NovelToon NovelToon
Melepaskan Diri Dari Jiwa Manusia Serigala

Melepaskan Diri Dari Jiwa Manusia Serigala

Status: sedang berlangsung
Genre:Manusia Serigala / Cinta Beda Dunia / Dunia Lain / TKP
Popularitas:815
Nilai: 5
Nama Author: husna_az

"Aku akan melakukan apa pun agar bisa kembali menjadi manusia normal."

Niat ingin mencari hiburan justru berakhir bencana bagi Vartan. Seekor serigala menggigit pergelangan tangannya hingga menembus nadi dan menjadikannya manusia serigala. Setiap bulan purnama dia harus berusaha keras mengendalikan dirinya agar tidak lepas kendali dan memangsa manusia. Belum lagi persaingan kubu serigalanya dengan serigala merah, membuat Vartan semakin terombang-ambing.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon husna_az, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 22

Vartan baru saja sampai di tempat parkir, tiba-tiba Kirana dan Vidya menghampirinya. Dia mencari keberadaan Ayara yang biasanya selalu bersama dengan kedua gadis itu, tetapi kini tidak terlihat.

"Vartan, kemarin kamu mengajak Ayara ke mana? Sampai-sampai dia jatuh sakit dan tidak datang hari ini," tanya Kirana membuat Vartan terkejut dan bingung.

Kemarin Ayara dalam keadaan baik-baik saja saat dia mengantar pulang. Bahkan saat turun dari motornya juga tidak ada tanda-tanda sakit. Kenapa sekarang tiba-tiba saja terdengar sakit?

"Ayara sakit? Sakit apa? Kemarin baik-baik saja," tanya Vartan.

"Kalau aku tahu, aku tidak akan menanyakannya sama kamu. Kemarin kamu mengajak dia ke mana saja?"

"Aku hanya mengajaknya jalan-jalan di pantai, itu saja."

"Ada apa ini? Kenapa rame-rame?" tanya Harya yang baru saja datang bersama dengan Tamaz dan Asif.

"Ini, Kirana bilang Ayara sakit padahal kemarin dia baik-baik saja saat pergi sama gue," jawab Vartan.

"Kalian pulang jam berapa kemarin? Mungkin Haira masuk angin," sela Asif.

"Kalau cuma masuk angin nggak mungkin dia masuk rumah sakit."

"Apa! Rumah sakit!" teriak Vartan dan juga ketiga temannya secara bersamaan.

"Barusan mamanya kirim pesan, katanya Ayara masuk rumah sakit tadi pagi. Semalam katanya tubuhnya menggigil dan tadi pagi tidak sadarkan diri. Keluarganya segera membawanya ke rumah sakit."

Vartan jadi gelisah. Dia dan Ayara kemarin tidak pergi ke mana-mana, hanya ke pantai saja. Sebelumnya mereka juga pernah ke sana dan Ayara baik-baik saja. Tiba-tiba pemuda itu teringat kejadian 'itu'.

Apakah mungkin Ayara sakit hanya karena 'itu'? Apa sebegitu dahsyatnya pertemuan perasaan antara bangsa serigala dan manusia, hingga saat melakukan hal yang lebih akan berdampak buruk bagi manusia itu sendiri.

"Ayara ada di mana? Di rumah sakit mana?" tanya Vartan dengan memegang kedua pundak gadis di depannya.

Kirana pun menyebutkan sebuah nama rumah sakit yang tidak jauh dari rumah Ayara. Vartan pun mengangguk dan segera meninggalkan kampus. Teman-temannya tidak ada satupun yang melarang karena tahu saat ini pemuda itu sedang khawatir. Mereka pun juga sama, tetapi tidak mungkin meninggalkan kampus sekarang karena sebentar lagi ada kelas.

"Apa tidak apa-apa dia pergi disaat seperti ini?" tanya Asif sambil memandangi Harya dan Tamaz bergantian.

"Biarkan saja, percuma juga di dalam kelas, nanti dia juga nggak akan fokus," sahut Tamaz yang kemudian pergi meninggalkan teman-temannya lebih dulu.

Harya pun menarik Asif agar temannya itu mengikutinya. Kirana memandangi kepergian ketiga pemuda itu dengan pandangan rumit.

"Ada apa? Kenapa kamu memandangi mereka seperti itu? Apa ada sesuatu?" tanya Vidya yang juga ikut memperhatikan ketiga pemuda tadi.

"Aku hanya heran dengan Tamaz. Dia orangnya dingin sekali dan irit bicara. Dia juga tidak pernah dekat dengan orang lain selain ketiga temannya itu. Apa dia normal, ya?"

"Maksudmu?"

"Di antara mereka hanya Tamaz yang tidak pernah berpacaran, bahkan dekat dengan wanita saja dia seperti alergi. Aku ragu apa dia benar laki-laki normal atau tidak."

