BIJAKLAH DALAM MEMILIH BACAAN!!!❌❌❌
Nessa Ananta atau biasa di panggil Eca, gadis yang menempuh pendidikan di luar kota akhirnya kembali ke Ibu kota setelah sebelumnya bekerja menjadi sekretaris di sebuah perusahaan.
Tapi apa jadinya jika kembalinya ke rumah Kakaknya justru mendapat kebencian tak beralasan dari Kakak iparnya.
Lalu bagaimana kisah hidup Eca selanjutnya ketika Kakaknya sendiri meminta Eca untuk menikah dengan suaminya karena menginginkan kehadiran seorang anak, padahal Kakak iparnya begitu membencinya?
Kenapa Eca tak bisa menolak permintaan Kakaknya padahal yang Eca tau Nola adalah Kakak kandungnya?
Lalu apa penyebab Kakak iparnya itu begitu membencinya padahal mereka tak pernah dekat karena Eca selama ini ada di luar kota??
Apa yang terjadi sebenarnya??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertemu Efan
Sudah satu minggu ini Eca terus saja menyuapi Bara ketika ada di kantor. Namun ketika di rumah Bara tentu saja menjaga perasan Eca sehingga memilih makan sendiri.
"Nanti pulang kerja saya mau ke mall dulu Pak. Ada sesuatu yang harus saya beli"
"Mau saya temani?"
Mereka berdua kalau di kantor memang menggunakan bahasa formal meski mereka berdua begitu *ntim.
"Tidak usah Pak. Saya bersama teman saya!"
"Ya sudah, kalau begitu pakai ini" Bara mengeluarkan sebuah kartu dari dompetnya.
"Tidak usah Pak, saya punya uang sendiri"
Bara menatap Eca tak suka karena penolakan itu. Padahal selama ini tidak pernah ada yang menolak pemberiannya.
"Ambilah, ini sebagai nafkah dari saya untuk kamu" Bara meraih tangan Eca dan meletakkannya di sana.
"Baik Pak, terimakasih"
"Pinnya nanti saya kirim ke kamu. Beli apa saja yang kamu inginkan. Kalau kurang kamu bisa minta lagi ke saya"
Eca menatap kartu debit di tangannya dengan miris. Dirinya benar-benar terlihat seperti seseorang yang tengah menjual diri.
"Baik Pak, terimakasih"
Eca segera membereskan sisa makan siang mereka sebelum Eca kembali bekerja.
🍀🍀🍀
Sore harinya, setelah Eca menyelesaikan pekerjaannya. Dia benar-benar pergi ke mall bersama Rena.
Sekarang Eca dan Rena memang menjadi lebih dekat dari yang sebelumnya. Hanya Rena saja teman satu kantor yang paling dekat dengan Eca saat ini.
Kalau yang lain, banyak sekali yang sering memandang Eca dengan sinis. Entah salah apa yang Eca perbuat pada mereka.
"Mereka semua itu pada iri sama kamu Ca"
"Iri? Kenapa harus iri?" Eca menanggapi omongan Rena.
"Ya secara semenjak ada kamu, para laki-laki suka ngomongin kamu. Habisnya kamu itu cantik, body bagus dan ramah juga. Jadinya mereka semua pada suka sama kamu. Karena itu, karyawati di kantor jadi iri sama kamu"
"Ck, ada-ada aja. Padahal aku juga biasa aja nggak ada istimewanya" Sahut Eca lalu menyeruput jusnya.
Setelah membeli kebutuhan pribadinya, Eca memang memilih nongkrong sebentar sebelum pulang dan harus berhadapan dengan Bara.
"Itu kan menurut kamu" Bantah Rena.
"Eh itu kan Pak Efan" Tunjuk Rena ke pintu masuk restoran.
Eca ikut menoleh dan benar saja jika Efan tengah berdiri di sana.
"Kenapa dia ada di sini?"
Meski ada rasa senang di dalam hatinya karena bertemu Efan, tapi Eca takut jika dirinya tidak bisa mengendalikan dirinya di depan Efan.
