Zia harus menelan pahit, saat mendengar pembicaraan suami dan juga mertua nya, Zia tak percaya, suami dan mertua nya yang selalu bersikap baik padanya, ternyata hanya memanfaatkannya saja.
Zia tidak bisa diam saja, saat tahu sikap mereka yang sebenarnya.
"Awas kalian, ternyata kalian selama ini hanya ingin memanfaatkan aku!" gumam Zia, mencekal tangannya.
Instagram:Coretanluka65
FB:Pena Tulip
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lukacoretan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gaun cantik
Zia memutuskan tidak langsung pulang ke rumahnya, Zia pergi restoran.
"Benar-benar memalukan, untung saja aku tidak menerima cinta kak Arka," ucap Zia, ia masih mengingat saat melihat Arka dengan wanita itu.
"Tapi dia kenal dengan Kak Roy, apa dia teman mereka," gumam Zia. "Tapi bodo amat, aku tidak peduli," lanjut Zia lagi.
"Bu, selama sebulan ini, omset restoran terus bertambah," ucap Sera, manager keuangan direstoran milik Zia.
"Kerja bagus Sera, jangan lupa kasih bonus untuk semua karyawan disini," kata Zia.
"Sesuai dengan perintah ibu, saya selalu memberikan bonus kepada semua karyawan, saat mereka gajian," jawab Sera.
"Kamu memang bisa di andalkan," ujar Zia senang.
"Saya akan melakukan pekerjaan sebaik mungkin, dan berusaha tidak mengecewakan ibu," kata Sera.
"Terima kasih Sera!" ucap Zia tersenyum.
"Sudah tugas saya, kalo gitu saya kembali bekerja ya, bu," pamit Sera.
"Baiklah," jawab Zia.
Zia duduk sendiri, menatap kearah luar, bagunan restoran Zia memang full kaca, jadi pengunjung bisa melihat suasan luar, saat sedang makan..
"Memang benar, perempuan yang beruntung dalam keluarga, pasti tidak akan beruntung dalam urusan percintaan.." Zia menutup wajahnya kesal.
Tapi saat Zia melihat kearah luar, Zia melihat pemandangan yang begitu memilukan, dimana seorang wanita paruh baya yang sedang mencari makan di tempat sampah.
"Nenek, jangan memakan itu.." teriak Zia, ia langsung menemui seorang wanita yang sudah tidak muda lagi itu.
"Jangan nek, itu kotor, sudah tidak layak dimakan," kata Zia.
"Aku lapar, sudah dua hari tidak makan," ucap sang nenek.
"Nek ayo masuk, di dalam ada makanan buat nenek," ajak Zia.
"Tapi, pakaian ku sangat kotor," kata nya.
"Tidak apa-apa, ayo masuk," ajak Zia tersenyum.
Dengan sedikit tenaga yang ia punya, ia mengukuti langkah Zia.
"Pelayan, bawakan semua jenis makanan kesini," titah Zia.
"Baik bu, pesanan ibu akan segera sampai," jawab sang karyawan.
"Nenek minum dulu," kata Zia, menyodorkan minuman yang tidak sempat ia minum.
Ia meminum dengan satu tegukan.
"Nenek namanya siapa?" tanya Zia.
"Nenek Karmila.."
"Aku Zia, nek," ucap Zia mengenalkan diri.
Setelah menunggu beberapa menit, akhirnya makanan sudah jadi.
"Silahkan makan nek," kata Zia.
"Jangan sungkan, ini gratis ko," lanjut Zia.
Nenek Karmila langsung memakannya dengan lahap, karena ia sudah sangat kelaparan.
"Kasihan sekali," gumam Zia.
Zia hanya melihat nenek Karmila makan.
Setelah menunggu beberapa saat, nenek Karmila meyudahi makannya, karena sudah kenyang.
"Terima kasih, nak Zia," ucap nenek Karmila.
"Sama-sama nek," jawab Zia, tersenyum bahagia.
"Kalo boleh tahu, kemana anak-anak nenek, kenapa nenek sendiri?" tanya Zia.
"Nenek tidak memiliki anak," jawab nenek Karmila.
"Suami nenek dulu berselingkuh, menghamili wanita lain, lalu nenek ditinggalkan begitu saja," lanjut nenek Karmila.
"Cerita nenek persis dengan kisah hidup aku, aku juga baru diselingkuhi sama mantan suamiku," kata Zia.
"Sudah bercera" tanya nenek Karmila.
"Sudah," jawab Zia.
"Jangan terpuruk, berbahagialah, lanjutkan kehidupanmu, jangan sampai kamu terpuruk sampai tua, dan menyesal," ucap nenek Karmila.
Zia mengangguk.
