"Jika kamu masih mengaggap Paman, seperti keluargamu. Maka jangan mau menerima lamaran dari Alvin. Karena dia bukan lelaki yang baik untukmu." ungkap Danu paman dari Fira.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muliana95, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kenapa Bu?
Flashback
"Aku mencintai Bang Alvin Ayah. Aku mencintainya." isak Raya. Saat Danu mengatakan kalau Asma menyuruhnya ke rumah, sebab ingin membicarakan tentang Alvin, yang hendak melamar Fira.
"Raya, kamu sadar Raya. Alvin itu pacar sepupumu sendiri." bentak Danu.
"Ayah yang harus sadar. Dari aku kecil, aku selalu dituntut untuk berbagi dengan Fira. Bahkan aku harus membagi kasih sayang dari kalian berdua. Aku ikhlas Yah, sungguh aku ikhlas. Tapi, jika sampai Bang Alvin dan Fira menikah, jangan salahkan aku, jika nanti Ayah akan kehilanganku untuk selamanya." cerca Raya dengan isakan.
"Raya ..." Marni langsung memeluk putri semata wayangnya. Karena dia takut, pada ancaman Raya.
"Bu, aku ingin Bang Alvin Bu. Aku mencintai Bang Alvin." lagi, Raya meminta permintaan yang tidak masuk akal menurut Danu.
"Aku sudah berkorban terlalu banyak untuk Fira Bu, aku bahkan tidak cemburu, saat kalian membelikannya baju yang sama denganku. Aku bahkan tidak cemburu saat kalian memberikan dia sekolah di tempat yang sama denganku." ujar Raya.
"Tapi, itu semua kewajiban Ayah Raya. Ayah selaku wali dari Raya, berhak untuk menjaganya." sahut Danu.
"Berarti Ayah juga berhak untuk membatalkan lamaran itu. Bukankah Ayah wali dari Fira?"
"Ayah gak bisa, Fira dan Nak Alvin saling mencintai." tekan Danu.
"Berarti, Ayah lebih rela kehilanganku? Baiklah." Raya langsung melepaskan pelukan Ibunya dan berlari ke arah dapur.
Marni yang panik, pun, mengikuti Raya.
"Istighfar nak, istighfar ... Ayah, Ayah." teriak Marni.
"Ayah lebih sayang Fira kan? Maka, Ayah siap untuk kehilanganku." ucap Raya seraya meletakan pisau dapur di nadi tangannya.
"Ayah, Ibu mohon Yah. Selamatkan anak kita. Selamatkan Raya." mohon Marni dengan tangisan yang menyayat hati.
"Baiklah, baiklah. Ayah akan membatalkannya demi kamu. Ayah akan membatalkannya." seru Danu. Dia takut, jika putri kesayangannya beneran bunuh diri.
Mendengar penuturan dari Ayahnya. Raya langsung menjatuhkan tubuhnya. Begitu juga dengan pisau yang ikut jatuh ke lantai.
Marni langsung mendekati putrinya, seraya membuang jauh-jauh pisau yang berada di lantai tersebut.
"Berjanjilah, Ayah."
"Ayah janji, Ayah akan membatalkan lamaran mereka." ungkap Danu. Kemudian pergi meninggalkan anak dan istrinya.
Setelah mengungkapkan keberatan dan ketidaksediaannya pada Fira. Besoknya Danu langsung menemui keluarga Alvin.
"Sebelumnya, perkenalkan saya Paman dari Fira, sekaligus wali dari Fira, meminta maaf sebesar-besarnya. Karena Fira menolak acara lamaran ini." ungkap Danu menarik napas dalam.
"Apa, gak mungkin." seru Alvin terkejut.
"Alasannya apa?" tanya Hendra. Ayah dari Alvin.
"Alasan Fira adalah, dia gak mau terikat dengan pernikahan terlalu awal. Karena dia ingin membahagiakan Ibunya terlebih dahulu. Lagipula, dia merasa kalian berdua gak cocok." ungkap Danu dengan segala kebohongannya.
"Itu bukan sebuah alasan yang jelas Paman. Aku gak terima, dengan alasan Fira." ujar Alvin menahan amarah. Bahkan sekarang dia mengepal erat tangannya.
"Aku sebagai Pamannya hanya bisa menyampaikan. Dan Fira juga berpesan. Jangan pernah lagi menghubunginya. Biar akulah yang jadi, pembawa beritanya untuk terakhir kalinya." ujar Danu.
"Ini gak bisa. Ini sebuah penghinaan Alvin. Kamu tinggalkan dia. Apa dia gak sadar, dia itu gadis miskin. Harusnya dia bersyukur, bisa dilamar sama kamu." berang Hendra tidak terima.
