Erlangga Putra Prasetyo, seorang pemuda tampan dengan sejuta pesona. Wanita mana yang tidak jatuh cinta pada ketampanan dan budi pekertinya yang luhur. Namun di antara beberapa wanita yang dekat dengannya, hanya satu wanita yang dapat menggetarkan hatinya.
Rifka Zakiya Abraham, seorang perempuan yang cantik dengan ciri khas bulu matanya yang lentik serta senyumnya yang manja. Namun sayang senyum itu sangat sulit untuk dinikmati bagi orang yang baru bertemu dengannya.
Aira Fadilah, seorang gadis desa yang manis dan menawan. Ia merupakan teman kecil Erlangga. Ia diam-diam menyimpan rasa kepada Erlangga.
Qonita Andini, gadis ini disinyalir akan menjadi pendamping hidup Erlangga.Mereka dijodohkan oleh kedua orang tuanya.
Siapakah yang akan menjadi tambatan hati Erlangga?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda RH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mimpi apa semalam
Flash Back On
Dua hari yang lalu di rumah sakit.
"Jangan pulang dulu! Abi mau ngomong."
"Iya, bi."
Mereka sedang menduga-duga apa yang sebenarnya akan Opa Tristan bicarakan.
"Uhuk uhuk uhuk... "
"Pelan-pelan, bi."
"Bun, kamu pulang saja sama mereka. Ini sudah malam, istirahatlah. Aku juga akan istirahat." Ucap Opa kepada Oma.
"Iya, by."
Erlangga dan Rifka membawa Omanya keluar. Setelah kepergian mereka bertiga, Opa pun beraksi.
"Zaki, apa kamu sudah memberi jawaban kepada keluarga Zainal?"
"Belum, bi."
"Bagus.. . tidak usah diteruskan! Batalkan perjodohan mereka!"
"Kenapa, bi?"
"Zaki anggap saja ini permintaan abi yang terakhir. Abi tidak tahu umur Abi akan bertahan sampai kapan."
"Abi jangan ngomong begitu, InsyaAllah Abi akan sehat dan panjang umur" Sahut lainnya.
"Apa kamu sanggup memenuhi permintaan Abi?"
"Insyaallah, abi. Semampu Zaki."
"Nikahkan Rifka dengan Erlangga."
"Apa?"
Mami Fatin dan Papi Zaki sangat terkejut.Sedangkan Bunda Winda dan Papa Pras sebenarnya juga terkejut, namun mereka lebih santai dalam menanggapi.
"Abi, abi tidak salah bicara, kan?" Tanya Mami Fatin.
"Tentu saja tidak. Abi ingin Rifka menikah dengan Erlangga. Titik!"
"Abi mereka masih saudara." Sanggah Zaki.
"Zaki, kamu lupa? Erlangga itu anak sambung Winda. Bahkan jika Erlangga anak kandung Winda pun, mereka masih bisa menikah."
"I-iya, Abi."
"Abi, kalau Fatin setuju saja mereka dinikahkan. Erlangga laki-laki baik, terlepas dia adalah anak iparku, tapi memang dia laki-laki yang baik.Tapi masalahnya apa mereka mau? Abi tahu sendiri Rifka itu susah sekali untuk setuju. Apa lagi ini nih sekarang sama sepupunya."Ujar Mami Fatin.
"Pasti mau kalau abi yang minta."
Papi Zaki dan Mau Fatin tidak bisa menyangkal lagi. Mereka khawatir akan membuat tensi Abinya naik. , Sedangkan Bunda Winda dan Papa Pras hanya bisa mengangguk patuh karena mereka tahu putranya pasti akan setuju.
Saat ini Bunda Winda sepertinya menemukan jalan keluar untuk putranya. Abinya sendiri yang membuka jalan untuk mereka. Bunda Winda tidak ingin mengungkapkan perasaan putranya kali ini. Biarlah nanti Erlangga yang akan jujur sendiri kepada Rifka. Yang penting jalan untuk mempersatukan mereka sudah ada. Dan Bunda Winda yakin Rifka memiliki perasaan yang sama kepada Erlangga. Abi menyuruh mereka untuk merahasiakannya terlebih dahulu.
"Serahkan kepada Abi! Biar Abi yang mengaturnya."
Setelah pembahasan selesai, Bunda Winda dan Papa Pras pamit pulang.
Ternyata selama ini baik Oma maupun Opa sudah melihat gelagat cucu mereka.
Flash Back Of
-
Sebenarnya semua keluarga sudah tau rencana pertunangan ini kecuali Rifka dan Erlangga.
Saat ini Bunda Winda sedang memakaikan cincin di jari manis Rifka. Rifka pun mengulum senyum dan kemudian mencium punggung tangan calon mertuanya itu.
Tidak hanya sampai di situ. Opa Tristan mengambil alih mic.
"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh... "
"Wa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh.. "
"Sebagai yang paling tua, mohon maaf jika saya harus mengambil keputusan sepihak. Karena tidak ada yang ditunggu dan tidak ada halangan. Untuk kedua cucu saya, Rifka dan Erlangga. Lebih baik malam ini juga mereka dinikahkan agar dijauhkan dari fitnah dan zina."
Beberapa orang terkejut dengan keputusan Opa Tristan. Namun sebagian yang lain justru sangat mendukung.
"Zaki dan Fatin, apa kamu keberatan jika mereka langsung dinikahkan saja?" Tanya Opa.
"Tentu saja tidak, Bi. Hal yang baik memang harus disegerakan." Jawab Papi Zaki.
