aku tidak tahu apakah pernikahanku akan berjalan sempurna atau tidak...
aku juga tidak tahu apakah aku mampu melewati pernikahan ini hingga akhir atau tidak...
hanya Tuhanlah yang tahu akhir kisah cinta pernikahanku ini...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reny Rizky Aryati, SE., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mencari Keadilan
Mizan Rayaz berjalan cepat memasuki ruangan rumahnya.
Sejumlah orang melangkah mengikuti Mizan dari arah belakang, terlihat raut wajahnya yang berubah marah.
"Selamat datang kembali ke rumah, pangeran muda Mizan", kata seorang laki-laki beseragam hijau mendekatinya.
"Dimana kakak ku ?" tanya Mizan dengan langkah tergesa-gesa menuju ke dalam rumahnya yang luas.
"Tuan Tsaqib ada di ruangan kerjanya", sahut laki-laki itu.
"Baiklah, aku akan ke sana", kata Mizan sembari terus berjalan cepat.
"Apa perlu saya antarkan ke sana ?" tanya laki-laki berseragam hijau itu.
"Tidak, biarkan aku pergi sendirian menemui kakak Tsaqib, ada urusan penting yang ingin aku bicarakan dengannya", sahut Mizan.
Mizan melepaskan sarung tangan hitamnya lalu memasukkannya ke dalam saku mantel panjangnya berwarna cokelat tua.
"Apa dia sendirian ?" tanya Mizan.
"Benar, pangeran pertama sedang sendirian di ruangan kerjanya, karena dia tidak ingin siapa pun yang mengganggu dirinya saat bekerja", sahut laki-laki itu penuh hormat.
"Baiklah, aku akan segera kesana", kata Mizan.
Mizan mempercepat langkah kakinya menuju ke ruangan kerja, dimana kakaknya berada disana saat ini.
"Tidak usah mengantarkan ku sampai ke sana, Syamil", kata Mizan sembari melirik pelan ke arah laki-laki berseragam hijau di sampingnya berjalan.
"Saya tidak keberatan meski harus mengantarkan anda sampai ke ruangan kerja pangeran pertama, suatu kehormatan tersendiri bagi saya jika bisa mengantar pangeran ke sana", sahut pria berseragam hijau yang dipanggil Syamil itu.
"Tidak perlu, aku bisa kesana sendiri, Syamil", kata Mizan sembari mengeratkan sarung tangan di tangannya.
Syamil terdiam tapi langkahnya terus melaju cepat, mengikuti langkah kaki Mizan di sampingnya.
Ruangan kerja milik Tsaqib lumayan jauh dari arah ruangan utama, dimana Mizan dan orang-orangnya berjalan saat ini bersama Syamil.
Mizan terus melangkahkan kakinya menuju ke arah ruangan kerja milik Tsaqib, mereka hampir tiba di sebuah ruangan tertutup oleh pintu berukuran besar dari kayu ukir.
Rupanya Mizan sudah tidak sabaran lagi, menunggu untuk mengetuk pintu di depannya.
Mizan segera menerobos masuk ke dalam ruangan kerja milik Tsaqib.
"Tu-tunggu pangeran Mizan !" kata Syamil hendak mencegah langkah Mizan Rayaz yang menerobos masuk ke dalam ruangan kerja milik kakak tertuanya, Tsaqib.
Namun Mizan yang telah bertekad hendak menemui Tsaqib tidak lagi memperdulikan kata-kata Syamil padanya.
"Kak Tsaqib !" panggil Mizan seraya berlari mendekat ke arah Tsaqib Rayaz yang sedang berdiri di dekat jendela ruangan kerjanya.
Tsaqib yang mengetahui kedatangan Mizan Rayaz, adik laki-lakinya itu langsung tersentak kaget saat Mizan berteriak memanggil dirinya.
"Mizan... ?!" ucapnya lirih.
Mizan Rayaz setengah berlari ke arah Tsaqib lalu menarik kuat-kuat ujung kerah baju milik kakak laki-lakinya itu.
Sedetik kemudian, Mizan melayangkan pukulannya ke arah wajah Tsaqib hingga kakaknya hampir terjatuh.
Buk !
Syamil yang melihat situasi berubah genting akibat serangan Mizan Rayaz pada Tsaqib Rayaz langsung melerai mereka berdua dengan cepatnya.
"Hentikan pangeran Mizan !" perintahnya saat dia melerai mereka dari pertikaian yang akan terjadi diantara kakak-beradik itu.
Tsaqib yang tidak terima oleh serangan Mizan Rayaz terkejut kaget serta mencoba membalas pukulan adik laki-lakinya itu dengan serangan tinjunya.
Sekali lagi Syamil melerai pertikaian sengit itu dengan mencegah Mizan mau pun Tsaqib saling menyerang satu sama lainnya.
"Hentikan ulah kalian berdua ! Malu dilihat oleh banyak orang lain disini !" cegah Syamil yang berdiri ditengah-tengah kedua pangeran muda itu yang siap-siap saling menyerang dengan melayangkan pukulan mereka masing-masing.
Sejumlah orang berpakaian serba hitam langsung menghadang kedua pangeran muda dari keluarga Rayaz, untuk saling menyerang satu sama lainnya.
Mereka menahan tubuh Mizan serta tubuh Tsaqib yang akan saling bertikai itu.
