Seorang gadis yang ternodai oleh sang kekasih dan ditinggal, sang gadis hamil dan kedua orang tuanya menanggung malu, tapi dengan setia dia menanti kedatangan kekasih meski kehamilannya sudah besar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eritasyofia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
FIRASAT
BAB 22.
Marten terbangun tengah malam karena mendengar suara erangan Dini istrinya.
" Dini kenapa ? "
Marten memegang tangan istrinya.
" Loh kamu demam sayang ".
Marten buru buru mengambil air minum dan mengompres kening Dini.
" Bang badan Dini gak enak ".
" Iya, coba makan obat ini dulu, semoga turun panasnya ".
Marten memberi obat demam pada Dini dan Dini pun tertidur, baru saja Marten mau merebahkan badannya ke kasur telponnya berbunyi.
" Bang, Wenny dirawat panas tinggi besok pulang ya, dia terus nyebut nyebut papa ".
" Iya dek besok abang pulang ".
Marten memegang kening Dini dan masih panas dia jadi bingung, disini Dini istrinya sakit disana anak nya sakit.
" Ya Allah gimana ini ? ".
Subuh Marten terbangun badan Dini masih panas, cepat Marten membangunkan mertuanya.
" Bu, Dini demam ayo kita bawa kerumah sakit ".
Rumah sakit adanya dikota, agak lama menuju kesana tapi dibawa ke bidan percuma juga.
Sampai dirumah sakit Dini langsung ditangani karena panasnya gak turun turun.
Marten sangat bingung harus bagaimana.
" Pak ibu kita rawat dulu ya karena panasnya terlalu tinggi kasihan calon bayinya ".
" Iya Dok berikan ya g terbaik untuk istri saya ".
Setelah Dini masuk ruang rawat, Marten menelpon Rida.
" Dek gimana Wenny ? "
" Panasnya belum turun bang dia manggil manggil abang terus ".
" Iya Dek, besok subuh abang pulang ".
" Bu, anak saya masuk rumah sakit karena demam tinggi, saya harus pulang, apa ibu bisa jaga Dini, nanti saya minta bantuan Randi dan istrinya juga bu".
" Iya nak, gak apa²".
Marten langsung menelpon Randi.
" Halo pak Marten ada apa jam segini nelpon"
" Pak Randy saya harus pulang anak saya dirawat panas tinggi, bisa gak saya titip Dini , karena Dini juga dirawat karena panas tinggi dirumah sakit di kota, dekat rumah pak Randy ".
" Bisa pak, saya kesana sekarang "
" Baik pak, terimakasih ".
Suara azan sudah berkumandang, Randi sudah sampai dirumah sakit bersama Irma istrinya, sedangkan anak² nya ditinggal dengan pembantu.
Setelah selesai sholat subuh, Marten pamit sama Dini.
" Dini, abang pulang dulu ya Wenny masuk rumah sakit juga dan dia manggil manggil abang terus.
Rini dirawat dulu sampai sembuh ada ibu, irma dan pak Randi yang jaga.
" Iya bang, hati hati di jalan ".
" Oke, abang pergi ya ".
" Pak Randi, saya pergi dulu ya, nanti kalau ada apa² pak Randi aja yang telpon saya kalau istri saya yang angkat bilang dari proyek ya "
" Baik Pak Marten, hati² di jalan."
" Oke "
Marten langsung membawa mobilnya pergi.
Sampai dirumah sakit Wenny sedang tidur dengan impus .
" Sayang ".
" Papa, sakit ".
" Apa yang sakit sayang ".
" Tangannya ditusuk ".
" Ooh itu kan obat biar sayang papa cepat sembuh ".
" Iya pa ".
" Cepat sembuh ya, biar kita ke mall beli mainan yang banyak sama beli sepeda baru ".
" Iya papa ".
" Bobok lah ".
" Iya pa ".
Wenny memejamkan matanya dan tertidur.
" Kenapa Wenny tiba tiba panas dek ".
" Gak tahu bang, malam malam pas aku bangun keningnya panas, dia mengigau abang , aku bawa kerumah sakit, rupanya panasnya tinggi terus di rawat ".
" Semoga cepat sembuh "
" Aamiin ".
" Adek cari makan ya, abang lapar belum ada masuk apa apa dari pagi, sama kopi ya ".
" Iya bang, abang istirahat aja dulu, adek keluar ".
