Kalista Aldara,gadis cuek yang senang bela diri sejak kecil.Tapi sejak ia ditolak oleh cinta pertamanya,ia berubah menjadi gadis dingin.Hingga suatu ketika, takdir mempertemukannya dengan laki-laki berandalan bernama Albara. "Gue akan lepasin Lo, asalkan Lo mau jadi pacar pura-pura gue."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jaena19, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
dua puluh tiga
"Nih." Larisa meletakkan enam lebar kertas diatas lantai,tepatnya dihadapan Albara.Kini mereka tengah duduk bersila dengan posisi saling berhadapan.
Larisa menjajarkan keenam kertas itu di hadapan Albara.Kertas itu berisi foto dan juga biodata lengkap termasuk sosial media.
"Ini nama-nama Kalista yang ada di sekolah gue,"jelas Larisa.
Albara langsung melihat semua kertas-kertas itu."Kok Kalistanya pendek-pendek semua?",tanya Albara setelah melihat tinggi badan dari semua orang yang bernama Kalista di kertas itu.
"Lo mau cari orang atau tiang listrik si?",ujar Larisa kesal.
"Sekolah lo isinya boncel-boncel semua ya,kak?"
Larisa mendelik."Lo itu nyari orang yang namanya Kalista atau cewek tinggi si? Enak aja ngatain orang boncel,itu emang kebetulan aja yang namanya Kalista tingginya standar semua."
"Tapi,Kalista yang gue maksud tingginya lebih dari ini."
Larisa berdecak."Yaudah cari aja sendiri!"
"Kak.." Panggil Albara dengan nada membujuk.
Larisa menghela napasnya,ia paling tidak bisa menolak bujukan adiknya.
"Lo yakin,Kalau Kalista yang lo cari itu dari sekolah gue? Masalahnya gue nyari-nyari pun nggak ada. Ini gue sampai mempertaruhkan diri sendiri loh dengan nyuri data-data OSIS. Kalau ketahuan gua bisa dicap sebagai pembelot."
"Gue yakin Kalista itu sekolah disana."
Larisa menghela napasnya."Gue senang sih kalau lu tertarik sama cewek, tapi kalau ceweknya semisterius ini aneh juga. Jangan-jangan cewek yang lo maksud bukan manusia."
"Dia nyata,kak."
"Ayok cari lagi."
"Gue udah cari sampai ke akar-akarnya,Albara. Udah nggak ada lagi yang namanya Kalista,"ujar Larisa lalu ia menggeram kesal.
"Ya udah cariin deh yang namanya Aldara."
Kening Larisa mengkerut."Adara bukannya nama pacar pura-pura lo ya?"
"Iya,ayo cariin."
Meskipun dapat mengalami, Larisa datang melakukan apa yang adiknya perintahkan. Ia pun mulai kembali membuka laptopnya.
"Gini amat si punya adik.Nih,yang namanya Aldara ada tiga,pacar pura-pura Lo yang mana?",tanya Larisa seraya menunjukan laptopnya.
"Yang ini nih,"tunjuk Albara pada foto Aldara.
"Jadi nama lengkapnya, Kalista Aldara..eh?"
Larisa dan Albara saling menatap."Mungkin gak si ini orang yang lo cari?"
Albara terdiam,ia masih agak ragu dengan tebakannya.
Larisa menatap adiknya sebentar,lalu tatapannya kembali pada laptopnya lalu mencari biodata Aldara."Tunggu,gue kayak pernah liat cewek ini deh."matanya terpejam mengingat-ingat sesuatu dalam otaknya.
"Ya pasti pernah lah,dia kan satu sekolah sama Lo,kak."
"Iya maksudnya gue kayak pernah interaksi sama dia gitu,gak asing mukanya,"ujarnya lagi sambil kembali berpikir.
Matanya terbelalak mengingat kejadian beberapa bulan yang lalu."Oh,gue inget."
"Apa?",tanya Albara penasaran.