"Kamu jangan bicara sembarangan! Kalau Tamaz dan yang lainnya mendengar pasti akan sangat marah padamu," seru Vidya sambil melirik ke kanan dan kiri, khawatir akan ada yang mendengar dan melaporkannya pada Tamaz.

"Dia setiap hari juga selalu marah. Saat sedang bercanda juga suaranya seperti orang yang sedang marah. Apa kamu pernah lihat dia tertawa? Enggak, kan?"

"Iya juga sih. Aku hanya pernah melihat dia tersenyum. Itu pun hanya sekilas."

"Kapan? Kok aku tidak pernah melihatnya," tanya Kirana yang begitu penasaran.

"Waktu di acara ulang tahun Asif. waktu itu kamu nggak datang, aku lupa waktu itu kamu kenapa nggak bisa datang."

"Oh, hari itu, sayang sekali aku tidak bisa melihatnya."

"Kenapa kamu penasaran sekali dengan Tamaz? Jangan-jangan kamu memiliki perasaan terhadapnya," goda Vidya.

"Mana ada! Aku hanya penasaran saja dengan Tamaz. Kamu jangan buat gosip. Sudahlah, ayo kita masuk! Sebentar lagi dosen akan datang."

***

Vartan melajukan motornya menuju rumah sakit, di mana saat ini Ayara sedang dirawat. Dia benar-benar khawatir dengan keadaan gadis itu. Pemuda itu tidak menyangka jika semua ini akan jadi seperti ini. Vartan pikir Ayara akan dalam bahaya saat mereka menikah saja, tapi ternyata dengan melakukan kontak fisik pun juga akan berakibat fatal.

Motor yang dikendarai Vartan pun akhirnya sampai juga di rumah sakit. Pemuda itu segera bertanya pada resepsionis di mana ruangan Ayara dirawat. Segera dia mencari ruangan tersebut. Begitu sampai Vartan masuk begitu saja tanpa permisi. Ternyata ada kedua orang tua gadis itu juga di sana. Dua jadi merasa malu karena main masuk begitu saja tanpa mengetuk pintu.

"Tante, Om, maaf saya buru-buru jadi main masuk begitu saja. Bagaimana keadaan Ayara?"

"Dia baik-baik saja. Tadi dokter juga sudah memeriksanya. Nggak tahu kenapa tiba-tiba saja dia sakit seperti ini, membuat kami khawatir saja. Dokter juga bilang dia tidak apa-apa, hanya kelelahan saja. Entah kegiatan apa saja yang dia lakukan di kampus sampai membuatnya seperti ini."

Vartan tersenyum canggung, dia melihat ke arah Ayara. Gadis itu juga hanya tersenyum menanggapi ucapan mamanya. Namun, dari sorot matanya seolah memberi pertanda, Vartan yakin ada sesuatu yang disembunyikan Ayara.

"Ma, Pa, sebaiknya kalian pergi saja cari sarapan, biar Vartan yang menemaniku di sini. Papa dan Mama juga pasti sudah lapar," ujar Ayara.

"Iya, Om, Tante, biar saya yang menemani Ayara di sini. Maaf saya ke sini terburu-buru, jadi nggak bawa makanan atau apa pun," ucap Vartan sambil tersenyum canggung, malu juga karena datang dengan tangan kosong, tidak membawa apa-apa.

"Kamu sudah mau datang ke sini saja sudah membuat Tante dan Om bahagia," sahut mamanya Ayara dengan lembut.

"Ma, ayo kita pergi saja! Mumpung ada Vartan yang menjaga Ayara," sela papanya Ayara.

"Ya sudah, kalian berdua berbincanglah. Kami akan keluar sebentar."

Vartan dan Ayara sama-sama mengangguk. Kedua pasangan paru baya itu pun segera meninggalkan ruang rawat putrinya.

"Bagaimana keadaan kamu? Apa ada yang masih sakit?" tanya Vartan yang kemudian duduk di kursi yang tadinya ditempati oleh ibunya Aira.

"Sudah lebih baik. Kamu tahu dari mana kalau aku ada di sini?"

"Tadi aku nggak sengaja ketemu sama Kirana. Dia yang bilang kalau kamu ada di rumah sakit. Aku khawatir makanya langsung ke sini sini," jawab Vartan yang diangguki oleh Ayara.

"Kamu pasti tahu 'kan alasan kenapa aku bisa dirawat di sini?"

Vartan mengerutkan keningnya dan menatap ke arah Ayara. "Aku ke sini juga karena ingin bertanya."

"Justru aku yang ingin menuntut pertanggungjawaban sama kamu. Kenapa aku bisa jadi seperti ini? Sejak saat aku menci*mmu di pantai, aku merasakan sesuatu yang aneh dalam diriku. Kemarin aku berusaha untuk menutupinya karena berpikir mungkin aku sedang tidak baik-baik saja. Namun, semakin lama aku juga semakin yakin jika memang ada yang salah dalam diriku dan penyebab adalah kamu. Apa kamu menyembunyikan sesuatu dariku?"

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!