"Tahan pangeran Mizan !" kata sejumlah orang berjas lengkap warna hitam yang merangkul tubuh Mizan Rayaz agar tidak melayangkan pukulannya kepada Tsaqib.
"Jangan dibalas, pangeran Tsaqib !" ucap orang-orang berkemeja hitam itu seraya menahan Tsaqib agar dirinya tidak bertindak gegabah terhadap Mizan.
Tampak kedua kakak-adik itu saling menatap tajam satu sama lainnya, dan terlihat Mizan yang tersulut api emosi nya karena ulah kakak laki-lakinya itu terhadap Alishba, adik perempuan mereka hendak memaksa maju ke arah Tsaqib, namun segera ditahan oleh orang-orang berjas hitam yang berdiri di dekatnya.
"Kenapa kamu kejam sekali pada Alishba, kak Tsaqib ???" teriak Mizan emosi.
"Apa maksudmu ???" sahut Tsaqib seraya berteriak keras.
"Kau jahat sekali pada Alishba bahkan kamu tega memaksa dia menikahi pria laknat itu, Tsaqib !" kata Mizan.
"Kenapa ?" tanya Tsaqib marah karena Mizan memukulnya tadi.
"Kau membuat hidup Alishba hancur, kau menjualnya pada mereka, bajingan !!!" sahut Mizan.
Tsaqib terhenyak kaget ketika mendengar kata-kata Mizan yang menyebutkan bahwa dirinya telah menjual Alishba, dan membuat hidup adik perempuannya itu tidak bahagia.
"Kau benar-benar bajingan, Tsaqib !" teriak Mizan dengan penuh amarah.
Tsaqib semakin tidak terima dengan kata-kata yang diucapkan oleh Mizan, dia meronta kuat hendak berlari ke arah Mizan.
Namun orang-orang di dekatnya langsung menghalangi langkah Tsaqib yang hendak mendekati Mizan, mereka berusaha keras, untuk menahan tubuh Tsaqib agar tidak mendekati Mizan Rayaz.
"Bajingan !!!" teriak Mizan.
"Dasar kurang ajar ! Apa yang kau bicarakan itu, Mizan ???" balas Tsaqib sembari berteriak lantang.
"Kau menjual Alishba pada keluarga Harmam dan akibat ulahmu itu, dia menderita saat ini !" sahut Mizan bertambah marah.
"Apa ???" kata Tsaqib terhenyak kaget seraya menatap bingung.
"Ya, kau benar-benar bajingan dan kakak yang tidak punya hati sama sekali terhadap adik perempuan mu sendiri, Tsaqib", sahut Mizan.
Mizan Rayaz melotot dingin ke arah Tsaqib yang berdiri tak jauh dari hadapannya.
"Jangan sebut langsung nama, aku kakak tertua mu, Mizan !" kata Tsaqib memperingatkan keras.
"Persetan dengan bajingan seperti dirimu ! Karena aku tidak punya kakak semacam dirimu lagi, Tsaqib !" sahut Mizan.
"Kau memang keterlaluan, Mizan", kata Tsaqib. "Bagaimana bisa kamu menuduh ku berbuat jahat terhadap Alishba ?"
"Kau menjual Alishba kepada keluarga Harmam dengan menikahkan dia dan Sulaiman sedangkan pria keparat itu tidak mencintai Alishba", teriak Mizan.
"Aku tidak tahu apa-apa tentang itu semuanya, dan apa yang kau tuduhkan itu, tidaklah benar adanya, aku tidak menjahati Alishba karena dia dan Sulaiman sama-sama suka", kata Tsaqib.
"Kau berbohong, Tsaqib !!!" teriak Mizan yang berusaha melepaskan dirinya dari dekapan orang-orang di sekitarnya.
"Aku tidak pernah berkata bohong padamu, pada kenyataannya, semua benar adanya, dan kamu memang membohongi Alishba", kata Mizan.
"Untuk apa aku menjual sendiri adik perempuan ku kepada keluarga Harmam, itu tidak benar, Mizan", sahut Tsaqib. "Dan aku tidak mungkin melakukan hal terkutuk itu terhadap Alishba, dia adikku, adik perempuanku, Mizan", sambungnya.
"Oh, iya ???" kata Mizan sembari berusaha keras, mendorong jauh semua orang di dekatnya.
"Ya, aku berkata yang sebenarnya !" sahut Tsaqib bersungguh-sungguh dengan meyakinkan Mizan yang salah mengira dirinya, telah menjual Alishba kepada keluarga Harmam.
"Kau ini bodoh atau memang berpura-pura bodoh dan tidak peduli terhadap Alishba", mata Mizan.
"Aku berpura-pura, katamu ???" sahut Tsaqib terheran-heran.
"Ya, kau pandai sekali berpura-pura dihadapan kami dengan mengatakan bahwa kau tidak tahu menahu soal pernikahan Alishba dan Sulaiman, laki-laki busuk itu", kata Mizan. "Pada kenyataannya kau tahu siapa Sulaiman itu tapi kamu malah menikahkan Alishba dengan dia, pecundang keparat itu !"
serem amat nikah kayak gini, thor !
aliansi pernikahan, gak ada tulus-tulusnya, gak ada cinta juga klo nikah seperti iniiii...