"Menurutmu bagaimana, Pras?"
"Saya ikut Abi saja."
"Kalau calon pengantin tidak usah ditanya, mau tidak mau harus mau." Tegas Opa.
Hal tersebut membuat orang-orang tertawa. Keputusan Opa tidak bisa diganggu gugat.
"Mimpi apa aku semalam?" Batin Erlangga.
"Ya Allah, MasyaAllah semudah ini engkau mempersatukan kami." Batin Rifka.
Winda melihat kekhawatiran pada diri Fatin. Winda pun mendekati saudara sekaligus calon besannya itu.
"Mbak, apa kamu tidak yakin?"
"Bukan begitu, dek. Aku hanya kasihan kepada Rifka karena semua ini terjadi secara mendadak."
"Mbak tidak perlu khawatir. Mbak tahu? Erlangga itu sangat mencintai Rifka."
"Apa?"
Bunda Winda pun menjelaskan perasaan putranya kepada Mami Fatin. Mami Fatin sangat terkejut mendengar hal tersebut, namun ia juga sangat bersyukur. Semoga keputusan mereka kali ini memang diridhai Allah dan membawa kebahagiaan untuk semua.
Opa memang sudah mengundang pemuka agama dalam acara tersebut. Acara pernikahan sedang dipersiapkan. Erlangga bingun harus memberi mahar apa. Karena malam ini ia tidak membawa aoa-apa. Ia berangkat dengan tangan kosong. Namun ternyata Kendra sudah mempersiapkannya atas permintaan Opa.
"Bos ada emas 100 gram dan uang 100 juta. Itu maharnya Bos."
"Apa tidak kurang?"
"Er, perempuan yang baik tidak akan mempersulit calon suaminya. Sudah, kamu persiapkan saja untuk ijab kabul." Ujar Opa.
"Baik, Opa."
Erlangga mendekati Neneknya dan meminta restu.
"Nek, kapan Nenek datang? Maaf Er juga tidak tahu dengan semua ini."
"Nenek datang tadi siang, dijemput orang suruhan Papamu. Nenek langsung dibawa ke hotel tadi."
"Nek, Er minta restunya ya."
"Nenek merestui. Semoga ini menjadi jalan kebahagiaan dalam hidupmu. "
Setelah itu Erlangga meminta restu kepada kedua orang tuanya, serta Oma dan Opanya.
Akhirnya waktu yang ditunggu pun tiba. Erlangga duduk berhadapan dengan Papi Zaki. Sedangkan kan Papa Pras berhadapan dengan Pak ustadz. ada dua, saksi dari kedua belah pihak yaitu Om Sandi dan Om Javier. Adalah Opa juga di antara mereka
Setelah pak ustadz selesai membaca khutbah nikah, ijab pun akan dimulai.
Erlangga sudah menjabat tangan Papi Zaki. Dan nampak Erlangga masih gemetar saat ini.
Papi Zaki mengulum senyum dan memberi semangat kepada menantunya.
"Rilex, Er."
"Eh, iya Pak de."
"Setelah ini jangan panggil Pak de lagi. Panggil Papi!" Sahut Opa.
"I-iya, Opa."
Ijab pun dimulai
"Ananda Erlangga Prasetyo Putro bin Prasetyo Eka Dinoto, saya nikahkan dan kawinkan engkau dengan putri saya sendiri yang bernama Rifka Zakiyah Abraham binti Zaki Ferdinan Abraham dengan mas kawin 100 gram emas dan uang 100 juta dibayar tunai."
"Saya terima nikah dan kawinnya Rifka Zakiyah Abraham binti Zaki Ferdinan Abraham dengan mas kawin tersebut dibayar tunai."
"Sah? "
"Sah..."
"Barakallahu lakuma wabarakah alaikuma wajama'ah bainakuma fil khair.... "
Betapa bahagianya hati Erlangga karena sudah sah menjadi suami Rifka. Mata Bunda Winda berkaca-berkaca melihat kebahagiaan putranya.
Nenek pun menangis terharu melihat Erlangga. Ia teringat pada mendiang putrinya.
Setelah pembacaan do'a selesai, kedua pengantin dipertemukan. Keduanya didampingi orang tua masing-masing. Kedua pengantin masih tertunduk malu.
"Ayo Rif, cium tangan suamimu." Ujar Mami Fatin.
Rifka mengulurkan tangannya lalu menariknya lagi. Sungguh menggemaskan pengantin baru ini. Erlangga menjulurkan tangannya terlebih dahulu. Mami Fatin menarik tangan putrinya agar bersalaman dengan Erlangganya.
Dag dig dug
Bersentuhan tangan saja sudah membuat jantung keduanya berdegup kencang. Rifka mencium punggung tangan suaminya untuk yang pertama kalinya. Ujung hidung Rifka terasa dingin sama seperti telapak tangan Erlangga. Erlangga membacakan do'a untuk istrinya.
"Cium cium cium.... "
Semua orang bersorak. Suasana semakin mencair. Namun Erlangga tidak menghiraukan mereka. Ia masih malu untuk melakukannya. Namun saat Papi Zaki yang menyuruhnya, Barulah Erlangga melakukan tindakan. Dengan memejamkan mata, Erlangga mengecup puncak kepala istrinya seperkian detik. Jangan tanyakan lagi bagaimana perasaan mereka saat ini. Semua orang pun bahagia melihat mereka.
Bersambung....
...****************...
lanjut
semangat untuk up date nya
semoga bahagia terus Erlangga dan Rifka