Pertemuan tanpa sengaja, membawa keduanya dalam sebuah misi rahasia.
Penyelidikan panjang, menyingkap tabir rahasia komplotan pengedar obat terlarang, bukan itu saja, karena mereka pun dijebak menggunakan barang haram tersebut.
Apa yang akan terjadi selanjutnya?
Akankah, Kapten Danesh benar-benar menyerah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon moon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#14. Perjalanan Mengesankan, Part 2•
#14
“Segera masuk atau kita kehilangan jejak!!” pekik bu Maria sambil memasang seat belt.
Sebenarnya pikiran Danesh masih kalut, usai mengetahui fakta tentang Gyn, dan kini tiba-tiba ada yang mengambil alih mobilnya. Seperti kerbau dicocok hidungnya Danesh yang belum sepenuhnya fokus, hanya menurut saja ketika bu Maria menyuruhnya masuk ke mobil.
“Aku bersumpah akan mendapatkanmu kali ini,” gumam bu Maria ketika mulai menaikkan kecepatan mobil yang ia kendarai.
Sementara si pemilik mobil? Duduk pasrah dengan banyak pertanyaan benaknya.
Pedal gas mulai diinjak, nyaris tak ada kesempatan untuk sejenak menarik nafas, karena sekali lagi Danesh terjebak dalam perjalanan yang mengesankan. Walau adrenalinnya berpacu kencang, dan kedua matanya mengarah ke jalanan, namun Danesh tak punya waktu lagi untuk bertanya.
Mobil di depannya terus melaju, namun bagi bu Maria alias jelmaan sang Peony Merah itu bukan masalah, karena kali ini ia tak akan kehilangan mangsanya. “Mr. B, kita akan segera bertemu,” gumam bu Maria.
“Apa?! Mr. B? Anda mengenal Mr. B?”
“Belum, tapi ku pastikan sebentar lagi aku akan berkenalan dengannya,” jawab bu Maria tanpa mengalihkan pandangan, sepasang matanya seperti mata elang yang menandai buruannya.
Suasana jalan menjadi heboh karena kedua mobil ugal-ugalan di jalanan, tapi itu bukanlah masalah, karena Danesh membuat perjalanan mengesankan tersebut jadi semakin mudah. Ia membuka laci dashboard mobilnya, kemudian mengeluarkan lampu sirine portabel yang selalu berada di dalam mobilnya, karena Danesh kerap menggunakannya jika dalam kondisi darurat.
Mendengar suara sirine, beberapa mobil yang berasa di sekitar perlahan menyingkir, hingga akhirnya jalan terbuka lebar, membuat bu Maria bebas menaikkan kecepatan mobilnya.
Seperti sudah kehilangan rasa takut bu Maria memutar setir hingga mobil menikung tajam, jika beberapa hari yang lalu mereka melaju dalam kondisi mundur, itu saja sudah sangat ekstrim. Jadi bisa dibayangkan bagaimana dan berapa kecepatan mobil mereka saat ini.
“Good job, Kapt,” puji bu Maria.
“Aku tak butuh pujian Anda, Bu.” ujar Danesh tak acuh, karena merasa mobilnya berada di dalam kendali aman, pria itu kembali membuka sebuah laci rahasia di bawah karpet penutup dashboardnya, ia mengeluarkan sebuah senjata api. Sebelum menggunakan senjata mematikan tersebut, terlebih dahulu Danesh memeriksa peluru
Setelah mengambil ancang-ancang, Danesh mengangkat tangannya ke udara, dan …
DOR!!!
Tembakann peringatan pun Danesh lakukan, namun hal itu tak membuat mobil yang mereka kejar menghentikan pelarian, justru mobil tersebut semakin menaikkan kecepatan. Danesh melepaskan tembakann bukan untuk pamer, namun ia sepenuhnya sadar, bahwa yang mereka lakukan saat ini membahayakan pengguna jalan yang lain, walau alasannya untuk mengejar terduga pelaku kejahatan.
“Hei kenapa lewat sini?” Tanya Danesh, ketika melihat mobil hitam melaju kearah kanan, sementara bu Maria melajukan mobilnya ke arah kiri.
“Aku bisa membaca arah mereka.”
“Tapi jalan di sini belum bisa digunakan!!”
Namun bu Maria tak peduli dengan pernyataan Danesh, ia terus melaju, walau jalannya cukup sempit, karena kebetulan jalur tersebut hanya bisa dilalui satu mobil saja. “Percayakan padaku, dan aku harap mobilmu sudah diasuransikan.”
“Anda pikir aku orang susah?”