" Oke ".
Gak lama Rida keluar Marten langsung nelpon mertuanya.
" Assalamualaikum bu, gimana Dini "
" Waalaikum salam, masih belum turun panasnya, kata Dokter ada infeksi ".
" Aduh, gimana ini bu ".
" Gak apa apa , kamu tenang aja jagain anaknya, disini ada ibu, Randi sama Ima ".
" Apa Dini bisa diajak ngobrol bu ".
" Sekarang lagi tidur, baru di kasih obat ".
" Aku khawatir bu ".
" Doa kan aja biar Dini cepat sembuh "
" Aamiin, iya bu, aku tutup dulu telponnya ya bu, nanti kalau ada apa apa suruh pak Randi nelpon aku ".
" Iya nak ".
" Assalamualaikum ".
" Waalaikumsalam ".
Marten duduk disofa dengan gelisah pikirannya bercabang, satu disini bersama Wenny satu lagi sama Dini istrinya.
Rida datang membawa makanan, sebenarnya perut Marten lapar tapi perasaannya tidak menentu, galau.
" Mas makanlah dulu, nanti sakit".
" Iya dek "
Rida membukakan makanan untuk Marten dan mereka makan berdua.
" Bang, habis makan Rida pulang sebentar ya, Rida belum mandi ".
" Iya, pulanglah biar abang yang jaga Wenny ".
Marten terus makan dan Rida bersiap siap untuk pulang.
" Bang aku pulang dulu ya ".
" Iya sayang hati hati ".
Gak lama Rida keluar Marten langsung menelpon Randi.
" Assalamualaikum pak Randi"
" Walaikumsalam ".
" Tadi Dokter bilang apa pak Randi ? ".
" Panas bu Dini masih belum turun, takut nanti berdampak pada bayi tapi masih diusahakan menurunkan panasnya, pak Marten fokus untuk anak aja dulu, saya dan Irma tetap disini, paling pulang gantian nanti ".
" Iya pak Randi, tolong kabarin saya kalau ada apa apa ".
" Papa, papa "
" Iya sayang, papa disini ".
Marten memeluk anaknya badan Wenny panas , Marten memanggil perawat.
" Suster tolong, badan anak saya panas sekali ".
" Iya pak, sebentar kita panggil Dokter ".
" Papa, Wenny ada adek ya ?, Wenny gak mau, nanti papa gak sayang Wenny lagi ".
Jantung Marten berdebar kencang, kenapa Wenny ngomong gitu, apa dia ada firasat ?.
" Gak ada kok sayang, Wenny anak papa satu satunya ".
" Tapi Wenny lihat tante itu perutnya udah gendut ada adeknya ".
" Oh itu Wenny cuma mimpi ".
" Tapi tante itu jalan pegangan sama papa, Wenny benci sama tante itu pa ".
" Itu cuma mimpi sayang, yang papa gandeng itu mama".
" Maaf pak sebentar, suster mencek panas Wenny dengan thermometer "
" Sudah turun kok pak, panasnya, gak apa apa ".
Suster pergi meninggalkan mereka .
" Nah panasnya udah turun, kalau udah sembuh kita ke mall ya ".
" Iya pa ".
Telpon Marten berbunyi dari Randi.
" Halo pak Randi, gimana Dini".
" Apa bisa Dini ngomong pak "
" Iya bisa "
" Halo bang ".
Suara Dini terdengar lemah.
" Iya sayang ".
" Anak kita ada yang minta bang ".
" Sabar sayang, anak kita kan ada ada dalam perut kamu mana ada yang bisa ambil".
" Tapi bang dia udah gak bergerak lagi, mungkin dia mau ikut orang itu ".
" Siapa itu sayang ? ".
" Anak kecil cantik bang, dia benci anak kita, dia mau buang anak kita bang ".
" Adek dalam pengaruh obat bawa tenang ya, istirahat dulu, kasih telpon sama pam Randi".
" Iya bang ".
" Pak Randi, apa iya bayinya sudah gak bergerak ? ".
" Iya pak Marten barusan saya dipanggil Dokter Spesialis kandungan, bayinya harus segera di keluarkan ".
" Ya, Allah gimana ini ?,"
"Ya udah pak Randi yang penting selamatkan Dini, saya izinkan operasi".
" Iya pak ".
Marten menutup matanya denga telapak tangan, kemudian terdengar suara Wenny memanggilnya.
