Albert Smirt, mafia kejam yang ditakuti semua orang. Dan yang membuat kita tahu bahwa mafia ini juga sering bermain dengan wanita mal4m maupun wanita pengh1bur untuk memenuhi kebutuhannya. Namun saat ia bertemu dengan seorang wanita yang bernama Bella/Bellinda dari sebuah insiden, membuat dirinya jatuh cinta pada pandangan pertama dan merubah dirinya menjadi pria yang sangat posesif hingga membuatnya candu. Bagaimana selanjutnya?
"Kita mulai yah!" kata Albert.
"Tapi, mungkin ini sakit," ucap Bella.
"Aku tidak akan menyakitimu, Sayang. Jadi kita mulai yah!" ucap Albert sekali lagi yang di jawab anggukan kepala oleh Bella.
penasaran? yukk baca!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aery_your, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Karina
***
Setelah beberapa menit kemudian, Karina beranjak dari sana. Tapi sebelum ia keluar ia menghampiri Albert lebih dulu. "Albert, apa kau tidak ingin menerima cintaku?" tanya Karina mengelus bidang dada Albert.
Albert diam, ia membuang wajahnya kearah lain. "Aku hanya membutuhkanmu untuk teman sesaatku saja Karina, selebihnya kau jangan berharap."
Karina terkekeh pelan dengan wajah kecewa lalu menjauhi Albert. "Apa kau tidak mengerti perasaanku Albert? Aku sangat menyayangi dan mencintaimu Albert!" kekeuh Karina bersuara lantang.
"Cukup Karina! Jangan sampai aku menemb4k kepalamu karena sudah bersuara lantang di depanku."
Mendengar itu Karina diam mematung." Aku akan selalu mencintaimu Albert. Dan ingat, kau tidak bisa dimiliki oleh wanita lain selain diriku!"
Tatapan Albert tajam menatap punggung Karina. "Dan ingat, hubungi aku jika kau membutuhkanku lagi!" Karina pun pergi dari tempat itu tanpa menoleh kearah Albert.
Keesokan harinya, Bella terbangun. Ia merasa ada sesuatu di atas perutnya saat ini. Saat ia mengerjapkan matanya, mengumpulkan pundi-pundi kesadarannya ia menatap kearah perutnya. Dan betapa terkejutnya, ia mendapati tangan kekar yang sudah memeluk dirinya dari samping.
Bella terkejut, ia menoleh kesamping dan mendapati wajah Albert yang tertidur lelap, dengan wajah yang sangat sempurna Dimata Bella. Sempat Bella mengangumi paras itu. Tapi saat melihat mata Albert terbuka, ia langsung menutup matanya kembali.
Albert tersenyum manis, "Aku tau kalau kau sudah bangun Bella," ucap Albert dengan suara beratnya.
Deg
"Mampus, dia tau." Bukannya Bella membuka mata, bella malah diam tak bergerak sama sekali.
"Aku tau kalau kau juga memuji paras wajahku kan?" lanjutnya.
"Ayo buka matamu, atau aku cium kau!" perintah Albert menggoda Bella.
Mampus.
Lagi-lagi Bella menggerutu dirinya. Ia pun dengan terpaksa membuka matanya dengan pelan.
Albert tersenyum. "Morning cantik," sapa Albert.
Bella yang disapa seperti itu langsung memerah dan menghempas tangan Albert menjauh dari perutnya dan segera bangun.
"Ka kamu jangan berani memeluk tubuhku seperti itu yah!" gugup Bella.
"Padahal kau sangat menikmatinya kan Bella," goda Albert lagi sembari tersenyum manis.
"A apa? Benarkah?" Bella menyembunyikan rasa gugupnya, tapi Albert tau kalau wanita di depannya ini sedang gugup karenanya.
Dengan cepat, Albert kembali menarik tangan Bella hingga jatuh ke bidang dadanya. Sekarang posisinya Bella berada diatas Albert.
Bukk
"Ya tuhan selamatkan aku dari laki-laki mesum seperti Albert ini," gumam Bella mengutuk Albert.
Cup!
Albert mendaratkan ciumannya di bibir Bella, membuat mata Bella melotot sempurna karena terkejut. Perasaan bercampur aduk antara gugup dan cemas menyelimuti pikiran Bella, yang tak menyangka hal itu akan terjadi. Dalam keadaan grogi, Bella mencoba mengangkat kepalanya untuk menghindar, namun Albert malah menahannya hingga kembali menyentuh bibirnya membuat Bella tak bisa berkutik sama sekali.
"Aku tidak bisa percaya ini terjadi. Apakah ini nyata? Mengapa dia melakukan ini?" gumam Bella dalam hati, ketakutan dan bingung. "Astaga, tolong lepaskan. Aku merasa terganggu," lanjutnya.
