Alysa seorang gadis muda, cantik serta penuh talenta yang kini tengah menempuh studynya di bangku kuliah. Namun, selama dua semester ia memutuskan untuk cuti, demi bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga yang tengah bangkrut.
Dalam perjalananya, Alysa harus mendapatkan uang sebanyak 300 juta dalam semalam untuk biaya operasi jantung orang tuanya. Dalam keadaan mendesak, Alysa memutuskan menjadi wanita panggilan. Mengikuti saran sahabatnya, Tika.
Sialnya, pelanggan pertamanya adalah dosen ia sendiri. Hal itu membuat Alysa malu, kesal sekaligus bingung bagaimana harus melayani sang Dosen. Lalu bagaimana kelanjutan ceritanya? serta bagaimana hubungan Alysa dengan kekasihnya, Rian. Akankah setelah mengetahui fakta sebenarnya ia akan tetap bersama Alysa?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon By.dyy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berbagi Ranjang
Alysa tidak mengira, kalau malam ini ia akan menjadi teman tidur dosennya sendiri. Berbagi ranjang dengan Reyhan tidak seburuk yang ia pikirkan sebelumnya.
"Reyhan." panggil Alysa.
"Hm."
"Kamu belum menjawab pertanyaan aku," kata Alysa.
"Soal apa?" tanya Reyhan.
"Soal orang yang ada di lift tadi." timpal Alysa.
Tubuh Reyhan bergerak, dari yang awalnya ia tidur terlentang menatap atap kamar, sekarang menjadi menyamping menatap Alysa.
Tangan kanan Reyhan ia jadikan tumpuan kepala, sedangkan lainnya yang bebas, ia simpan diatas perut Alysa.
"Kenapa kamu mau bahas itu lagi?" tanya Reyhan.
"Aku cuma tanya."
"Kalau aku gak mau jawab, gimana?" tanya Reyhan.
Alysa melirik sinis Reyhan. "Oke." kata Alysa singkat.
Reyhan terkekeh. "Ga lucu." kata Alysa tidak suka.
"Muka kamu lucu." Timpal Reyhan.
Sebenarnya Alysa sudah salah tingkah sekali dipuji oleh Reyhan. Tapi, sebisa mungkin ia tidak menunjukkannya pada Reyhan. Tingginya boleh sekitar 160cm jauh dibawah Reyhan, tapi soal gengsi tetap nomor satu, jauh lebih tinggi melebihi tinggi badannya.
Alysa menyingkirkan tangan Reyhan dari perutnya, kemudian bergerak membelakangi Reyhan. Tangan Alysa terulur untuk menekan lampu tidur disamping kasurnya.
Alysa terpaksa harus tidur dengan keadaan dongkol, padahal dirinya sudah berharap lebih kalau Reyhan akan mengatakan jika ia cemburu ketika tiga orang asing di lift itu memperhatikan Alysa. Nyatanya, ucapan itu tidak keluar sama sekali dari bibir Reyhan.
"Hei... Kamu ko marah." kata Reyhan.
"Enggak... Aku ngantuk, mau tidur."
Suara tawa Reyhan kembali terdengar, setelah itu ia ikut bergabung tidur, bukan diposisi semula. Tapi, tubuhnya merapat pada tubuh Alysa.
Alysa membuka mata kaget, ketika sebuah tangan melingkar diperutnya dan merasakan dengkuran nafas pada ceruk leher jenjangnya.
"Aku tidak suka mata laki-laki itu waktu melihat kamu." Kata Reyhan mulai membuka pembicaraan. "Matanya, sudah seperti akan keluar dari tempatnya waktu melihat kamu, dan aku juga bisa menebak kemana larinya otak laki-laki itu ketika terus melihat kamu!"
Alysa diam sebentar, mencoba mecerna semua kalimat yang keluar dari mulut Reyhan. Kalau tidak salah Reyhan mengatakan kalau ia tidak suka ketika orang asing ada yang memperhatikan Alysa. Boleh Alysa berpendapat kalau Reyhan memang cemburu. Hanya saja ia terlalu bertele-tele untuk menjelaskan.
"Jadi, jangan pakai baju seperti ini lagi." kata Reyhan.
Alysa mengulum senyum, ia mengigit bibirnya agar Reyhan tidak mengetahui kalau Alysa sangat senang akan apa yang baru saja Reyhan ungkapkan. Alysa merasa disayangi, diperhatikan, dilindungi, bahkan untuk hal kecil penjelasan saja Alysa merasa seperti dibujuk oleh Reyhan agar tetap berbaikkan.