"Dia adik kelas yang digodain sama mantan gue,Lo tau? Waktu itu dia bilang kalau mantan gue buaya dan harus hati-hati sama dia.Dan besoknya gue putus deh."
Albara menatap Larisa,sungguh takdir yang tidak terduga.
"Tapi ini data Aldara buat apa sih?"
"Bukan buat apa-apa, kepo banget sih lo,kak,"jawab Albara seraya memandangi foto Aldara. Karena ini adalah data sekolah, fotonya pun ada sebuah foto formal biasa. Meskipun begitu, harus Albara akui jika gadis itu memiliki aura yang berbeda pada visualnya.Aldara memiliki wajah yang cantik namun terkesan dingin,apalagi matanya yang tajam saat menatap orang lain.
"Bar,coba deh tatap gue?"
Albara mengernyit."Buat apa?",tanyanya lalu ia menatap kakaknya.
"Lo suka sama Aldara ya?"
"Hah?! Jangan ngaco Lo,kak."
Larisa menyipitkan matanya lalu kembali menatap Albara dengan penuh telisik."Lo kayaknya beneran naksir sama Aldara deh.Liat aja tatapan Lo ini,"pukasnya dengan penuh keyakinan.
"Gak usah sembarangan ngomong deh,kak!",seru Albara."Lagian mana bisa Lo tau kalau gue suka sama seseorang,padahal cuma natap matanya aja."
"Jangan salah gue sudah berpengalaman kalau Lo lupa,couple favorit gue juga selalu natap pasangannya begitu,"jelas Larisa tidak suka diremehkan.
"Bukannya couple favorit lo udah putus ya?"
Larisa menggeleng."Gak jadi,kemarin mereka balikan lagi.Gue seneng banget dengernya, akhirnya kapal gue gak jadi karam."
Larisa lalu menggeplak lengan Albara.
"Apa si? Kok jadi geplak gue?"
"Lo sengaja banget ngalihin pembicaraan."
"Gue cuma nanya kak."
"Oke sekarang jawab yang jujur,Lo suka sama Aldara kan?"
"Enggak!"
"Bohong banget!"
"Gue gak bohong,"ujarnya."Lagian mana mungkin gue suka sama orang yang belum gue kenal sepenuhnya."
"Mungkin aja,"ujar Larisa."Atau begini,mungkin Lo bukan gak jujur.Tapi Lo gak ngerti masalah beginian,Lo kan gak berpengalaman.Sekarang jawab pertanyaan gue,Lo pernah deg-degan gak kalau deket sama Aldara?"
"Jadi deg-degan itu indikator orang naksir?"
Larisa mengangguk.
"Emm,,,pernah sih."
Mata Larisa berubah berbinar."Tuh kan,apa gue bilang Lo tuh suka sama Aldara.Alkhirnya adik gue suka sama cewek."
Larisa bertepuk tangan heboh,susah ia bikangkan kalau dirinya akan mendukung Albara dengan siapapun asal tidak dengan Siska.
"Tapi gue juga kayak gitu waktu pertama kali tatapan sama Kalista."
Tepukan Larisa berhenti."Lo sekalinya jatuh cinta langsung jadi playboy ya."
Albara menyentil kening kakaknya."Sembarangan! Gue mungkin deg-degan bukan karena jatuh cinta,bisa jadi kan cuma sekedar kagum aja."
Larisa mendelik seraya mengusap keningnya."Udah fiks,Lo tuh lagi jatuh cinta."
"Udahlah gak usah bahas cinta-cintaan."
"Eh,bentar dulu.Gue mau tanya,apa yang bikin lo kagum sama Kalista?"
"Karena dia bisa ngalahin gue."
Larisa mengangguk."Terus kalau sama Aldara?"
Albara tidak langsung menjawab seperti sebelumnya.
"Eh gua jujur aja ya. Kalau dilihat sekilas sih Aldara itu definisi dari perfect, meskipun memang wajahnya terlihat dingin. Tapi kalau dinilai secara objektif, Siska juga gak kalah cantik tuh. Terus kenapa alasan lama ini nggak mau ngelirik Siska?"
