Dicintai pacar secara ugal-ugalan X
Dicintai sepupu secara ugal-ugalan ✓
Olivia berasal dari desa. Wanita cantik berkulit kuning Langsat serta rambut panjang bergelombang mencoba peruntungan mendaftar sebagai pengajar disalah satu sekolah di ibukota. Nasib baik Seakan berpihak padanya, ketimbang menyewa kos atau kontrakan sang bibi yang merupakan adik dari ibunya menawarkan untuk tinggal bersama dirumah nya. Dari situlah percintaan tabu dimulai antara Olivia dengan sepupu laki-laki bernama Galang. Nyatanya antara Olivia dan Galang itu sendiri tidak pernah bertemu sedari kecil. Meski usia Galang terpaut dibawah Olivia tak menyurutkan jalinan cinta itu bersemi. Akankah mereka bisa terus melanjutkan hubungan. Ataukah terpaksa mengakhiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rismasuzy93, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab.22
Oliv tersungkur di atas ranjang. Air mata berlinang tatkala permasalahan merundung sulit diartikan. Kekecewaan yang ia rasa amat menikam jika begini ia menyesal. Ataukah memang ini teguran bahwasanya manusia perlu jatuh untuk kembali sadar.
Tok..tok.
Sejenak Oliv bergeming. Sisa-sisa air mata ia singkirkan walau gurat sembab terlihat jelas. Oliv mendudukkan diri hingga ia bangkit menuju pintu.
Begitu papan kokoh ber-cat putih terkuak. Retina nya berserobok dengan manik Galang. Menyadari kondisi nya tidak sedang baik-baik saja lantas Oliv memilih menyembunyikan wajahnya dari hunusan sorot Galang.
"Mbak Oliv nangis?" Wanita itu malas menjawab. Bukan perhatian basa-basi yang ia mau.
Cukup hanya Galang tidak mengganggu sudah sangat berguna. "Kamu pergi Lang. Mbak mau istirahat," pungkas nya lalu bersiap menutup pintu.
Namun, apa yang dilakukan Galang menimbulkan kekesalan lebih besar mencuat dalam dada Olivia. Perempuan itu menghembuskan nafas kasar Dengan sorot menikam pemuda dihadapannya.
"Kamu ngerti ngga sih Lang? Aku nggak pengen diganggu!" Oliv menegaskan.
Permalasahan dengan Andi sangat menguras ego dan emosi. Ditambah ketika sampai rumah ia harus disuguhkan dengan drama percintaan antara Galang dan juga Mutia.
"Kalau Mbak Oliv nangis kaya gini. Gimana bisa aku pergi gitu aja." Oliv membuang arah. "Aku yang masuk atau Mbak yang keluar." Katanya lagi.
Jika dalam keadaan baik-baik saja suara Galang terkesan mendebarkan. Lain halnya saat ini. Galang serupa beban yang Ingin Oliv hempas jauh-jauh.
"Ck. Terserah kamu deh. Aku cape!" Kembali Oliv berniat menutup pintu. Akan tetapi, pemuda itu menahannya.
Habis sudah kesabaran Oliv saat ini. Perempuan itu menatap penuh frustasi mengakibatkan rahangnya mengeras serta bolamata merebak.
"Kamu pikir kamu siapa? Kamu cuma anak muda menjijikan yang selalu menghasut perempuan lemah supaya bisa kamu perdaya!" Oliv menjeda ucapannya bersamaan linangan kristal bening menyusuri pipi.
"Hidup aku udah kamu bikin hancur Galang. Dan sekarang kamu mau seenaknya, kamu punya otak 'kan? Apa semau begitu laki-laki kota yang suka banget mempermainkan perempuan?" Dada Oliv naik turun.
Sementara Galang diam, Ingin tahu sejuah mana Oliv mengeluarkan lahar unek-uneknya.
"Sekarang aku ngerti. Cowok itu kalau nggak tukang tipu, ya tukang memperdaya perempuan!" Imbuh Oliv akan tatapan penuh kebencian.
Rasa sakit kepada Andi ia lampiaskan ke sepupu nya. Terlalu menyakitkan melihat semua sandiwara disertai drama yang tak Oliv mengerti. Dia cuma wanita desa yang mencari cinta tulus. Tidak untuk menjadi mainan.
"Aku tegaskan sekali lagi sama kamu
Berhenti ganggu hidup aku mulai sekarang." Setelah mengatakan itu Oliv menutup hendak menutup lagi pintu untuk sekian kali.