Bu Maria tersenyum miring mendengar pertanyaan Danesh, “Sombong juga ternyata, baiklah … aku suka kesombonganmu,” cetus bu Maria dengan wajah berbinar, serta kedua mata berbinar di balik kacamata yang membingkai wajahnya.
Dan detik berikutnya, bu Maria tak lagi memperdulikan kanan dan kirinya. Beberapa kali mobil milik Danesh menyerempet balok kayu, serta beberapa kardus bekas yang berada di sepanjang jalur yang mereka lalui.
Dan Danesh hanya mampu menghela nafas, tanpa bisa berbuat apa-apa, karena wanita disampingnya ini benar-benar mampu memanfaatkan situasi dan kesempatan dengan sangat baik. Bahkan Danesh harus kembali menghela nafas ketika bemper depan mobilnya menyerempet dinding bangunan ketika kembali melewati tikungan sempit.
Dan akhirnya, bu Maria membuktikan kata-katanya, karena mereka kembali bertemu dengan jalan besar, bahkan mobil Danesh dengan sengaja ia buat melintang di tengah jalan.
“Kenapa berhenti?” Tanya Danesh heran, ia sudah merelakan mobil mahalnya, jika gagal maka ia rugi berlipat-lipat.
“Sebentar lagi mereka tiba.” Bu Maria membuka seat belt kemudian turun dari mobil, ia bahkan sempat melemaskan otot-otot tubuhnya.
Danesh pun mengikuti langkah bu Maria, ia turun dari mobil dan benar saja perkataan bu Maria, karena sesaat kemudian mobil hitam tersebut datang mereka terjebak tak bisa melarikan diri bahkan putar balik pun tak memungkinkan karena jalanan yang hanya bisa dilalui satu mobil saja.
Danesh sudah mengarahkan senjata apinya ke roda mobil, dan
Dor!!
Dor!!
Sepasang roda depan kempes seketika, setelah timah panas menembusnya keduanya, dan praktis mobil tersebut tak dapat lagi melarikan diri.
Tak hanya Danesh, ternyata bu Maria pun membawa senjata api, wanita itu pun mengarahkan senjata apinya ke mobil yang baru saja berhasil mereka hadang.
Keduanya berjalan mendekat dengan langkah pelan, berjaga-jaga jika para penumpang mobil misterius tersebut melarikan diri.
“Buka!” perintah Danesh pada si pengemudi, agaknya mereka benar-benar terjebak situasi, mereka tidak menyangka jika hari ini akan ada orang yang memergoki aksi mereka, bahkan berhasil mengejar.
Pintu terbuka perlahan, ada tiga orang pria di dalam mobil, ketiganya keluar dengan kedua tangan terangkat di atas kepala.
Danesh sedang mengeluarkan borgol dari saku celana jeansnya, namun pria berkaos putih tiba-tiba bergerak melakukan perlawanan. Ia menendang lengan kanan Danesh, hingga senjata api di tangannya terpental ke kolong mobil. Namun ketika hendak melarikan diri, bu Maria menghadiahinya dengan sebuah tendangan di punggung, hingga pria itu tersungkur ke jalanan.
Bu Maria meletakkan salah satu lututnya di punggung pria berkaos putih, “Katakan siapa yang memerintahkanmu.”
“Aku tidak tahu.” Ditengah keadaan terjepit, pria itu tetap enggan membuka mulutnya. Hingga bu Maria kembali menambah tekanan di punggung pria tersebut, hingga ia berteriak keras. “Aaaaaaarg … “ sementara berteriak, kedua tangannya memukul lantai tempatnya tengkurap saat ini.
Di tempat yang sama pula, kedua teman pria itupun nekat melakukan hal yang sama, namun Danesh tak tinggal diam, hingga perkelahian singkat pun berlangsung. Bagi Danesh yang kemampuan berkelahinya setara dengan 6 orang pria, melawan dua pria tak berarti apa-apa, karena dalam waktu singkat ia mampu mampu membuat kedua lawannya babak belur.
Dan akhirnya dari mulut salah satu pria itu pun keluar salah satu nama, “Madame Vivi.”
Danesh dan bu Maria saling pandang, “Madame Vivi …” gumam Danesh.
“Pemilik toko barang antik?” Bu Maria bertanya.
“I … Iya. Wajahnya memang manis dan lembut, tapi di balik senyumnya, dia adalah seorang wanita berhati dingin dan kejam.”
Setelah mendapatkan satu nama penting, Danesh segera menghubungi Letnan Hadi agar menjemput para tersangka, yang diduga menghilangkan nyawa Gyngyn.
Semangaaaat 💪