NovelToon NovelToon
Merebutnya Kembali Bersamaku

Merebutnya Kembali Bersamaku

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Cinta Terlarang
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: Anna

seorang wanita muda yang terjebak dalam kehidupan yang penuh rasa sakit dan kehilangan, kisah cinta yang terhalang restu membuat sepasang kekasih harus menyerah dan berakhir pada perpisahan.
namun takdir mempertemukan mereka kembali pada acara reuni SMA tujuh tahun kemudian yang membuat keduanya di tuntun kembali untuk bersama.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

episode 22

Matahari sudah berada di tengah langit ketika mobil Biantara berhenti di depan rumah Raka. Ayana turun dengan koper kecilnya, menoleh ke arah Biantara yang duduk di kursi kemudi.

"Terima kasih sudah mengantarku."

Biantara tersenyum, menatap Ayana dengan lembut.

"Tidak perlu terima kasih, Ayana. Yang penting kamu selamat."

Ayana mengangguk, lalu berjalan menuju pintu rumah kakaknya. Biantara menunggu sampai Ayana mengetuk pintu dan disambut oleh sang kakak, Raka. Setelah memastikan Ayana masuk dengan selamat, Biantara melajukan mobilnya pergi, meninggalkan Ayana dengan perasaan yang campur aduk.

Sore harinya Ayana duduk di sofa bersama Raka dan keluarganya. Anak-anak Raka bermain di lantai, sementara istri Raka sibuk menyuguhkan teh hangat untuk mereka. Raka menatap adiknya dengan penuh perhatian.

"Ibu menelpon tadi pagi. Dia memintaku untuk membujukmu kembali ke rumah dan mempertahankan pernikahanmu."

Ayana menunduk, menghela napas panjang. Ia sudah menduga hal ini akan terjadi.

"Aku sudah tahu ibu akan melakukan itu. Dia selalu berpikir apa yang dia mau adalah yang terbaik untukku."

Raka menggeleng pelan, tatapannya tegas namun penuh kasih.

"kakak bilang pada ibu, kakak tidak akan ikut campur kecuali untuk mendukungmu. Ini hidupmu, Ayana. Kalau kamu merasa pernikahan itu tidak membawa kebahagiaan, kamu berhak mengakhirinya."

Ayana terdiam, matanya mulai berkaca-kaca. Dukungan dari Raka adalah hal yang sangat ia butuhkan di tengah tekanan yang ia rasakan dari ibunya.

dengan suara yang bergetar ayana mengucapkan rasa terima kasihnya dengan penuh haru

"Terima kasih, Kak... Aku sudah terlalu lama diam, terlalu lama membiarkan diriku terjebak sampai sejauh ini,dan bahkan kini devanopun ikut terseret pada siksaan pernikahan yang tidak bahagia ini"

Raka mengangguk, tangannya menepuk pundak Ayana dengan lembut.

"Kamu tahu, ini adalah langkah besar. Aku bangga padamu. Dulu kamu terlalu takut untuk berbicara, apalagi melawan. Sekarang, kamu sudah berani berdiri untuk dirimu sendiri."

Istri Raka yang duduk di sebelahnya tersenyum, ikut menyemangati Ayana.

"Kami ada di sini untukmu. Jangan pikirkan ibu terlalu banyak. Kadang dia lupa bahwa kau sudah dewasa dan punya hak untuk menentukan kebahagiaanmu sendiri."

"Tapi ibu tidak akan berhenti begitu saja."

"Kalau ibu mencoba memaksakan kehendaknya, aku yang akan menghadapinya. Kamu tidak perlu khawatir. Fokus saja pada apa yang ingin kamu capai."

Ayana merasa sedikit lega mendengar dukungan itu. Sore itu, ia merasa untuk pertama kalinya ia benar-benar memiliki sekutu dalam perjuangannya. Namun, di sisi lain, ia tahu perjalanan ini masih panjang dan penuh tantangan, terutama menghadapi ibunya yang keras kepala.

Setelah percakapan penuh dukungan, suasana ruang keluarga terasa lebih santai. Raka menyesap tehnya, matanya memperhatikan Ayana yang terlihat termenung. Istri Raka dan anak-anak telah beranjak meninggalkan ruangan, memberi mereka waktu untuk berbicara lebih pribadi.

"Ayana, kakak ngin bertanya sesuatu." ucap raka sedikit ragu

Ayana mengangkat wajahnya, menatap Raka dengan penasaran.

"Setelah semuanya selesai... Maksudku, setelah kau bercerai, apa kau akan kembali pada Biantara?" lanjut raka menyampaikan isi pertanyaannya

Pertanyaan itu membuat Ayana terdiam. Ia memalingkan pandangannya ke luar jendela, menatap langit yang mulai berwarna jingga. Hatinya terasa berat, seperti dihantam kenyataan yang sulit ia jawab.

"Aku... tidak tahu, Kak."

"Kau tidak tahu, atau kamu tidak mau mengakuinya?"

