Di sekolah, Dikta jatuh hati pada gadis pengagum rahasia yang sering mengirimkan surat cinta di bawah kolong mejanya. Gadis itu memiliki julukan Nona Ikan Guppy yang menjadi candunya Dikta setiap hari.
Akan tetapi, dunia Dikta menjadi semrawut dikarenakan pintu dimensi lain yang berada di perpustakaan rumahnya terbuka! Pintu itu membawanya kepada sosok gadis lain agar melupakan Nona Ikan Guppy.
Apakah Dikta akan bertahan dengan dunianya atau tergoda untuk memilih dimensi lain sebagai rumah barunya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yellowchipsz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertengkar dengan Mama
...٩꒰。•‿•。꒱۶...
...𝙏𝙐𝘼𝙉 𝙆𝙐𝘿𝘼 𝙇𝘼𝙐𝙏 & 𝙉𝙊𝙉𝘼 𝙄𝙆𝘼𝙉 𝙂𝙐𝙋𝙋𝙔...
...© Yellowchipsz...
...—Dia kupilih sebagai sahabat karib, bukan untuk pendamping.—...
...꒰✩'ω'ૢ✩꒱...
20.05 🌛
Malam berselimut dingin yang tak berlebih kala ini. Raga membutuhkan hangatnya kasih diiringi rindu menguasai gadis yang baru selesai memberi makan sekawanan ikan guppy miliknya. Akuarium dengan skala medium itu adalah istana cantik bagi keluarga ikan dengan corak sisik ular—jenis langka.
"Papa, aku nggak telat 'kok ngasih makan mereka," gumam Saila berkaca-kaca, diiring tatapan membilang satu per satu makhluk kecil yang dicintai mendiang papanya semasa hidup.
Usai memberi pelet/pur untuk guppy-guppy kecil itu, Saila menghampiri bangku cokelat tua untuk menghadapi sang Piano. Dia menikmati permainan pianonya sendiri yang makin mumpuni. Tuts putih dan hitam disapa oleh jemari mungilnya yang bisa kalem dan liar bergantian.
Berhenti sejenak, diam-diam Saila sudah mengantongi smartphone mamanya untuk sesuatu karena miliknya masih disita Arjuna. Saila dengan senyum tersipu menatap layar smartphone yang sedang dipenuhi dengan foto Dikta yang mana dia pantau melalui akun media sosial @co0kelatata yakni milik Dikta.
"Dikta ganteng banget! Gantengnya tuh unik," gemas Saila menempelkan sebentar pipinya pada layar bergambar cowok impiannya itu.
Saila tertawan berkali-kali atas keindahan jasmani Dikta yang bertebar peluh sisa-sisa metabolisme. Memonitor potret raga tan manis dengan gurat atletis yang dibaluti baju oblong hitam, membuat Saila gerah sekaligus memuji pahatan elok itu. Sosok Dikta sudah mengakar pada kalbu halusnya dan kelogisan pikirnya.
"Hihi!" tawa Saila geli. Dia membaca beberapa komentar konyol pada foto Dikta yang diramaikan oleh Puri, Lingga, pak Satria, dan lainnya.
>>>•
[Foto] @co0kelatata
43 Komentar ...
puriradea tata susu cokelat terganteng sebumi sesurga 🌝
linggajorell ehm!!! @puriradea pulang, ayang! 😤
satriaarlan foto ini pasti sudah diedit pakai aplikasi remono dua puluh kali! ngaku nggak kamu, manik-manik! 🤡
asep_ngipas_sate ajarin dong Ta, cara foto biar ganteng kayak gini
upil_suseno Ta, gue numpang ngupil! nggak banyak kok, paling seember☝🏻👃🏻🌚
>>>•
“HAHAHA!!!” tawa Saila lelah dengan komentar-komentar konyol itu.
Saila menaruh smartphone mamanya agar tegak pada papan piano, yang mana sedang menampilkan foto Dikta tadi untuk menjadi penyemangatnya memainkan alat musik dengan kunci monokrom tersebut.
"Ra ... Dikta ... Ma ... Nik," nyanyi Saila dengan suara indahnya yang diiringi nada piano. "Tuan Kuda Laut yang sempurna ... apa mungkin berjodoh dengan sosok yang tak sempurna sepertiku? Boleh kutanya, siapakah Nona impianmuuu?" 🎶
Saila mengulang kembali senandung ciptaannya sendiri ditemani kenangan memori indahnya bersama Dikta hari ini. Tautan kelingking Dikta masih terasa sampai saat ini, membuat senyuman cantik Saila mengembang malu-malu.
“Ehm!” deham seseorang, “Bagus lagunya.”
Sedang asyik memainkan tuts dengan paras menikmati intonasi, nyanyian indah Saila buyar ketika mendapati sosok mamanya bersandar di dekat tangga. Jemari Saila yang semula lincah malah mengendurkan aksi karena tatapan nanar sang mama.
