Elena adalah agen rahasia yang sedang menjalankan misi untuk mengambil informasi pribadi dari kediaman Mafia ternama bernama Luca Francesco Rossi. Saat menjalankan misi Elana terjebak dan menjadi tawanan beberapa hari.
Menyamar sebagai wanita panggilan, setelah tidur bersama pria yang menjadi mafia berbahaya itu, Elena menyelinap dan berhasil mendapatkan informasi penting yang akan menghancurkan setengah kekuatan milik Luca.
Dan itulah awal dari kisah Luca yang akan memburu dan ingin membalas dendam pada Elana yang menipunya. Disisi lain Elena yang bekerja menjadi agen rahasia berusaha menyembunyikan putri kecil rahasianya dengan mafia kejam itu.
Sampai 4 tahun berlalu, Luca berhasil menemukannya dan berniat membunuh Elena. Dia tidak mengetahui tentang putri rahasianya itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dadeulmian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 2
Misi baru.
Elena berjalan masuk ke gedung kantor FBI dan langsung pergi ke lantai dimana kepala FBI sedang menunggu.
Pagi hari sebelum matahari benar-benar muncul, dia mendapatkan sebuah pesan kode jika dia akan memiliki misi untuknya.
"Selamat pagi, pak kepala,"
Orang dengan jenggot itu terlihat berbalik. Rambutnya putih beruban tapi wibawanya masih terasa. Aura old money.
"Agen Lumina, aku senang kamu cepat tanggap dan datang kemari. Aku membutuhkan bantuanmu."
Elena mengangguk dan berdiri tegak. Dia selalu siap kapanpun misi memanggilnya.
Dan tentang Sophia, dia menitipkan putrinya ke pengasuh bayi yang sudah ia percayai selama dia mengambil misi.
"Ya saya siap kapanpun dengan misi apapun. Apa yang akan saya lakukan kali ini?"
"Tidak akan berbahaya, kamu hanya menyamar menjadi wartawan dan mengambil informasi. Ada pembunuhan yang terjadi di belakang gedung pabrik itu. Kamu pasti mendengarnya kan?"
Elena mengangguk dan Pak kepala terlihat mendesah gusar, "Banyak wanita dibunuh. 5 dari mereka adalah gadis yang belum menikah jadi kamu selidiki disana."
"Tetapi itu akan sulit pak, bukankah semua itu tanggung jawab polisi setempat?"
"Itulah kenapa aku memilihmu untuk menjalankan misi ini. Karena penyamaran adalah keahlianmu, aku akan memerintahkan Hawk untuk mengawasi mu dari jauh jika tiba-tiba ada masalah."
Hawk? Seorang sniper terkenal milik FBI. Dia terkenal dengan kemampuannya menembak dari jarak jauh dan selalu tepat mengenai kepala.
"Aku tidak memerlukan dia, aku akan bekerja dengan hati-hati." ucap Elena. Dia memang jarang bekerja dengan rekan karena pekerjaannya lebih bahaya jika ada dua orang. Mereka tidak bisa terus berkomunikasi untuk mengambil langkah jika terpojok.
Berbeda jika dirinya sendiri yang bekerja sendiri. Dia selalu bisa mengambil langkah terburuk menjadi kesempatan yang bisa ia gunakan.
"Aku tahu kamu bisa, tapi aku hanya memikirkan sesuatu yang kemungkinan akan terjadi. Karena pembunuh berantai itu sepertinya mengincar perempuan. Jika kamu menyamar menjadi perempuan disana, aku khawatir kamu akan tertangkap oleh dia."
"Maka itu bagus, saya bisa jadi umpan untuk kalian." ucapnya dingin.
Pak Kepala terlihat menghela nafas, "Agen Lumina, aku juga memikirkan anak-anak yang menjadi bawahan ku apalagi agen wanita seperti kalian. Aku tidak ingin kalian gugur saat bekerja. Meskipun itu adalah sebuah kebanggaan, tapi aku lebih suka jika kamu bisa pulang dengan selamat. Keluargamu pasti menunggu."
"Keluarga? Lucu, saya tidak punya—" Ah? Elena terdiam. Dia mempunyai keluarga sekarang. Dia mempunyai Sophia yang harus ia lindungi sekarang. Benar, demi keamanan dirinya dan agar dia bisa melindungi Sophia terus. Dia harus mengambil bantuan dari orang lain. "Baiklah, tapi saya tidak ingin dia mengangguku dari jarak dekat. Dia pasti bisa mengintai ku dari jarak jauh dengan mata elangnya kan?"
"Luar biasa. Jelas dia bisa. Kalau begitu kamu bisa bersiap dan mengambil senjata mu. Aku menunggu keberhasilan mu lagi."
"Baik,"
...ΩΩΩ...
