NovelToon NovelToon
Mengejar Cinta CEO Duda

Mengejar Cinta CEO Duda

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / CEO / Diam-Diam Cinta
Popularitas:7.6k
Nilai: 5
Nama Author: triani

Alya, gadis miskin yang baru saja menyelesaikan pendidikannya di salah satu universitas harus bekerja serabutan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya tertarik saat menerima tawaran menjadi seorang baby sister dengan gaji yang menurutnya cukup besar. Tapi hal yang tidak terduga, ternyata ia akan menjadi baby sister seorang anak 6 tahun dari CEO terkenal. kerumitan pun mulai terjadi saat sang CEO memberinya tawaran untuk menjadi pasangannya di depan publik. Bagaimanakah kisah cinta mereka? Apa kerumitan itu akan segera berlalu atau akan semakin rumit saat mantan istri sang CEO kembali?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon triani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 15, Ada perasaan yang aneh

Hari demi hari, Aditya mulai meluangkan lebih banyak waktu dengan Tara. Meskipun kesibukannya di kantor tak pernah berhenti, ia berusaha untuk pulang lebih cepat, atau setidaknya tidak terlalu larut malam. Tara pun mulai merasa lebih diperhatikan, dan suasana di rumah yang biasanya sunyi, kini terasa sedikit lebih hangat.

Alya, yang selalu memperhatikan perubahan ini, merasa sedikit lega. Namun, ada satu hal yang membuatnya penasaran: meskipun Aditya tampak lebih sering bersama mereka, ia masih mempertahankan jarak yang jelas dengan Alya. Pria itu tampak bersikap profesional dan dingin, selalu menjaga batasan antara mereka. Seolah ada tembok tak terlihat yang tak bisa Alya jangkau, meskipun ia merasakan bahwa Aditya mulai berubah sedikit demi sedikit.

 

"Kenapa dia nggak pernah bisa santai? Selalu ada dinding yang dia bangun, ya?" gumam Alya dalam hati, saat melihat Aditya yang duduk bersama Tara di ruang tamu, memandangi mereka dari balik pintu

Tara sedang bercerita dengan antusias tentang sekolahnya, dan Aditya mendengarkan dengan penuh perhatian, sesekali tersenyum atau mengangguk. Ada sesuatu yang berbeda, ada kedekatan yang tampak antara ayah dan anak yang Alya tidak bisa pungkiri.

 

"Tadi di sekolah, aku berhasil menjawab semua soal matematika! Aku dapat nilai paling bagus di kelas hari ini!" ucap Tara bersemangat.

Aditya tersenyum tipis, "Bagus sekali, Tara. Ayah bangga padamu." ucapnya bangga. Ia baru tahu jika mungkin dengan sekolahan sedikit mengurangi kesepian Tara.

Alya yang mendengar percakapan itu hanya bisa tersenyum dari balik pintu. Namun, di dalam hatinya, ada rasa sedikit kecewa karena Aditya hanya berbicara dengan Tara dan bukan dengannya. Sepertinya, meskipun mereka bertiga menghabiskan waktu bersama, perasaan Aditya tetap terjaga dengan ketat.

Entah perasaan apa itu yang muncul, yang jelas ia ingin memiliki kedekatan yang sama seperti yang Tara dapat dari Aditya.

 

"Dia memang baik, tapi kok rasanya selalu ada tembok antara kita, ya?" gumamnya dalam hati. Tapi dengan cepat ia menggelengkan kepalanya.

"Enggak, aku enggak boleh berpikir kayak gitu. Aku hanya kerja di sini, nggak lebih." dengan cepat Alya mengingatkan pada dirinya sendiri. Tapi perasaan itu seperti sulit untuk di kendalikan.

Meskipun seperti ada di Ding diantara mereka, tapi Aditya tak bisa sepenuhnya menyembunyikan sisi lain dirinya yang semakin terbuka. Meskipun ia tetap menjaga jarak secara emosional, ia mulai menghargai kehadiran Alya. Setiap kali melihat Alya yang sabar dan penuh perhatian dengan Tara, ia merasa ada sesuatu yang berbeda—sesuatu yang mengusik, tetapi juga mengingatkannya pada dirinya sendiri yang dulu pernah dekat dengan orang-orang yang peduli padanya.

 

Suatu malam, saat mereka bertiga duduk di meja makan, Tara tiba-tiba melontarkan pertanyaan yang cukup membuat Aditya terkejut.