"Masih belum mau menjenguk Arjuna?" tanya Nyla berkaca-kaca.
"Aku belum mau ketemu sama dia, Ma," jawab Saila lemas.
"Sebesar apa masalahmu dengan Arjuna?" todong Nyla berjalan mendekat dengan tergesa sampai tak sadar badannya sedikit menabrak body piano, pusing atas sikap putrinya yang berubah.
Saila masih bertahan dengan pahamnya.
"Saila, apa kamu tahu? Tengkuk Arjuna mengalami cedera, syukur nggak terlalu parah. Mama udah panas-dingin, khawatir kalau pukulan mengenai bagian tubuhnya yang penting! Juna bilang sama mama kalau dia dibully oleh murid bengal di sekolah. Lalu, tadi ada temannya juga yang mengalami luka tusukan di bagian tangan. Mama nggak habis pikir, Arjuna dan temannya yang bernama Bruno itu nggak mau ngasih tahu siapa anak jahat yang udah nyakitin mereka!"
"Mama percaya dengan semua aduan murahan itu?" celetuk Saila menahan geraman di dada. Mendengar nama Bruno rasanya membuat Saila ingin meledak.
"Maksud kamu, Juna berbohong?" tanya Nyla tak percaya.
"Arjuna pantas menerimanya! Dia sendiri nggak niat menjaga tubuhnya!" balas Saila memalingkan muka.
"Saila, kamu nggak boleh gitu! Harusnya, kamu pahami keadaan Arjuna, perasaannya!" sentak Nyla.
"Apa Mama pernah nanya tentang perasaanku? Kenapa Mama bertindak sendiri? Apa karena ayah Anja adalah sahabat karib Mama dari kecil, makanya Mama enggan menolak? Atau karena aku udah nggak sempurna lagi, Ma?"
"Kamu ngomongin apa, Saila?!" bentak Nyla lemas daya.
"Aku sempat mendengar rencana Mama sama ayah Anja yang mau jodohin aku sama Arjuna, saat kami tamat SMA nanti!" ungkap Saila yang pernah menguping pembicaraan penting itu.
Nyla termangu kaku.
"Apa nggak bisa aku cukup bersahabat aja sama Juna, Ma?" mohon Saila.
"Saila, bukannya kamu sayang sama Arjuna, Nak?" tanya Nyla memastikan dugaannya tidak meleset.
"Aku memang sayang sama Juna, Ma. Tapi ... aku nggak berniat tentang rencana pertunangan itu."
"Tapi Arjuna ingin menjadikanmu masa depannya!" umbar Nyla sedih jika sampai membuang Arjuna yang sudah dia sayangi sepenuh hati.
Saila malah bertanya lagi, "Mama lebih sayang Arjuna daripada aku?"
"Justru mama sayang banget sama kamu, Saila! Arjuna ingin bertanggung jawab atas hidupmu! Mama lihat Juna sayang banget sama kamu, kamu pun sayang sama Juna! Jadi, apa yang memberatkan kamu?" frustrasi Nyla. Namun, belum sempat dia menggapai bahu Saila, putrinya itu sudah menghindar lebih dulu.
Saila berlari mengambil kunci mobil mamanya yang berada di atas meja ruang tengah. "O-oke," ujar Saila gemetar, "kalau itu yang Mama mau. Aku akan tidur sama Arjuna malam ini!"
Napas Nyla tercekat mendengarnya. Bukan yang seperti ini yang dia mau. Rasanya sudah terjadi miskomunikasi antara Nyla dan putrinya.
"Saila," panggil Nyla melembut. "Kenapa kamu ngomong begitu di depan mama, Nak?" tangis Nyla tak kuasa. "K-kamu mau ke mana? Biar mama yang nyetir dan nganter kamu bertemu Arjuna."
"Aku bisa pergi sendiri, biar Mama puas kalau aku milik Arjuna! Mama jangan larang aku, atau aku akan membuat Arjuna benci sama aku!" isak Saila berlari meninggalkan mamanya.
"Saila, maafin mama!" kejar Nyla, terlambat. "Sampai kapan pun Arjuna nggak akan mungkin benci sama kamu, Saila! Kamu itu malaikat terindah baginya!"
Nyla menyaksikan putrinya sudah membawa mobilnya keluar dari pagar. Segera mungkin Nyla kembali ke ruang tengah untuk mengambil smartphone-nya yang berada di atas piano. Nyla berniat menelepon ayahnya Arjuna untuk memastikan keadaan Saila saat tiba di sana. Dia menangis dan mencemaskan Saila yang baru bisa menyetir mobil. Namun, saat Nyla melihat layar smartphone-nya, terpampang foto Dikta.
"Apa karena anak ini?" lirih Nyla gemetar, jemarinya menyentuh wajah manis Dikta yang ada di layar. Dia ingat sosok itu sempat bertemu dengannya di rumah sakit. "Dikta."
Bersambung ... 👑