Kalandra terpaksa menerima perjodohannya itu. Padahal dia akan dijodohkan dengan perempuan yang sedang hamil lima bulan.
Saat akan melangsungkan pernikahannya, Kalandra malah bertemu dengan Anin, perempuan yang sedang hamil, dan dia adalah wanita yang akan dijodohkan dengannya. Ternyata Anin kabur dari rumahnya untuk menghindari pernikahannya dengan Kalandra. Anin tidak mau melibatkan orang yang tidak bersalah, harusnya yang menikahinya itu Vino, kekasihnya yang menghamili Anin, akan tetapi Vino kabur entah ke mana.
Tak disangka kaburnya Anin, malah membawa dirinya pada Kalandra.
Mereka akhirnya terpaksa menikah, meski tanpa cinta. Apalagi Kalandra masih sangat mencintai mantan kekasihnya. Akankah rumah tangga mereka baik-baik saja, ketika masa lalu mereka mengusik bahtera rumah tangga mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hany Honey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dua Puluh Tiga
Anin sudah selesai menata sarapan, hari ini dia benar-benar sudah menjadi istri yang seutuhnya untuk Kala. Walaupun dia tahu, hati Kala belum seutuhnya milik Anin. Tapi bagi Anin itu tidak masalah, selagi Kala masih tetap bersamanya, masih ada di dalam pelukannya, dia tidak mempermasalahkan hati Kala untuk siapa. Karena , Anin percaya kalau cinta itu akan datang seiring berjalannya waktu, dan cinta akan timbul karena sudah terbiasa bersama.
"Aku tidak mempermasalahkan hati Kala untuk siapa, cinta Kala untuk siapa, karena aku yakin, suatu saat nanti dia bisa mencintaiku, entah kapan dia akan mencintaiku, aku tidak tahu. Yang terpenting, aku selalu memberikan apa yang terbaik untuk dia. Karena, aku sudah bisa mencintainya," gumam Anin dalam hati.
Kala menatap Anin yang sedang menata sarapan di ruang makan, dia hanya menatap Anin dari kejauhan. Memandangi wanita yang sudah menjadi istrinya, namun baru di sentuhnya tadi pagi. Bagi Kala, Anin bukan hanya sekedar istri, dia teman dan sekaligus adik untuk dirinya. Mungkin perasaaan cinta belum begitu melekat di hati Kala, tapi rasa sayang, rasa sayang itu sudah melekat di hati Kala sejak Anin hamil dan melahirkan. Bahkan dia yang begitu panik dan cemas saat Anin kesakitan akan melahirkan Dava.
"Anin, aku sadar, aku hanya menyayangimu, mungkin cinta belum tumbuh di hatiku. Tapi, rasa sayang ini, mengalahkan segalanya. Bukan karena nafsu aku melakukan itu, itu semua karena aku menyayangimu, dan kamu adalah istriku. Maafkan aku Anin, mungkin suatu saat nanti cinta untukmu akan tumbuh seiring berjalannya waktu. Jangan pernah pergi dari sisiku Anin, aku tidak bisa," gumam Kala dalam hati.
Kala mendekati Anin yang sedang menata piring dan menuangkan air putih di gelas. Kala memeluk Anin dari belakang dan mencium tengkuk Anin.
"Salamat pagi," ucap Kala.
"Pagi, Kala, sarapan dulu yuk," ajak Anin.
"Tadi di kamar sudah sarapan," jawab Kala.
"Sarapan apa, aku kan cuma menyiapkan baju kerjamu saja, tidak menyiapkan sarapan di kamar."ucap Anin dengan heran. Dia membalikan tubuhnya menghadap suaminya.
"Tadi kan sudah sarapan, sarapan bareng kamu di ranjang," ucap Kala dengan menggoda istrinya. Dia menggigit lembut hidung Anin yang mancung.
"Ih kamu, sudah jangan menggodaku," ucap Anin.
"Yang menggoda itu kamu, Anin," ucap Kala.
"Kapan aku menggodamu?" tanya Anin dengan mengalungkan tangannya di bahu Kala.
"Ini saja kamu sedang menggodaku, Anin," ucap Kala.