Dengan itu, disinilah Elena sekarang. Dia berjalan masuk dibelakang gedung dan langsung ditahan seseorang berpakaian polisi disana.
"Gadis manis, kamu tidak boleh kemari sekarang. Kamu tahu berbahaya di tempat ini, sebaiknya kamu pulang. Apalagi cuaca sudah akan hujan." Polisi itu terlihat dengan ramah berbicara padanya.
Elena tersenyum dan akhirnya memperlihatkan jurnal dan kamera yang tergantung di lehernya. Dia cemberut, "Ah... sayang sekali. Padahal aku cuman mau liput untuk pekerjaanku. Aku seorang jurnalis pak, bisakah aku melihat disana sebentar? Aku janji tidak akan lama. Aku juga tidak akan merusak TKP."
"Tidak bisa nona muda, sebaiknya anda pulang saja kerumah. Anda bisa meliput sesuatu yang lebih keren dan tidak berbahaya." ucap polisi itu.
"Baiklah, tapi apa anda ingin permen? Pasti pak polisi lelah menjaga tempat ini."
"Yah, permen juga boleh. Aku selalu lelah menjaga tempat mengerikan ini sendirian. Aku heran kenapa aku harus menjaga tempat ini. Padahal cuman psikopat saja yang akan datang ketempat TKP lagi."
Elena mendengarkan keluhan pak polisi itu sambil menyerahkan permen yang masih dibungkus plastik itu.
Saat pak polisi itu memakan permen.
"Benar... Tapi aku punya pekerjaan. Tapi apa boleh buat." Elena cemberut dan akhirnya mengangguk. Dia berbalik dan perlahan berjalan menjauhi TKP.
"Selamat tinggal nona, hati-hati dijalan— eh?" Pak polisi itu terlihat bingung saat tubuhnya terjatuh ke tanah sedangkan Elena tersenyum dan berjalan kembali ke arah TKP yang sudah bergaris polisi itu.
"Mari kita lihat~" Dia berjalan melompati tubuh polisi yang tertidur itu dan mengambil beberapa foto dan juga mengamati TKP dimana korban keenam dari pembunuh berantai itu dibuang disana.
Dari berita yang ia lihat, ditemukan kepala perempuan dibungkus koran didalam plastik hitam yang diletakan ditempat sampah.
Cukup sadis. Dia tahu TKP ini tidak akan ada mayat lagi, tapi petunjuk kecil juga penting. Dia pasti bisa mendapatkan sesuatu yang penting dari tempat yang ini.
...ΩΩΩ...
Tiga botol Vodka tergeletak di meja dan Luca menegak botol keempat sendirian sekarang. Dia sudah sangat frustasi dan ingin sekali membunuh wanita yang telah menghancurkan sebagian bisnis miliknya.
Asisten dan juga orang-orang kepercayaan Luca terlihat cemas dengan keadaan Bosnya. Mereka ingin sekali menemukan wanita yang telah bosnya cari. Tapi mereka bahkan tidak tahu bagaimana rupa wanita itu.
Semuanya hampir terasa menyesakan.
Sampai dimana seorang bawahannya berteriak dan berlari masuk kedalam ruangan secara paksa. Dia terlihat berkeringat dan Luca langsung melemparkan botol kaca itu pada orang yang baru saja masuk.
Tapi dia terlihat bisa menghindar. Dan dia tetap berdiri dengan tenang, "Bos! Saya menemukan wanita itu!"
Dengan perkataan itu, Luca terlihat mendongak dan akhirnya menatap bawahanya yang baru masuk. Dia berdiri dan berjalan mendekat pada bawahannya.
"Siapa dia? Kamu tahu namanya?"
"Saya tidak mengenali dia, bos. Tapi saya melihat dia baru saja. Sepertinya dia berada di gedung milik bos yang berada di pinggir kota. Gedung yang terlantar itu."
"Gedung?"
Asisten Luca terlihat mendongak dan dia menyadari sesuatu, "Ah? Gedung yang menjadi tempat pembunuh berantai meletakan kepala gadis kelima yang dia bunuh?"
"Benar!"
Luca mengangguk dan akhirnya dia mengambil sebuah pistol. Bahkan dia mengambil dua peluru. "Cepat kita pergi kesana. Bunuh wanita itu tanpa ampun, bahkan jika perlu buang seluruh potongan tubuhnya untuk menjadi makanan babi."
"Baik!"
Luca langsung berjalan keluar rumah diikuti dengan bawahannya yang terlihat menyiapkan beberapa mobil untuk mereka dan mobil untuk Luca.
Luca menoleh pada asisten miliknya dan berkata dengan suara dingin. "Penggal kepala wanita itu dan kamu harus memajangnya. Dia pasti agen CIA, polisi atau bisa saja FBI. Jadi buat pesan peringatan pada mereka."
"Baik, pak."