"Kamu tidur?" tanya Reyhan.
Alysa tidak menjawab, ia membalikkan badan kemudian menatap lekat Reyhan yang tengah memandanginya. Reyhan bergerak melewati tubuh Alysa untuk kembali menyalakan lampu.
"Hm..." Lenguh Alysa kala mendapat sinar lampu, yang segera Reyhan tutupi mata Alysa oleh telapak tangannya.
"Beneran udah ngantuk?" tanya Reyhan.
Kalau boleh jujur, Alysa tidak merasa kantuk sama sekali, matanya justru merasa segar, tapi hatinya dilingkup perasaan khawatir terus bertanya-tanya tentang apa yang ia lakukan malam ini.
"Sedikit." bohong Alysa.
"Jadi, kamu puas dengan jawabannya?" tanya Reyhan.
"Sedikit."
Reyhan tertawa lagi memperlihatkan giginya yang berderet rapi. Alysa baru sadar, kalau Reyhan sejak tadi banyak sekali tertawa.
"Kamu kenapa ketawa terus sih, gak ada yang lucu."
Reyhan berenti dari tertawa. "Kenapa? Kamu ga suka, lihat saya ketawa?" tanya Reyhan.
"Enggak, bukan gitu." jawab Alysa cepat.
"Lalu?"
"Sekenal aku, kamu bukan orang yang suka tertawa. Jadi, aku merasa kaget waktu tau kamu suka ketawa." jelas Alysa.
"Memangnya sekenal kamu, aku orang seperti apa?" tanya Reyhan..
"Setauku, kamu dosen yang pendiam, tegas, serius, dan banyak aturan."
Reyhan mengulas senyum. "Lalu?"
"Ya menurutku, kamu bukan seperti sekarang aku lihat dan aku tahu. Aku kaya liat dua orang yang berbeda dalam satu waktu yang bersamaan."
"Dan aku rasa, kamu harus mulai banyak senyum, ketawa, dan mulai bersikap ramah." Tambah Alysa.
"Kenapa?"
"Biar kamu gak cepat tua lah, apalagi?" sahut Alysa.
Reyhan mengelengkan kepala, kemudian bergerak, merubah posisi dari tertidur menjadi duduk. "Saya setua itu, kah?" tanya Reyhan.
Alysa ikut duduk, kemudian jari tangannya membentuk huruf C didepan Reyhan. "Sedikit."
Sekarang, keduanya saling melempar senyum. "Sini." pinta Reyhan pada Alysa, sambil menepuk paha Reyhan sendiri.
Astaga... Cobaan apalagi sekarang, Alysa harus terduduk dipangkuan Reyhan.
"Sini." pinta Reyhan lagi, sembari menarik tangan Alysa.
Secara terpaksa Alysa ikut keinginan Reyhan. Kalian tahu apa yang dirasakan Alysa saat pertama kali duduk. Sebuah benjolan besar tepat ia duduki oleh kedua pantatnya.
Alysa bingung harus berekspresi seperti apa, tubuh Reyhan tanpa sehelai kain, wajah Reyhan, bahkan matanya begitu sangat memabukkan hati Alysa. Berjuta pikiran liar kini hinggap dikepala Alysa dengan posisi sedekat sekarang.
"Alysa boleh saya bertanya sesuatu?" tanya Reyhan.
Alysa menatap mata Reyhan, penasaran akan apa yang ingin ditanyakan Reyhan. "Boleh?" tanya Reyhan lagi.
Alysa mengangguk. "Alysa... Maaf kalau pertanyaanku akan menyinggung kamu. Tapi, apa kamu masih melakukan pekerjaan kamu?" tanya Reyhan hati-hati.
"Maksud saya, pekerjaan saat pertama kali kita ketemu di Hotel." Tambah Reyhan.
"Maksud kamu sebagai perempuan panggilan itu!" Sahut Alysa.
Reyhan mengangguk.
Haruskah Alysa menceritakan semuanya, kalau apa yang dilakukan Alysa itu untuk pertama kalinya, itupun ia lakukan dengan terpaksa. Tapi, apa Reyhan akan percaya pada dirinya.
"Kenapa tiba-tiba mau bahas itu?" tanya Alysa.
"Aku tidak mau kamu melakukan pekerjaan itu lagi." jawab Reyhan jujur.
Alysa kaget atas penuturan Reyhan, ia mencoba mencari kebohongan dari mata Reyhan, tapi ia tidak menemukannya.
"Aku akan membeli kamu dari mucikari kamu, kalau memang harus ditebus. Aku tidak ingin kamu melakukan pekerjaan itu lagi Alysa." kata Reyhan tulus.