"Anin, jangan membangunkan juniorku, aku tidak tahan melihatmu yang seperti ini," ucap Kala lirih di telinga Anin.
"Dasar, mesum!" ucap Anin sambil memukul dada Kala lirih.
"Kamu yang mulai, kamu yang membuat otak ini semakin mesum, Anin," ucap Kala dengan mencium bibir Anin lembut.
"Kala ini di meja makan," ucap Anin lirih sambil menghentikan ciumannya.
"Apa mau melakukan di sini?" ucap Kala dengan menyunggingkan senyumannya.
"Boleh, ayo?" ucap Anin.
"Yakin?" tanya Kala.
"Yakin, ayo!" ajak Anin sambil menarik kursi meja makan.
"Ayo, kita lakukan sarapan dulu, setelah itu kamu ke kantor, kerja yang konsentrasi, jangan mesum mulu nih otaknya?" ucap Anin sambil mendudukkan dirinya di kursi.
"Dasar Anin, selalu saja seperti itu," ucap Kala.
"Kala, sudah jangan macam-macam, ini sudah siang, kamu harus ke kantor, kalau terlambat bagaimana?" tanya Anin.
"Nah, kantor kan kantorku, aku CEO di sana? Bebas dong mau berangkat jam berapa," tukas Kala.
"Iya, iya, sultan mah bebas," ucap Anin sambil mengambilkan nasi untuk Kala.
"Anin, Dava di mana?" tanya Kala.
"Sama bibi," jawab Anin.
"Sudah mandi kan, Dava?" tanya Kala lagi.
"Sudah, dia sedang makan bubur dengan bibi," jawab Anin.
"Anin, kita butuh bulan madu sepertinya," ucap Kala.
"Untuk apa bulan madu?" tanya Anin.
"Ya, kita kan belum bulan madu, bagaimana kalau Dava kita titipkan dulu di mamah?" ucap Kala.
"Jangan dong, kita ajak," ucap Anin.
"Aku ingin berdua saja, nanti kalau liburan kita bawa Dava juga. Tapi kalau bulan madu, kita berdua saja, ya? Please, mau ya, Anin?" pinta Kala dengan memohon dengan Anin. Dia mengatupkan kedua tangannya di depan Anin dengan wajah memelas.
"Em ... Iya deh, kamu kalau tidak di turuti merengek terus kayak bayi yang lapar," ucap Anin.
"Oke, terima kasih Anin," Kala memeluk istrinya dan mencium setiap inci wajahnya.
"Ya sudah, nanti kita bicarakan lagi, habiskan sarapanmu," ucap Anin.
Kala dan Anin menikmati sarapan berdua. Kala dari tadi memerhatikan wajah istrinya yang sepertinya bahagia, tidak seperti hari-hari yang lalu. Mereka menghabiskan serapannya, setelah itu, Kala pamit dengan Anin untuk berangkat ke kantor.
"Aku ke kantor dulu, Anin," pamit Kala.
"Iya, hati-hati," ucap Anin sambil mencium tangan Kala. Kala mencium lembut kening Anin dan bibir Anin.
"Jaga diri baik-baik di rumah. Jaga Dava juga. Dan, nanti malam kita lanjutkan lagi," ucap Kala dengan senyum tampan di depan wajah Anin.
"Iya, iya. Sudah sana ke kantor, jangan mikir yang mesum-mesum terus kamu, Kala," ucap Anin.
"Ini semua karena kamu, Anin," ucap Kala.
"Ya sudah aku berangkat." Kala keluar rumah, dia mencium Dava yang sedang bersama Bi Imah sebelum berangkat, dan melambaikan tangan pada Dava. Dava dengan riang juga melambaikan tangannya pada Kala.
Kala sudah sampai di kantornya, dia mulai mengerjakan beberapa file yang sudah menumpuk di meja kerjanya. Dia benar-benar sudah menggilai istrinya, hingga dia sedikit-sedikit melamun membayangkan wajah Anin yang selalu hadir di depan matanya. Dai membuka ponselnya, dan mencari foto Anin yang ada di galerinya.