Beberapa detik mereka berciuman tanpa adanya gerakan, seolah waktu terhenti sejenak. Akhirnya, Albert melepaskan ciumannya lalu berbisik lembut, "Kau akan menjadi milikku, Bella. Akan menjadi milikku."
Kata-kata itu seperti tersadar dari mimpi buruk, membuat Bella terpana. "Miliknya? Apa yang dimaksudnya? Bagaimana aku harus meresapi kata-kata ini?" tanya Bella dalam hati, mencoba mencari makna dari kata-kata yang baru saja terlontar. "Apa sebenarnya yang diinginkan oleh Tuan Albert dari diriku?" ketakutan dan keraguan pun muncul, menggetarkan hati Bella yang semakin gundah. "Jangan sampai dia ingin menjadikan aku seperti wanita-wanita yang ia temani selama ini? Ahh.. tidak!"
****
Sementara ditempat lain, tepatnya dirumah Reski. Pria itu sudah terlihat babak belur karena anak buah dari Abi Nugraha telah menghajarnya habis-habisan. Mereka di datangi beberapa hari ini untuk mencari Bella yang kabur dari tuannya.
Reski mengacak rambutnya frustasi dengan wajah yang sudah lebam akibat pukulan, "Argg! Dimana anak itu?"
"Duh.. gimana ini Pa, Mama nggak mau kalau perusahaan kita bangkrut gara-gara anak si4l itu." Ambar sudah mondar-mandir bak setrika yang menambah Reski semakin pusing dibuatnya.
"Mama bisa diam nggak sih! Papa juga lagi pusing, ditambah Mama yang mondar-mandir seperti orang bodoh," geram Reski menggertak giginya.
"Papa mengatai Mama bodoh?!" kesal Ambar.
Reski hanya menatapnya kesal.
Ambar melempar tatapan kesalnya pada sang suami lalu mendaratkan bokongnya kasar.
Hening.
Beberapa menit kemudian Aqila muncul dengan penampilan seksinya menghampiri kedua orangtuanya, "Ma Pa, Aqila minta duit dong! Aqila mau keluar nih sama teman-teman."
Ambar yang melihat penampilan dan sikap anaknya langsung berdiri dan menarik Aqila keluar agar Reski tak melihat anaknya berpenampilan seksi seperti itu, "Mau kemana kamu?"
"Aqila kan sudah bilang, kalau Aqila ingin keluar sama teman-teman." jelasnya.
"Dengan pakaian seperti ini?" tanya Ambar menatap anaknya dari atas kebawah. "Kau seperti wanita jal4ng dengan pakaian seperti ini."
Aqila yang mendengar itu sontak berdecih kesal, "Mama kan sudah biasa lihat Aqila berpenampilan kayak gini. Kenapa sekarang Mama malah marah sama Aqila?"
"Aqila Sayang.. Mama memang biasa melihat kamu ber penampilan seksi, tapi tidak pakaian yang seperti ini," ucap Ambar memelankan suaranya sembari menoleh ke arah Reski singkat yang masih menunduk pusing.
"Sudah sudah! Kasih Aqila uang, Aqila mau keluar Ma. Cepat!"
Ambar menggeleng. "Ini. Jangan pulang lama. Nanti Papa kamu marah."
"Ha! Dikit banget kasihnya," kesalnya dengan wajah cemberut.
"Mama nggak punya uang lagi Aqila."
Dengan wajah kecewa Aqila berlalu meninggalkan Ambar. Dan saat itu pula Reski menghampirinya. "Mau kemana dia? Kenapa dia berpakaian seperti itu?" tanya Reski dengan ekspresi heran dan khawatir.
Ambar merasa jantungnya berdegup kencang, cemas akan penjelasannya yang mungkin tak akan cukup meyakinkan."A anu itu, dia mau keluar sama temannya Pa," jawab Ambar gugup sambil merasa takut atas reaksi Reski selanjutnya.
"Jam segini?" Reski melirik jamnya singkat, wajahnya mulai terlihat marah. Bagaimana tidak, ini sudah jam 11 malam lewat 30 menit, tentu saja dia khawatir dengan anaknya yang akan keluar pada jam yang sudah terlambat.
"I iya Pa," jawab Ambar semakin gugup, merasa tak ada kata-kata yang cukup untuk membenarkan situasi ini.
Cih. Reski berdecih lalu masuk ke dalam rumah dengan wajah dongkolnya. Pikirannya dipenuhi kekhawatiran dan kekecewaan pada anaknya. "Benar-benar anak jaman sekarang, membuat aku pusing!" kesal Reski meninggalkan Ambar sendiri, merasa frustasi dengan kenyataan bahwa ia tidak bisa sepenuhnya melindungi dan mengontrol anaknya yang mulai tumbuh dewasa.
"Astaga Ambar. Awas saja kau, sampai Papamu Marah sama Mama!" sembari mengepalkan tangan dan segera masuk menyusul sang suami.