"Rumah nenek dimana?" tanya Zia.
"Saya tidak memiliki rumah," jawab nenek Karmila.
"Lalu, selama ini, nenek tinggal dimana?" tanya Zia.
"Dimana saja, yang penting tidak kehujanan," jawab nenek Karmila.
"Kalo nenek mau, disini ada kamar kosong, biasanya suka dipakai sama karyawan yang lembur," ucap Zia.
"Tidak, sudah di kasih makan saja, nenek senang," ucap nenek Karmila.
"Tapi aku tidak bisa membiarkan nenek pulang dalam keadaan begini, apalagi nenek tidak memiliki tempat tujuan," ujar Zia.
"Kenapa kamu sangat baik nak," ucap nenek Karmila.
"Selagi aku bisa melakukan kebaikan itu, akan aku lakukan," jawab Zia.
"Nenek mau ya, tinggal disini," pinta Zia, karena ia merasa kasihan dengan nenek tua itu.
"Bagaimana kalo nenek kerja disini, jadi tukang cuci piring juga tidak apa-apa," kata nenek Karmila.
"Berdoa sekali aku memperkerjakan nenek," jawab Zia.
"Nenek yang meminta, biar nenek ada alasan tinggal disini," kata Nenek Karmila.
"Tapi jangan kerja yang berat-berat ya nek," ucap Zia.
Lalu Zia menyuruh orang yang suka bersih-bersih, agar menyiapkan kamar untuk nenek Karmila..
Setelah beres, Zia mempersilahkan nenek Karmila masuk kedalam kamarnya.
"Nak Zia, terima kasih," ucap nenek Karmila tersenyum, ia sangat beruntung sekali bisa bertemu dengan Zia, sekarang ia tidak hidup luntang-lantung di jalanan lagi.
"Semoga nenek betah tinggal disini, ya," ucap Zia.
"Nenek akan betah, di berikan tempat tinggal juga sudah membuat nenek bahagia, entah bagaimana nenek membalaskan kebaikan dirimu," kata nenek Karmila.
Zia tersenyum, meskipun ia sedang merasakan rasa sakit dalam hatinya, tapi ia merasa senang karena bisa menolong orang lain.
"Aku akan datang setiap hari kesini," ucap Zia.
"Tidak hanya cantik, tapi juga baik, semoga kebahagiaan selalu mendatangimu," kata nenek Karmila.
Zia mengangguk tersenyum.
"Kalo gitu aku pergi dulu ya nek, besok pagi aku akan kesini," pamit Zia.
"Hati-hati di jalan," ucap nenek Karmila.
Zia tersenyum, lalu meninggalkan resto, jujur ia akan ke butik langganan nya, karena ia butuh gaun untuk acara pesta pernikahan kakaknya.
Saat Zia sedang menyetir, ponselnya berdering, sontak saja Zia berhenti.
[Ada apa, kak?] tanya Zia.
[Kamu dimana?] tanya Roy, sedang mencemaskan Zia.
[Aku sedang dijalan, nanti malam aku akan pulang] jawab Zia.
Saat Roy bicara dengan Zia, tiba-tiba ponsel Roy diambil alih oleh Arka.
[Katakan, dimana kamu sekarang! Aku akan kesana] ucap Arka.
Tut...
Zia menutup ponselnya malas, karena masih kesal dengan Arka.
"Aku mau lihat, sampai mana kamu akan berjuang, mendapatkan maaf dariku," gumam Zia tersenyum sinis.
Zia melanjutkan perjalanannya, meskipun ponselnya berdering, Zia tak menghiraukannya.
Setelah satu jam lamanya, Zia sampai dibutik langganan nya.
"Selamat siang, nona Zia.." sapa seorang karyawan butik, karena mereka sudah tidak asing lagi dengan Zia.
"Ada yang bisa saya bantu, nona?" tanya nya.
"Aku membutuhkan gaun untuk acara pernikahan kakak-ku," jawab Zia.
"Boleh, kebetulan ada desain baru, dan tidak banyak kami jual, karena harganya sangat fantastis.."
"Aku mau melihatnya, siapa tau cocok, langsung aku beli," kata Zia.
Lalu Zia dibawa keruangan tersebut.
Zia melihat sebuah gaun mewah berwarna merah, dengan sedikit terbuka dibagian belakang, dan ada belahan panjang dikaki nya.
"Aku suka dengan gaun ini," ucap Zia, ia langsung jatuh cinta.
"Apa ada desain tambahan, atau mau di rubah?.."
"Tidak, aku sudah suka dengan desain seperti ini, elegan," jawab Zia.
"Baiklah, nona Zia tunggu disana ya, biar kami siapkan gaun nya.."
"Baiklah," jawab Zia...
***