" Papa, dedek bayinya udah pergi, Wenny senang , kalau Wenny sudah sembuh kita ke mall ya".
" Iya sayang syukurlah Wenny sebentar lagi sembuh ya ".
Telpon Marten berbunyi lagi.
" Ya pak Randi ".
" Dini dibawa ke kamar operasi pak Marten".
" Ya pak Randi, tolong semangatin istri dan ibu mertua saya ".
" Siap pak, gimana anaknya ?"
" Panasnya udah turun percaya gak percaya ada ikatan antar wenny dan anak Dini, nantilah kita cerita disana ".
" Iya pak, sabar menghadapi cobaan ini ya pak ".
" Insya Allah pak Randi".
Marten mematikan telpon karena Rida datang.
" Gimana Wenny bang ".
" Panasnya udah turun dek ".
" Syukurlah ".
" Ma, anak bayi itu udah mati".
" Anak bayi mana sayang? ".
" Anak bayi yang mau ambil papa Wenny".
" Wenny ngomong apa dek ? ".
" Gak tahu bang, dari mulai dia panas selalu panggil panggil abang dan benci sama adek bayi ".
" Kesambet dimana dia ? ".
" Gak tahulah bang, perasaan gak dibawa kemana mana, cuma ke mall aja".
" Ya sudahlah mungkin pengaruh suhu nya tinggi".
" Abang pulang dulu ya, gantian jaga Wenny, abang mau istirahat sebentar.
" Iya bang ".
" Wenny, papa pulang dulu ya, papa capek bawa mobil jauh, papa ngantuk, papa tidur dulu dirumah ya".
" Iya pa, papa tenang aja, adek jahatnya udah mati ".
" Oh iya, kalau udah mati dia gak ganggu Wenny lagi kan, jangan dibilang bilang lagi ya, Wenny bobo aja, kalau sembuh besok kita pulang dan shopping ya ".
" Iya pa".
Marten mencium Wenny dan keluar.
Sampai dirumah Marten langsung menelpon Randi.
" Halo pak Randi gimana keadaan Dini ".
" Udah diruang observasi pak ".
" Apakah dia sadar ? ".
" Masih bingung pak, masih dalam pengaruh bius, nanti kalau sudah diruang rawat saya hubungi bapak ".
Marten terduduk disofa, air matanya menetes juga, mengingat Dini yang begitu berharap akan kehadiran anaknya.
" Ya Allah, kasihan kamu sayang " .
Bisik Marten dalam hati.
Terus dia teringat lagi kata kata Wenny tentang adik yang jahat dan dia melihat Marten berjalan dengan perempuan hamil.
Marten menepuk keningnya.
" Oh Tuhan ini semua salahku, aku telah mengkhianati istri dan anak ki , aku sungguh jahat, tapi nasi telah menjadi bubur, Tuhan gak izinkan aku punya anak dari Dini, semoga Dini diberi kekuatan. "
Dini telah dibawa keruang rawat, disampingnya ada Irma dan ibunya.
" Bu, kenapa perut Rini kempes, mana anak Dini bu ".
" Dia sudah pergi nak, mungkin belum waktunya dia hadir bersama kita "
Dini langsung menangis.
" Mana bang Marten bu ? ".
" Dia masih dikota nak, anaknya juga dirawat ".
" Anak Dini perempuan apa laki² bu ".
Irma memperlihatkan foto yang sempat diambilnya saat anak Dini mau di mandikan suster untuk dikebumikan di rumah.
" Gantengnya "
" Innalillahi wainna ilaihi rojiun, maafkan ibu nak ".
Dini menangis lagi.
" Dini, sudah ya nak, nanti kalau Dini nangis terus gak sembuh sembuh ya ".
" Iya bu ".
Dini menghapus air matanya denga selimut nya.
" Siapa yang kebumikan anak Dini bu ? ".
" Tadi sudah dibawa pulang sama pak Kades dan pak Randi ".
" Tidurlah nak, kamu harus banyak istirahat biar cepat sembuh ".
" Iya, bu ".
Ibu Dini membetulkan selimut anaknya.
Dini gak tidur, dia terus menangis, saat seperti ini suami jauh darinya.
Salah dia telah mengambil istri orang.
Dini tertidur dalam tangisnya.
mampir juga dinovelku jika berkenan /Smile/