"Anin, kamu benar-benar membuatku gila, tak pernah aku seperti ini dengan wanita, dengan Sandra pun aku tidak pernah," gumam Kala dalam hati.
"Hei, Boss! Siang bolong gini malah melamun, itu file yang aku taruh sudah di tandatangani belum?" Ucap Adam yang mengagetkan Kala.
Adam adalah teman Kala sejak SMP. Dia adalah teman, sahabat, dan sudah di anggap Kala seperti saudaranya.
"Kamu mengagetkanku saja, Dam!" tukas Kala.
"Makanya jangan melamun, udah siang masih melamun saja, kurang jatah kamu? Makanya istri sudah nyanding di sampingmu, kasih dia jatah, jangan di anggurin, nanti kalau ada yang rebut baru tau rasa kamu!" ucap Adam, yang membuat mata Kala melotot ke arah Adam.
"Lagian, kurang apa Anin, sudah baik, penurut, malah di sia-siakan, mau mengharap Sandra kembali? Tidak mungkin, Kala. Kalian sudah memiliki kehidupan masing-masing. Sandra saja bisa menjalani, masa kamu tidak bisa?" Ucap Adam.
"Aku bukan sedang memikirkan Sandra, aku tidak bisa konsentrasi, Adam. Ini semua karena Anin," ucap Kala.
"Karena Anin?" tanya Adam dengan heran.
"Iya, dia membuatku gila, Adam .... Benar-benar membuatku gila," ucap Kala dengan mengusap kasar wajahnya.
"Memang kamu sudah gila Kala. Wanita secantik Anin kamu sia-siakan," ucap Adam.
"Bukan itu masalahnya,"ucap Kala.
"Lalu?" tanya Adam.
"Dia sudah menjadi candu dalam hidupku, Dam. Aku butuh cuti satu minggu," ucap Kala.
"Untuk? Jangan-jangan kamu mulai ketagihan nih dengan Anin," ucap Adam setengah meledek Kala.
"Untuk honeymoon dengan Anin." Ucap Kala dengan menyunggingkan senyumnya.
"What?! Honeymoon? Apa-apaan nih? Kamu bilang tidak bisa mencintai Anin, tidak bisa melakukan itu pada Anin. Sekarang?" Seru Adam dengan hebohnya.
"Aku sudah melakukannya, tadi pagi, dan semalam aku tidak bisa tidur sampai jam tiga pagi, karena aku dan Anin tidur terpisah, tiga malam aku tidur hingga pagi, karena tidak ada Anin. Sekarang dia kebutuhanku, Dam," ucap Kala.
"Sebentar-sebentar, kamu melakukan itu dengan Anin, bukan karena nafsu, kan? Bukan karena kamu haus akan kebutuhan itu yang selama ini tidak kamu dapatkan lagi, setelah Sandra pergi meninggalkan kamu?" ucap Adam.
"Aku tidak tau, Dam. Beda rasanya melakukan dengan istri sah, dan saat dulu bersama Sandra, yang hanya berstatus kekasihku saja. Beda sekali, Dam," ucapnya.
"Jelas lah beda, kan dengan orang berbeda? Bodoh kamu, Kala!" Adam merutuki sahabatnya itu.
"Iya memang aku bodoh, Dam!" ucap Kala.
"Kamu ini sudah jatuh cinta sepertinya dengan Anin," ujar Adam.
"Aku belum jatuh cinta dengannya, tapi aku sangat menyayanginya, tidak bisa jauh darinya," ucap Kala.
"Emang dasar kamu bodoh, Kala! Itu namanya kamu cinta. Sudah ah, aku bisa-bisa tertular kebodohanmu itu, cepat tandatangani berkas ini. Di tungguin malah melamun!" kesal Adam. Kala segera menandatangani semua berkas yang ada di depannya. Setelah selesai Adam mengambilnya dan keluar dari ruangan Kala.
Kala masih duduk di kursi kebesarannya sambil menatap foto Anin. Dia sangat merindukan Anin, dengan segera dia menyelesaikan semua pekerjaannya agar dia bisa pulang cepat untuk menemui Anin.
"Apa benar aku mencintai Anin?" tanya Kala dalam hatinya.