah wanita itu, tampaknya dia memang sangat ingin menantang kamu. Dia mungkin sudah merasa seperti Nyonya di rumah ini dan tidak ingin mendengarkan apa yang aku katakan," Katy yang langsung mengadu kepada William ketika tidak mendapatkan respon apa-apa dari Adara.
"Jangan hanya berdiri di sana! Lakukan apa yang telah diperintahkan kepadamu," ucap William yang benar-benar sangat keji yang sama saja memberikan perintah itu kepada Adara yang menuruti semua perkataan Katy.
"Hey! jangan pura-pura tuli? kau tidak mendengar apa kata kekasihku. Cepat laksanakan tugasmu!" tegas Katy dengan suara yang sedikit keras.
Adara masih diam saja yang tidak memberikan respon apa-apa.
"Sayang, kamu benar! Dia memang sangat suka menantang mu. Lihatlah dia masih tetap diam saja dan tidak ingin menuruti kamu," Katy terus aja mempengaruhi pemikiran William.
"Jika kau tidak bergerak juga! Maka jangan harap aku mengizinkan mu pergi dari rumah ini walau hanya satu menit saja!" tegas William yang memberikan ancaman.
Adara memejamkan mata. Mau tidak mau yang akhirnya Adara menuruti permintaan William. Mungkin itu adalah kelemahan Adara. Karena bagaimanapun dia harus sesekali melihat kondisi ibu dan juga adiknya. Adara yang berjalan menuju kulkas dan mengambil beberapa buah-buahan.
"Kamu ingin dipotongkan buah apa?" tanya Adara yang terlihat begitu terpaksa sekali harus melayani kasih dari suaminya itu.
Katy yang terlihat pura-pura tidak dengar dan saling suap dengan William. Jelas hal itu membuat Adara begitu kesal. Dia sudah menurunkan harga dirinya dan sekarang dibalas dengan seperti itu. Bagaimana Adara tidak emosi yang rasanya ingin sekali mengacak-ngacak William dan juga Katy.
"Aku sedang bertanya maka jawablah!" tegas Adara dengan suara sedikit tinggi yang membuat Katy menoleh ke arahnya.
"Kau berbicara padaku?" tanya Katy tanpa dosa.
"Jika tidak berbicara padam. Lalu aku berbicara pada siapa? apa di sini ada setan?" tanya Adara lagi.
"Enak sekali kau mengatakan aku setan," sahut Katy kesal.
"Kalau jawablah pertanyaanku?" tanya Adara sekali lagi.
"Benarkah! Kalau begitu kau ingin mengatakan apa? Aku tadi terlalu asik bersama kekasihku. Jadi maaf aku tidak mendengar kau berbicara," ucap Katy.
"Aku sedang bertanya. Anda ingin dipotongkan buah apa?" tanya Adara.
"Apa ya?" Katy dengan sengaja membuat lama yang tampak berpikir.
William hanya diam saja yang membiarkan hal itu. Sementara Adara harus benar-benar menahan diri yang telah diuji kesabarannya oleh Katy yang sengaja mempermainkan dirinya.
"Aku ingin dipotongkan buah mangga," ucap Katy.
Adara yang tidak bertanya lagi langsung mengambil mangga dan mencucinya. Saat tangannya sudah memegang pisau dan ingin mengupas buah tersebut.
"Aku seketika berubah pikiran, aku ingin buah apel!" hal itu tidak jadi ketika Katy yang sepertinya sengaja melakukan hal itu untuk membuat Adara semakin marah.
Adara tetap sabar dan mengambil buah apel yang mencucinya kembali.
Bersambung