 

"Ayah, kenapa kamu nggak pernah bilang terima kasih ke Alya? Dia sudah banyak membantu kita."

Aditya terdiam sejenak, matanya beralih ke Alya yang duduk di seberang meja. Tara tampaknya bisa merasakan adanya ketegangan, dan kali ini, ia tidak membiarkan Aditya menghindar.

 

Aditya berusaha santai, "Terima kasih... untuk membantu Tara." ucapnya pada Alya.

Alya hanya tersenyum kecil, merasa canggung karena Aditya masih berbicara seperti itu. Namun, ada sesuatu yang membuat hatinya merasa hangat. Mungkin ia tidak membutuhkan banyak pengakuan, tapi mendengar kata-kata itu dari Aditya sudah cukup membuatnya merasa dihargai.

 

"Terima kasih, Ayah, tapi saya juga ingin melihat Tara bahagia."

Tara melanjutkan makannya, tak menyadari bahwa percakapan itu sudah memecahkan sedikit dinding antara ayah dan pengasuhnya.

 

"Aku suka kalau kalian berbicara lebih banyak, Ayah." ucap Tara sambil mengunyah makanannya dengan suara yang terdengar manis.

Aditya tersenyum kaku. Ia tahu, ada banyak hal yang harus ia perbaiki, terutama dalam hubungan keluarganya. Namun, di saat yang sama, ia tidak bisa mengabaikan perasaan yang tumbuh di dalam dirinya. Perasaan yang lebih kompleks dan sulit dijelaskan, terutama saat berhadapan dengan Alya.

 

"aku akan coba lebih banyak meluangkan waktu untuk kalian." ucap Aditya pelan hampir tidak terdengar.

 

****

Hari-hari berlalu, dan meskipun Aditya tetap menjaga jarak emosional dengan Alya, ia mulai menyadari bahwa banyak hal yang bisa ia pelajari darinya, terutama dalam hal berkomunikasi dengan Tara. Ada banyak momen di mana Alya dengan sabar menjelaskan kepada Aditya cara yang lebih baik untuk mendekati anak perempuannya, mengingat betapa rapuh hubungan mereka sebelumnya.

Satu sore, Aditya kembali ke rumah lebih awal dari biasanya. Tara, seperti biasa, sedang bermain dengan beberapa buku dan mainannya di ruang keluarga. Namun kali ini, Aditya memutuskan untuk mencoba sesuatu yang baru: berkomunikasi dengan Tara dengan cara yang lebih santai. Alya, yang sedang berada di dapur, memperhatikan dari jauh, sedikit khawatir namun juga penasaran.

 

Aditya perlahan duduk di samping Tara, "Tara, gimana harimu di sekolah? Ada hal seru yang kamu pelajari?" tanyanya dengan suara pelan, terlihat masih kaku untuk memulai percakapan lebih dulu.

Tara, yang awalnya tampak lebih tertutup, mendongak dengan mata yang berbinar. Ia tidak terbiasa dengan Ayah yang berbicara padanya dengan cara yang lebih hangat dan pribadi.

 

Tara sedikit terkejut, tapi ia juga terlihat senang, "Oh! Aku belajar tentang dinosaurus hari ini, Ayah! Kamu tahu nggak, dinosaurus itu bisa sangat besar, tapi ada yang ukurannya kecil banget juga!"

Aditya tersenyum kecil. Tanpa sadar, ia merasa lebih nyaman mendengarkan cerita Tara dengan cara ini, tanpa harus terjebak dalam formalitas atau kesibukan kerja.

 

Aditya menganggukkan kepalanya beberapa kali, berusaha lebih santai, "Dinosaurus kecil? Wah, itu pasti menarik. Ceritakan lebih banyak lagi, Tara."

Tara mulai bercerita lebih lanjut, dan Aditya mendengarkan dengan penuh perhatian, meskipun ia merasa canggung di awal. Sementara itu, Alya yang mengintip dari dapur, merasa sedikit terharu melihat interaksi antara Ayah dan anak yang semakin hangat.

 

"Akhirnya... dia mulai memahami bagaimana berbicara dengan Tara." gumam Alya sambil tersenyum mengamati keduanya.

Setelah beberapa lama, Aditya selesai berbincang dengan Tara. Ia berdiri dan berjalan ke dapur, di mana Alya sedang sibuk menyiapkan teh.

