Erlangga Putra Prasetyo, seorang pemuda tampan dengan sejuta pesona. Wanita mana yang tidak jatuh cinta pada ketampanan dan budi pekertinya yang luhur. Namun di antara beberapa wanita yang dekat dengannya, hanya satu wanita yang dapat menggetarkan hatinya.
Rifka Zakiya Abraham, seorang perempuan yang cantik dengan ciri khas bulu matanya yang lentik serta senyumnya yang manja. Namun sayang senyum itu sangat sulit untuk dinikmati bagi orang yang baru bertemu dengannya.
Aira Fadilah, seorang gadis desa yang manis dan menawan. Ia merupakan teman kecil Erlangga. Ia diam-diam menyimpan rasa kepada Erlangga.
Qonita Andini, gadis ini disinyalir akan menjadi pendamping hidup Erlangga.Mereka dijodohkan oleh kedua orang tuanya.
Siapakah yang akan menjadi tambatan hati Erlangga?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda RH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cinta dalam hati
Karena sudah larut malam. Oma dan Opa sudah sangat lelah, mereka minta pulang. Anak-anak dan cucu-cucunya pun satu-persatu meninggalkan hotel. Erlangga masih asik ngobrol dengan sepupunya yang lain. Ada Rayyan dan Raihan. Mereka membahas tentang pertandingan bola dunia. Namun Rayyan dan dan Raihan pun harus segera pulang karena anak mereka sudah mengantuk. Ternyata ada Rifka yang juga belum pulang bersama Erina. Mereka berdua sibuk memasukkan kado Oma dan Opa ke dalam mobil.
"Bang Er, bantuin dong!" Pinta Erika.
Tentu saja Erlangga dengan sigap langsung membantu.
Rifka mengangkat sebuah kado yang cukup berat. Melihat hal tersebut, Erlangga langsung menghampirinya. Namun saat akan mengambil kado tersebut, tanpa sengaja tangan Erlangga menyentuh tangan Rifka.
"Maaf-maaf, tidak sengaja. Sini, biar aku yang bawa."
Tanpa menjawab Rifka menyerahkan kado itu dengan hati-hati kepada Erlangga. Mobil Erika penuh dengan kado. Di kursi depan kemudi pun isinya kado.
"Yah, mobilku penuh. Bang Er, Kak Rifka ikut kamu saja ya. Bisa kan, antar Kak Rifka ke rumah sebentar?"
Entah mengapa Erika menangkap kejanggalan antara kedua sepupunya itu.
"Hah... Dek yang benar saja! Biar aku yang bawa mobilnya, kamu ikut mobilnya!"
"Duh panggil nama Bang Er aja susah banget, Kak. Kak, bukannya Kakak sedang diskors sama Papi Kakak nggak boleh pegang setir dulu?"
Benar kata Erika, untuk memanggil namanya saja rasanya kelu.
Rifka memang tidak boleh membawa mobil untuk sementara waktu sama Papinya karena kemarin ia habis menabrak pagar.
"Sudah, jangan banyak mikir! Bareng Bang Er saja. Bang Er nggak mungkin culik Kakak."
"Tapi... "
"Sudah ah, aku mau pulang, udah malem ini. Ayo Bang Er, ikuti di belakangku ya. Aku takut soalnya."
"Oke."
Erlangga melirik Rifka. Tanpa banyak bicara Erlangga membukakan pintu mobil untuk Rifka.
"Naiklah! Atau kalau kamu tidak mau duduk di depan, duduk di belakang saja."
"Eh, tidak perlu."
Rifka pun masuk ke dalam mobil dan duduk di samping kemudi. Ia sampai lupa tidak memakai self belt. Erlangga tak juga melajukan mobilnya karena menunggu Rifka memasang self belt.
tin tin
"Bang, ayo cepat jalan!" Pekik Erika.
"Ayo jalan!" Ucap Rifka tanpa menoleh pada lawan bicaranya.
"Pasang dulu sabuknya. Aku tidak mau ambil resiko."
Rifka baru sadar akan hal itu. Ia segera memasang self belt. Erlangga pun membaca do'a dalam hati lalu tancap gas. Erlangga membiarkan Erika menyalip mobilnya agar dia bisa berada di belakang Erika. Bisa dibayangkan suasana mobil Erlangga malam ini. Keduanya membisu seperti tidak ada kehidupan. Erlangga menyetel musik untuk menghilangkan kecanggungan. Dan salah satu lagu yang diputar adalah Cinta dalam hati yang dibawakan oleh Band Ungu.
