Arra sangat tahu bahwa pernikahannya dengan Erzan Harold hanyalah sebuah kontrak pernikahan.
Untuk mendapatkan kehidupannya kembali, dia meninggalkan putrinya yang baru lahir dan mengganti wajah serta identitasnya.
Arra kira hubungan mereka berakhir malam itu, namun siapa sangka tuan muda Harold terus mencarinya.
Mampukah Erzan menemukan Arra? bukan hanya demi Eleanor anak mereka, tapi juga dia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
FLW BAB 29 - Membenahi Niat
Hari berlalu.
Semalam saat Eleanor menangis, terdengar pula di telinga Argus dan Miya. Setelah Eudora pergi, mereka berdua masih tetap tinggal disini.
Saat Erzan pergi keluar, Argus dan Miya akan mendatangi sang cucu, mencurahkan semua kasih sayang yang masih tersimpan.
Tangis yang dikeluarkan oleh Eleanor membuat mereka iba, membuat Miya dan Argus tak sabar rasanya untuk menemukan Arra.
"Pa, apa pencarian Arra belum ada titik terang?" tanya Miya. Mereka berdua sudah berada di meja makan sementara Erzan dan Eleanor belum turun.
"Belum Ma, tidak ada satupun petunjuk, terakhir ditemukan hanya ponsel Arra yang sudah hancur."
"Apa tidak ada cctv jalanan."
"Disana tidak ada, hanya ada beberapa mobil yang masuk ke jalan itu."
"Mobil?"
Argus mengangguk.
"Apa Arra ikut salah satu mobil itu?"
"Tidak, yang aku dan Erzan curigai adalah mobil ambulans dari Rumah Sakit Royal Dude. Tapi setelah diperiksa tidak ada juga pasien bernama Arra di rumah sakit itu."
Argus membuang nafasnya pelan, semakin dia cari seolah Arra semakin jauh untuk dicapai.
Sementara Arra adalah satu-satunya orang yang bisa membuat Erzan memaafkan mereka.
"Kita pancing saja menggunakan Eleanor Pa, pasti Arra akan keluar," ucap Miya setelah beberapa saat ada hening yang tercipta.
Argus menatap istrinya, belum paham apa maksud Miya.
"Bagaimanapun Arra adalah seorang ibu, dia pasti memikirkan anaknya. Kita buat saja berita bohong, katakan jika Eleanor sakit dan membutuhkan pertolongan cepat, pasti Arra akan keluar dengan sendirinya."
Dan mendengar itu bukannya senang Argus malah memasang wajah tak suka, mengunakan Eleanor sebagai Alat baginya adalah sebuah kesalahan.
"Jangan macam-macam kamu, ucapan mu itu seperri doa. Aku tidak akan membiarkan Eleanor sakit."
"Ini kan hanya bohong Pa."
"Sudah diamlah! bukannya memberi solusi malah membuatku pusing."
Argus pergi dari sana, meninggalkan istrinya yang tergugu.
Beberapa detik setelah argus pergi Erzan pun datang ke meja makan dengan menggendong Eleanor.
"Biar Mama gendong El, Zan. Kamu makanlah."
"Tidak perlu, ini sama sekali tidak menyulitkan ku," tolak Erzan, membuat Miya menelan ludahnya dengan kasar.
Dia hanya bisa duduk disana dan menyaksikan kedekatan antara Erzan dan Eleanor. Dia sungguh rindu pada cucunya itu, hanya bisa melihat namun tidak bisa menyentuh.
Ada sesak dihati Miya yang coba dia sembunyikan. Dalam hatinya mulai terbesit perasaan bersalah luar biasa pada Arra.
Seolah kini dia ingin membenahi niat yang ada dalam hatinya.
Dia ingin menemukan Arra bukan hanya karena demi mendapatkan maaf dari Erzan, namun demi keutuhan keluarga mereka.
Selesai Makan Erzan memberikan Eleanor pada Anya, sang pengasuh. Dan melihat itu Miya hanya mampu tersenyuk kecut. Erzan benar-benar tidak menganggap dia ada.
Setelah itu Erzan pergi, namun belum jauh kakinya melangkah, terdengar namanya di panggil oleh sang ibu.
"Erzan!"
Sontak Erzan menghentikan langkah, berbalik dan melihat ibunya sudah berdiri di hadapan.
"Ada yang ingin mama katakan." ucap Miya dengan tatapannya yang serius, nampak sayu dan begitu dalam.
"Katakan."
"Maafkan mama dan papa, Zan."
Erzan terdiam, cukup terkejut ketika mendengar ibunya mengucapkan kata maaf.
Untuk apa? tapi Erzan tak bersuara, masih menunggu ibu nya menyelesaikan ucapan.
"Maaf, karena selama ini mama dan papa selalu menekan Arra."
Kedua mata Erzan mendelik.
"Apa maksud Mama?"
5 bulan sejak Erzan pergi meninggalkan Arra. Argus, Miya dan Eudora sering datang ke rumah ini.
Dan tiap kali datang, mereka akan selalu menyiksa Arra dengan kata-kata kasar.
"Apa yang kalian katakan?"
"Setelah bayi itu lahir, Arra akan kamu buang."
Mendengar itu, kedua tangan Eezan terkepal kuat. Selama ini yang dia yakini adalah Miya dan Argus hanya mendampingi Arra. Bukannya memberikan tekanan.
"Mama sangat yakin karena itulah Arra pergi, maafkan mama Ar." pinta Miya, mulai ada air bening yang mengalir di kedua matanya.
ngapain jd lemah lagi
erzan bego juga ngapin diam aj si dora tinggal d rmh nya