 

Aditya mengambil air putih di dalam.lemari pendingin kemudian duduk untuk meneguk air minumnya, "Aku nggak menyangka... Tara cukup mudah diajak berbicara."

Alya segera menyingkirkan rasa canggungnya dan tersenyum lembut ke arah Aditya, "Ya, kadang-kadang yang Tara butuhkan bukan hanya perhatian fisik, tapi perhatian emosional juga. Anak-anak nggak selalu tahu bagaimana mengungkapkan perasaan mereka, jadi mereka perlu kita yang bisa mengerti tanpa banyak kata."

Aditya mengangguk, seakan merenung. Dalam hatinya, ia mulai menghargai cara Alya memperlakukan Tara—dengan penuh perhatian, tanpa mendominasi, dan selalu memberi ruang bagi Tara untuk merasa nyaman.

 

"Terimakasih ya sudah begitu sabar dengan Tara, aku tahu awalnya kamu juga kesulitan." ucap Aditya pelan seolah tengah berbicara pada dirinya sendiri.

Alya tersenyum, perasaan yang aneh itu seolah kembali muncul dan ia tengah berusaha untuk mengendalikannya, "Kadang yang kita butuhkan cuma waktu dan kesabaran. Tara hanya butuh tahu bahwa dia nggak sendiri, tuan."

Aditya menatap Alya sejenak. Meskipun ia merasa canggung dan tak sepenuhnya nyaman dengan percakapan ini, ia tak bisa mengabaikan kenyataan bahwa Alya benar. Ia mulai menyadari bahwa dalam perannya sebagai ayah, ia mungkin telah melewatkan banyak kesempatan untuk terhubung dengan anaknya.

 

"Jika kamu tidak keberatan, kamu bisa memanggilku dengan nama saja, itu sedikit lebih relaks."

Alya yang mendengar hal itu pun terdiam sejenak, seolah tengah mencerna apa yang baru ia dengar, "Maksud, tuan....,"

"Jangan salah faham, aku hanya ingin saat kita bersama Tara, kita tidak begitu canggung." dengan cepat Aditya menjelaskan, seolah takut jika Alya akan berpikir macam-macam.

Alya hanya mengangguk, "Jadi karena Tara!?" gumamnya pelan.

"Memang kamu pikir apa?" tanya Aditya sambil mengerutkan keningnya.

 

Alya tersenyum kecil, "Jangan khawatir, ADITYA. Semua akan berjalan dengan baik. Tara hanya butuh waktu dan perhatian."

Aditya memandang Alya sejenak, ada perasaan aneh yang mulai muncul dalam dirinya. Mungkin, selama ini, ia terlalu fokus pada pekerjaan dan melupakan betapa pentingnya untuk berinvestasi dalam hubungan keluarga. Alya, meskipun baru datang ke hidupnya, kini mulai menjadi bagian penting dalam perjalanan itu.

 

Bersambung

Happy reading

1
yuning
semangat Alya
yuning
ada yang mencair
yuning: hatiku say 😁
Tri Ani: tapi bukan es, apa tuhhhh😁
total 2 replies
yuning
aku ikutan menghangat
yuning
waalaikumsalam,sama sama Thor
Nursina
seru lanjutkan
Entin Fatkurina
so aweet
Tri Ani: makacihhhhhh
total 1 replies
yuning
calon istri idaman
yuning
menjadikan Alya istrimu solusinya
SRI JARWATI
Mama alya ....uuh pasti happy banget si tara , mwmiliki mama pengganti yg lpsmuh kasih sayang
SRI JARWATI
Semengat Tara , kamu memang anak yg cerdas.
SRI JARWATI
Bagus banget ceritanya, aqu suka
SRI JARWATI
Dasar manusia es , nyebelin
SRI JARWATI
Jangan menyerah alya , kamu pasti bisa mencairkan manusia dingin itu , semangat
SRI JARWATI
Terus semangat alya
SRI JARWATI
Semangat alya , kamu bisa
SRI JARWATI
Tuan CEO nya dingin banget ya , iihh serem
SRI JARWATI
Ceritanya bagus , selalu bikin penasaran dan menambah wawasan bagi yg belum berpengalaman
SRI JARWATI
Bagus banget cara merayunya /Good/
yuning
sarangheo
yuning
Alya calon ibu dari anak anak kamu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!