Sedangkan Ratih, Mama dari Alvin hanya menunduk sedih dan juga kecewa. Pasalnya dia sangat menyukai dan menyayangiku Fira. Dia juga kurang yakin, dengan ucapan Danu. Namun, dia gak berani berkomentar apapun. Apalagi, saat melihat suaminya merasa terhina.
"Aku harus menanyakan ini langsung sama Fira. Aku gak terima." ucap Alvin bangkit.
"Jangan pernah hubungi Fira lagi Nak Alvin. Dia sudah menyampaikan penolakan melalui saya." ujar Danu menghentikan langkah Alvin.
Sebenarnya Danu takut, jika nanti Fira mengatakan hal yang sebenarnya.
"Alvin, kembali kesini. Jangan pernah kamu coba-coba menghubungi gadis tak tahu diri itu. Seharusnya kamu bersyukur, karena belum melamarnya. Jadi, kamu berkesempatan untuk mencari gadis lain yang lebih baik darinya." ujar Hendra dengan suara yang tegas.
"Maaf, jika saya lancang Pak. Saya juga mempunyai seorang anak gadis, yang sudah siap dinikahi. Barang kali, Nak Alvin suka." ujar Danu ragu-ragu.
Hendra langsung beralih menatap Danu.
"Siapa Raya?" tanya Alvin. Karena dia tahu, jika Danu merupakan Ayah dari Raya.
Alvin juga beberapa kali, pernah bertemu dengan Raya. Saat Raya, menemani Fira tentunya.
"Raya? Yang pernah mampir kesini?" tanya Hendra memastikan pada Alvin.
"Iya Yah." sahut Alvin.
"Boleh juga tuh, biar sekalian kamu balas sakit hatimu sama Fira. Dia kira, kamu gak bisa mendapatkan gadis lain." ujar Hendra tersenyum sinis.
"Ta-tapi kami tidak saling mencintai Ayah." ralat Alvin.
"Cinta akan tumbuh, saat kita sering bersama Alvin. Dan sudah seharusnya, kamu mencintai istrimu nantinya. Dan lupakan gadis miskin itu." tekan Hendra.
"Baik lah." sahut Alvin mematuhi Ayahnya.
"Baiknya kita lakukan acara lamaran, seperti rencana sebelumnya." ujar Hendra.
"Jangan, bukan apa. Kami belum siap apapun. Bagiamana dengan dua minggu ke depan?" tawar Danu.
Akhirnya mereka semua menyetujui tawaran dari Danu. Kecuali Ratih, sejak tadi dia hanya diam saja. Tidak ikut berkomentar, karena ada suaminya yang mendominasi.
flashback off.
...🍁🍁🍁🍁🍁...
Ratih menatap sendu kearah Fira yang menjatuhkan air matanya. Sedangkan Hendra dan Alvin, puas membuat Fira menangis di hari bahagia Alvin dan Raya. Setidaknya, mereka bisa membalas sedikit sakit hati, dengan melihat air mata dari Fira.
"Ayo," ajak Raya menarik tangan Fira.
"Kenapa?" gumam Fira mengangkat wajah, menatap dalam ke arah Raya.
"Bukannya, kamu ikhlas?" Raya menyunggingkan senyuman sinis. Senyuman yang tidak pernah Fira lihat sebelumnya.
Fira langsung berlari ke dapur, saat melihat senyum aneh dari sepupunya itu.
"Ibu, ayo kita pulang." ajak Fira menarik tangan Ibunya.
"Tapi ini, kamu kenapa?" tanya Asma melihat Fira menangis.
"Pulang Bu." paksa Fira dengan tatapan memohon.
Asma pun, mengikuti langkah kaki anaknya yang buru-buru. Dia ingin bertanya apa yang terjadi. Namun, niatnya diurungkan sampai mereka sampai ke rumah.
"Kenapa?" tanya Asma lembut, begitu sampai rumah.
"Yang melamar Raya, adalah Bang Alvin Bu." isak Fira memeluk erat Ibunya.
"Apa?" Asma terkejut tak percaya.
"Padahal, alasan yang tepat Paman menolak Bang Alvin adalah, karena dia ingin Raya yang bersama Bang Alvin Bu. Sebab Raya telah lama mengidamkan Bang Alvin Bu." ujar Fira dengan tangisan yang menyayat hati. Sedangkan Asma mematung mendengar penuturan anaknya.
"Kenapa Bu, kenapa Paman tega?" tanya Fira. Tentu saja Asma sendiri, tidak tahu jawabannya.