Mendengar hal itu, Albara semakin bingung untuk menjawab.
"Lo tahu? Ini semua terjadi karena hati lo yang memilih, hati nggak pernah memandang semua itu. Tidak peduli berapa banyak perempuan sempurna yang ada di hadapan lo, ketika hati sudah memilih, lo akan tetap menatap satu titik bahkan di saat Lo tau kalau dia punya kekurangan," ucap Larisa seraya menyentuh dadanya dengan mata tanpa jam penuh penghayatan.
"Itu yang disebut dengan cinta,"ujar Larisa lagi dengan bibir tersenyum serta jari yang membentuk hati.
Albara mendengkus."Kayaknya Lo harus kurang-kurangin nonton drama romantis deh,otak Lo isinya cinta-cintaan Mulu."
"Biarin aja,sejatinya setiap orang pasti akan jatuh cinta."
"Masalahnya otak Lo gak bisa di selamatkan."
____
Aldara dan keluarganya sedang makan bersama di meja makan,disaat orang lain makan nasi,dia hanya meminum segelas jus buah dan salad sayur.
"Lo mau cosplay jadi kambing apa gimana si?",tanya kakaknya setengah mengejek.
Aldara mendelik."Berisik Lo kak!"
Kakaknya Hanya tertawa kecil lalu ia mengalihkan fokusnya pada makanannya.
"Tadi papa ketemu anak kecil waktu di lampu merah,"ucap papahnya seraya mulai menyantap makan malamnya.
"Terus anak kecil itu kenapa?",tanya mamahnya melirikan Aldara yang sibuk mengandung jusnya sekilas, kemudian kembali menatap sang suami.
"Kasihan banget pokoknya. Papa baru aja mau kasih uang eh tiba-tiba langsung ada orang dewasa yang menyeret dia. Anak itu sampai nangis-nangis,"papanya seraya melirik Aldara yang belum juga bereaksi apa-apa.
"Kalau itu pasti preman yang suka rampas penghasilan mereka. Padahal mereka juga cari uang buat diri sendiri kan kasian."
Aldara melirik sekilas orang tuanya,ia tahu kenapa mereka menceritakan hal itu.Meski kakaknya suka mengejeknya karena tomboy dan suka berkelahi,tapi kedua orang tuanya justru mendukungnya,apalagi semenjak mendengar cerita dirinya yang berhasil melumpuhkan preman pasar sehingga tidak ada lagi pemalakan di pasar itu.Tapi sayangnya,Aldara sudah tidak mau berurusan dengan hal itu,ia ingin menjadi perempuan normal yang anggun.
"Aldara disuruh daftar jadi model remaja sama guru olahraga aku,gak ada yang mau dukung kah?", ucap Aldara seraya menatap satu persatu keluarganya.
"Eh? Kamu serius sayang?Wah hebat banget kalau gitu,"ujar mamahnya sambil tersenyum, senyuman yang amat sangat dipaksakan.
"Gue nggak suka kalau lu kayak cowok, yang suka berantem dan baku hantam sana sini. Tapi bukan berarti gue dukung Lo buat jadi model,"ujar kakaknya.
Sontak mamanya mengikut kakaknya."Kak, gak boleh gitu, harusnya kamu dukung adik kamu."
"Emang mamah benar-benar setuju sama keinginan Aldara?",ucap Andrew seraya menatap mamahnya.
Mamahnya hanya diam.
Andrew lalu menatap adiknya."Dek,gue cuma mau Lo jadi cewek yang anggun,bukan jadi model.Gue gak mau Lo nyiksa diri sendiri buat acara itu."
Aldara mengernyit," maksudnya?"
"Liat,dari tadi siang gua perhatiin makanan yang masuk ke perut Lo cuma yang kayak gitu,padahal aktivitas Lo banyak."
"Tapi,dengan ini gue bisa belajar dari cewek anggun."
"Dengan nyiksa tubuh Lo sendiri? Mending gak usah."
"Kalau Lo gak mau dukung gue yaudah."