🎼
Mungkin ini memang jalan takdirku
Mengagumi tanpa di cintai
Tak mengapa bagiku asal kau pun bahagia
Dalam hidupmu, dalam hidupmu
Telah lama kupendam perasaan itu
Menunggu hatimu menyambut diriku
Tak mengapa bagiku cintaimu pun adalah
Bahagia untukku, bahagia untukku
reff:
Ku ingin kau tahu diriku di sini menanti dirimu
Meski ku tunggu hingga ujung waktuku
Dan berharap rasa ini kan abadi untuk selamanya
Dan ijinkan aku memeluk dirimu kali ini saja
Tuk ucapkan selamat tinggal untuk selamanya
Dan biarkan rasa ini bahagia untuk sekejab saja.
-
Keduanya larut dalam lagu yang didengarkan.Lagu tersebut seakan mewakili perasaan keduanya.
Tiba-tiba, handphone Rifka berdering. Ia segera mengangkatnya.
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikum salam."
"Rifka, kamu sudah pulang?"
"Iya, Mami. Ini sedang di jalan."
"Ya sudah hati-hati."
"Iya, Mami."
Rifka menyimpan handphone-nya kembali.
"Saat ini kita sangat dekat bahkan tanpa penghalang, tapi rasanya sangat sulit untuk digapai. Sebenarnya saat ini seharusnya aku bahagia bisa berada bersamamu. Ya Allah ampuni hamba yang masih mengharapkannya." Batin Rifka.
Erlangga lupa memberitahu Bundanya kalau ia tidak langsung pulang ke rumah, tapi mampir ke rumah Oma. Ia pun mengeluarkan handphone-nya untuk menelpon sang Bunda.
"Assalamu'alaikum Bunda."
"Wa'alaikum salam, bang. Kamu sudah pulang?"
"Sudah, Bunda. Tapi Er masih mampir ke rumah Oma dulu ya, Bun."
"Lho, kenapa?"
"Ini nganterin Rifka. Mobil Erika nggak muat."
"Oh.. ya sudah hati-hati, bang. Mau hujan kayaknya, anginnya kenceng banget. Kalau tidak memungkinkan, nginap saja di sana."
"I-iya, Bun."
Sebenarnya hal itu yang membuat Rifka kagum kepada Erlangga. Ia sangat penurut meski Bundanya itu bukan Ibu kandungnya. Bahkan Erlangga bisa menjadi cucu kesayangan Oma dan Opanya meski ia bukan cucu asli mereka. Itu karena Erlangga penyayang dan penurut.
"Ehem, kita sudah sampai." Ujar Erlangga.
Rifka pun tersadar dari lamunannya. Ia segera membuka self belt. Erlangga membukakan pintu untuknya. Lagi-lagi tatapan keduanya bertemu. Bersamaan dengan itu rintik hujan turun satu persatu.
"Woi, Kak Rifka!"
Suara Erika mengagetkan mereka.
"Bang Er, ayo masuk dulu!Ini mau hujan."
"Tidak usah, Erika. Ini sudah sangat malam."
Dan hujan pun semakin deras. Mami Fatin keluar untuk melihat mereka. Ia menyuruh Erlangga untuk masuk ke dalam.
"Hujannya deras, Er. Lagipula ini sudah larut malam. Bahaya bawa mobil waktu hujan angin seperti ini. Kalau Oma tahu juga pasti akan marah lho, Er."
"Iya, Bu de. Er akan nginap di sini. Nanti Er telpon Bunda."
Erlangga memarkirkan mobilnya ke dalam garasi. Garasi rumah Opa Tristan cukup luas, bahkan bisa masuk 10 mobil. Setelah itu, Erlangga menelpon sang Bunda untuk izin menginap di rumah Oma. Erlangga tidur di kamar tamu, karena semua kamar sudah ada penghuninya. Bahkan Rifka tidur berdua di kamar Erika. Rumah tampak sepi karena yang lain sudah beristirahat.
Erlangga segera berwudhu' dan shalat Isyak. Ia mencurahkan segala isi hatinya hari ini kepada Tuhannya.
"Ya Allah, jika do'a yang hamba langit kan kepada-Mu terhalang oleh dosa hamba, aka ampunilah dosa-dosa hamba. Hamba hanya manusia yang lemah. Engkau sebaik-baiknya perencana. Engkau sang pemilik hati, tautkan hati hamba pada seorang yang engkau ridhoi untuk hamba, amin... "
Setelah selesai shalat, Erlangga merebahkan diri di atas tempat tidur. Banyak hal yang sedang ia pikirkan.
Sementara di kamar Erika, Rifka pun sedang shalat Isyak. Sedangkan Erika sedang libur shalat, jadi ia bisa langsung beristirahat.
Setelah selesai shalat, Rifka belum juga bisa tidur. Padahal jarum jam sudah menunjukkan angka 12. Ia hanya bisa berbaring ke kanan dan ke kiri. Rifka memainkan handphone-nya. Ia melihat chat di grup keluarganya. Ternyata ada fotonya dan Erlangga saat tadi maju ke depan. Tanpa sadar ia menyunggingkan senyum.
Lanjut yuk
...****************...
semangat untuk up date nya
double up date nya thor di tunggu