Raka bertanya tanpa maksud menyudutkan, tetapi Ayana tahu ia sedang mencoba memahami perasaannya. Ayana menarik napas dalam, kemudian berbicara dengan suara pelan.

"Aku tidak bisa memungkiri, perasaanku untuk Biantara... masih ada. Tapi... aku ragu. Aku takut."

Raka mengernyit '"Ragu kenapa? Bukankah itu alasanmu tidak bisa mencintai Devano? Karena hatimu sudah kembali pada Biantara?"

Ayana menggigit bibir bawahnya, mencoba menyusun kata-kata yang tepat.

"Bukan sesederhana itu, Kak. Kalau aku bercerai dan langsung kembali pada Bian, itu seperti... seperti aku membuang Devano begitu saja, tanpa memikirkan perasaannya."

Ayana menunduk, menatap jemarinya yang saling menggenggam erat di atas pangkuannya.

"Aku tahu, Devano sudah berubah. Dia bukan lagi pria yang dewasa dan tenang seperti dulu. Tapi aku tahu, dia mencintaiku. Dan kalau aku meninggalkannya lalu kembali pada Bian begitu saja, itu pasti akan menghancurkannya lebih dalam."lanjutnya lagi

Raka mengangguk pelan, memahami kompleksitas situasi adiknya. Ia tahu Ayana sedang terjebak antara memperjuangkan kebahagiaannya sendiri dan rasa bersalah yang terus menghantuinya pada devano.

"Tapi Ayana, kamu tidak bisa terus hidup dengan rasa takut akan melukai orang lain. Pernikahanmu dengan Devano sedari awal memang salah, dan kamu tahu itu. Bahkan kalau kamu tidak kembali pada Biantara sekalipun, kamu tetap harus berani mengambil langkah ini untuk dirimu sendiri."

Ayana mengangguk, tapi keraguan masih tergambar jelas di wajahnya.

"Aku hanya ingin memastikan semuanya... berjalan dengan cara yang benar, Kak. Aku tidak ingin menambah luka untuk siapa pun.'"

Raka meletakkan cangkir tehnya, lalu menggenggam tangan Ayana dengan lembut.

"Aku mengerti, Ayana. Tapi kamu juga harus tahu, tidak ada cara yang benar-benar sempurna dalam situasi seperti ini. Yang penting, kamu jujur pada dirimu sendiri, kamu harus menghadapinya dengan berani dan jangan biarkan rasa bersalah menghentikanmu untuk menemukan kebahagiaan."

Ayana terdiam, mencoba mencerna kata-kata kakaknya. Ia tahu ada kebenaran dalam setiap ucapan Raka, tapi jalan yang harus ia tempuh terasa begitu rumit. Hatinya masih terbelah, namun ia sadar, langkah selanjutnya harus ia ambil dengan tegas dan penuh keyakinan.

Ayana menatap kakaknya dengan tatapan kosong. Kata-kata Raka barusan terngiang di pikirannya, tapi tubuhnya mulai terasa lelah setelah perjalanan panjang dan tekanan emosional yang ia alami. Raka memperhatikan wajah Ayana yang tampak pucat, bibirnya tertarik ke dalam senyum kecil yang penuh perhatian.

"Sudahlah, Ayana. Kamu terlihat sangat lelah. Lebih baik kau istirahat dulu."

Ayana menggeleng pelan, seolah ingin menyangkal. Namun tubuhnya tidak mampu berbohong. Ia menarik napas panjang, mencoba mengusir rasa berat di dadanya.

"Aku baik-baik saja, Kak."

Raka berdiri, menepuk bahu Ayana dengan lembut.

"Ayolah, anggap ini rumahmu sendiri. Pergi ke kamar, tidurlah sebentar. Setelah itu, kita bisa bicara lagi"

Ayana terdiam beberapa saat, lalu mengangguk pelan. Ia merasa bersyukur memiliki kakak seperti Raka, yang selalu mendukungnya tanpa menghakimi. Meski demikian, rasa bersalah dan beban emosinya tetap belum sepenuhnya sirna.

"Baiklah, Kak. Terima kasih." ucapnya penuh syukur sembari tersenyum

"Itulah gunanya punya kakak laki-laki." raka tersenyum menggoda adiknya

Raka mengantarkan Ayana menuju kamar tamu di rumahnya. Setelah Ayana masuk, ia menutup pintu pelan, memberikan waktu bagi adiknya untuk merenung dan beristirahat. Di dalam kamar, Ayana duduk di tepi tempat tidur, memandangi koper yang ia letakkan di sudut ruangan.

Ia menarik napas panjang, membiarkan pikirannya mengembara sejenak. Wajah Devano dan Biantara muncul silih berganti dalam benaknya. Ia tahu jalan yang akan ia tempuh tidak mudah, tapi setidaknya untuk saat ini, ia butuh waktu untuk memulihkan diri.

Dengan perlahan, Ayana merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Matanya terpejam, namun pikirannya terus bekerja, mencoba menyusun potongan-potongan hidupnya yang berserakan.

1
Duta Ajay
tetep semangat berkarya yah
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!