"Pak Efan!!" Rena melambaikan tangannya.
Eca mendelik tajam pada Rena. Seharusnya Rena tak perlu memanggil Efan dan berpura-pura saja tak melihat kedatangan pria itu. Tapi semua sesudah terlambat Efan kini berjalan ke arahnya.
"Kalian di sini juga?" Efan menatap Eca dengan sumringah.
Efan tentu saja senang bisa bertemu Eca di sana. Dia yang masih mempunyai perasaan yang besar untuk Eca, akhirnya dia merasa ada kesempatan untuk berbincang dengan Eca walau sebentar.
"Iya, Pak Efan sama siapa?" Rena melihat ke sekeliling Efan namun tak menemukan siapapun.
"Saya sendiri" Efan menjawab pertanyaan Rena namun matanya menatap ke arah Eca yang masih enggan menatap ke arahnya.
"Ya udah kalau gitu gabung aja sama kita"
"Emang nggak papa?" Efan takut kalau Eca tak mengijinkannya duduk di sana.
"Nggak papa dong, ya kan Ca?" Rena meminta persetujuan Eca.
"I-iya, nggak papa kok" Eca mendongak menatap Efan sekilas untuk menunjukkan senyum tipisnya.
Mendapat lampu hijau dari Eca, Efan langsung duduk di antara kedua wanita itu.
"Pak Efan nggak mau pesan makan dulu?"
"Iya, nanti saya pesan"
"Ya udah kalau gitu saya titip Eca ya Pak. Saya mau ke toilet dulu"
"Loh, Ren. Kok di tinggal sih!!" Kesal Eca karena kini dia hanya berdua saja dengan Efan. Tentu saja dia akan merasa canggung dengan mantan kekasihnya itu.
"Bentar doang!" Sahut Rena sudah agak jauh darinya.
"Aku seneng akhirnya bisa duduk berdua lagi sama kamu Ca" Efan menatap Eca dengan teduh.
"Efan, sudah aku bi..."
"Aku tau Ca, kamu mau bilang kalau aku harus melupakan kamu kan?" Tebakan Efan membuat Eca terdiam.
"Tapi aku nggak bisa Ca. Aku cinta sama kamu. Aku masih bisa terima kamu setelah kalian bercerai. Bahkan aku akan menerima dengan ikhlas kalau kamu melahirkan anak pria lain. Percaya sama aku Ca"
Justru itu yang membuat Eca enggan kembali bersama Efan meski hatinya ingin. Efan terlalu baik, dia tidak mau menyakiti Efan dengan kembali padanya setelah dia memiliki anak dengan Bara.
Efan pantas mendapatkan wanita yang masih utuh, tidak seperti dirinya yang telah terjamah oleh pria lain.
"Enggak Fan!! Aku nggak bisa!! Walaupun tiba waktunya bercerai dengan Pak Bara pun, aku nggak mau kembali sama kamu! Kamu cari wanita lain yang jauh lebih baik dari ku. Jangan menungguku!!"
"Tapi cuma kamu wanita yang aku mau Ca. Aku mau kamu yang menemaniku sampai tua nanti. Aku mau kamu yang melahirkan anak-anakku!"
"Efan please!" Eca menatap Efan penuh permohonan. Matanya juga mulai berkaca-kaca.
"Apa kamu udah nggak cinta sama aku Ca?"
Eca langsung memalingkan wajahnya. Mana bisa dia menjawabnya. Eca yakin kalau dia bilang masih mencintai Efan, pasti Efan akan semakin yakin untuk menunggunya.
"Jawab Ca!" Desak Efan.
"Untuk apa juga Fan? Semua itu sudah tidaka ada gunanya lagi. Sekarang kita sudah benar-benar berakhir Fan. Jangan menungguku lagi karena itu akan sia-sia. Aku pergi dulu"
Eca langsung pergi begitu saja tanpa menunggu Rena yang masih di toilet.
"Tunggu Ca, Eca!" Seru Efan tapi Eca terus berjalan tanpa menoleh ke belakang lagi.
ditunggu karya selanjutnya