Alysa benar-benar dibuat luluh oleh Reyhan, hatinya jatuh sejatuh-jatuhnya pada Reyhan. Bagaimana ia bersikap, berbicara, dan memandangnya penuh hormat sebagai seorang perempuan baik, membuat ia terkesima.
Alysa merengkuh rahang Reyhan dengan kedua tangannya. Tidak terasa, matanya mulai memanas, Alysa tidak bisa membendung lagi air matanya, ketika Reyhan mengajukan pertanyaan.
"Kamu kenapa? Aku salah bicara? Kamu tidak nyaman atas pertanyaan aku. Kalau begitu jangan kamu jawab, tidak apa-apa." kata Reyhan.
Usai Reyhan mengatakan itu, Alysa dengan penuh kesadaran memagut bibir Reyhan. Persetan dengan hubungannya dengan Rian, malam ini Alysa merasa sangat dicintai.
Alysa tidak bisa bohong soal perasaannya, bersama dengan Reyhan ia merasa cukup, ia merasa berharga, bahkan merasa beruntung karna telah dipertemukan dengan Reyhan.
Seberuntung malam ini karna Reyhan tidak menolak ciuman Alysa. Laki-laki didepannya ini membalas pagutan Alysa. Namun, tidak mencoba untuk mendominasi.
Reyhan membiarkan Alysa mempimpin ciumannya kali ini. Bahkan, Alysa bisa merasakan Reyhan tersenyum disela-sela ciumannya.
"It's a good kiss." komentar Reyhan usai Alysa melepaskan ciumannya dari Reyhan.
Alysa mengulas senyum, memukul bahu Reyhan, kemudian memeluk Reyhan.
"You feel better?" tanya Reyhan.
Alysa mengangguk.
Beberapa saat keduanya saling diam, Alysa mencoba menenangkan diri atas perasaannya. Sedangkan Reyhan memberi kesempatan Alysa untuk mencerna atas perasaannya.
"Aku serius soal kamu harus berenti sebagai perempuan panggilan, Alysa." kata Reyhan lagi.
Alysa mundur melihat wajah Reyhan, mencari kesungguhan.
"Reyhan sebenarnya apa yang kamu tau selama ini tentang aku, bukan itu kebenarannya." kata Alysa.
Wajah Reyhan tampak bingung. "Maksudnya?"
Alysa turun dari pangkuan Reyhan, ia berjalan menuju kaca besar menghadap langsung keluar jendela, menampakkan suasana malam Jakarta yang tidak pernah hening oleh sibuknya manusia-manusia didalamnya.
"Waktu papah sakit, aku kebingungan mencari uang untuk biaya operasi papah. Lalu, Tika menyarankan aku untuk melakukan pekerjaan itu. Saat itu, tidak ada jalan keluar dan pilihan lain, aku langsung mengikuti saran Tika." tutur Alysa.
Air matanya kembali jatuh, mengingat hari dimana Satria bergelut dengan rasa sakitnya. Sedangkan, Alysa harus mencari jalan keluar dengan mendapatkan uang dalam waktu semalam.
"Aku tidak menyangka kalau orang yang memesanku adalah Pak Reyhan, dosenku sendiri. Waktu aku bilang, salah kamar, itu semua bohong. Aku malu, malu karna aku berani melakukan itu, aku berniat pulang. Tapi, aku ingat malam itu juga aku harus mendapatkan uang, agar besok pagi papah bisa operasi." tambah Alysa.
"Soal menstruasi itu?" tanya Reyhan.
"Aku bohong juga, aku terlalu takut melakukannya. Aku takut papah dan mamah tahu soal itu, dan mereka akan merasakan kegagalan kedua kalinya dalam mengurus anak. Aku gak sanggup melihat mereka sedih." kata Alysa terisak.
Reyhan turun dari kasur, ia memeluk Alysa erat. "Terima kasih sudah menjadi gadis yang baik." ucap Reyhan.
Alysa semakin menangis dalam pelukan Reyhan. "Kamu percaya aku, kan?" tanya Alysa.
"Aku percaya." jawab Reyhan, Alysa semakin erat memeluk Reyhan.
...Hallo semuanya, terima kasih sudah mampir ditulisanku. Sebagai Autor sangat senang, karna banyak yang like. Tapi semoga bukan hanya like, tapi juga mendukung dengan cara komen, dan Vote....
...Menurut kalian, Alysa baik bagusnya sama Reyhan atau sama Rian?...
...Sampai jumpa di part selanjutnya teman-teman....