Tetapi Galang lagi-lagi menahan berdiri dengan tatapan tajam serta guratan dingin serupa balok es diwajahnya. "Apa Mbak Oliv tahu kebenaran pak Andi?" Oliv menatap nanar.
Sergahan Galang sangat tepat. Lantas apakah Pemuda itu memang mengetahui fakta mengenai Andi? Lalu jika tahu kenapa diam saja. Apa Galang sengaja membiarkan Andi mendekatinya hingga berakhir sekecewa ini.
"Kamu tahu?" Cecar nya. Ada anggukan dari kepala Galang. Oliv merosotkan bahu. "Kamu tega banget sih Lang, kenapa kamu nggak tahan mbak supaya jangan sampai kenal dia!" Kekesalan Oliv kian menjadi.
"Biar mbak tahu sendiri." Rasa sakit kini berubah rasa mendongkol yang berkelindan dalam benak.
Olivia menutup pintu kamar keras-keras. Persetan soal Galang. Dia sudah terlalu lelah memikirkan hal mengenai itu. Ditambah Oliv belum sepenuhnya lega mengingat Andi pun tahu skandal besarnya yang mungkin Andi jadikan sebagai kartu AS.
*****
"Selamat siang dan terimakasih." Oliv melempar senyum sebelum keluar kelas.
Ia baru mengisi kelas matematika. Dimana kelas itu bukanlah kelas Galang, sebisa mungkin Oliv membedakan antara permasalahan juga pekerjaan. Bila dia tengah dirundung permalasahan tidak serta-merta mengurangi sikap profesional. Maka sebabnya ia mengulas senyum sebagai ciri khas dirinya saat menjadi pengajar.
Mengesampingkan perihal luka yang baru tertoreh dengan senyum manis. "Bu Oliv. Makan siang bareng mau yah." Senyum di bibir Oliv seketika lenyap kala Andi datang sambil berkata.
"Nggak perlu. Maaf saya buru-buru." Olivia memilih pergi. Tapi kalimat Andi serupa Godam yang membuat nya pening.
"Kalau gitu aku akan bilang ke orangtua Galang Mengenai hubungan kalian!" Oliv menelan ludah dengan resah.
Sial. Apa yang Oliv duga sebelumnya memang terbukti. Pria berprofesi sebagai guru olahraga tersebut berupaya mengendalikan nya dengan cara memainkan kartu AS.
Olivia tergemap ditempat. Hingga Andi mengulas senyum seiring langkahnya mendekat. Ada helaan nafas yang menguar sebelum akhirnya Andi berkata. "Aku nggak mau nakut-nakutin kamu. Aku cuma mau melanjutkan apa yang udah Kita mulai." Oliv menatap akan mata berkaca-kaca.
"Liv. Aku tahu aku salah, tapi yang jelas aku mau serius sama kamu. Oke aku minta maaf. Kita sama-sama bukan manusia suci. Kita punya kesalahan besar dan aku nggak akan pernah mau ungkit kesalahan itu. Karena sejatinya Manusia itu bisa berubah." Tulang tenggorokan Oliv bergerak-gerak saat Hendak menelan Saliva.
"Egois kamu mas!" Oliv menghardik dengan suara pelan.
Keduanya tidak mau jika orang-orang melihat gejolak perdebatan yang terjadi. Mereka seorang guru maka sepatutnya memberikan contoh yang baik. Berdiri ditengah-tengah para siswa-siswi Oliv maupun Andi bersikap seolah baik-baik saja.
"Aku tahu. Tapi yang jelas aku ingin serius sama kamu Liv." Tutur Andi sungguh-sungguh.
"Kamu bicara seperti itu aja udah salah mas, kamu membohongi diri kamu sendiri. Kamu itu nggak punya rasa cinta sama aku. Kamu hanya mencari topeng untuk menutupi kebusukan kamu!" Sergah Oliv tajam.
Andin membuang arah frustasi. Ia menatap lagi wanita dihadapannya. "Awalnya memang begitu. Tapi percayalah Liv. Pikiran aku kompleks Mengenai kamu. Aku beneran punya perasaan sama aku. Kita sama-sama kecewa. Tapi apa salahnya kita saling memaafkan dan mencoba serius." Ada gelengan dari perempuan yang kini mengenakan celana bahan abu tua Dengan kemeja putih juga blazer abu.
"Maaf aku belum bisa ngomongin itu. Kepala ku sakit." Lantas Oliv melenggang disusul Andi mengejar dengan pengungkapan kata-kata berusaha agar Oliv mau mengerti.
Tanpa keduanya ketahui. Dibalik perdebatan itu sepasang manik pekat menatap tajam terlihat dari sorotnya. Pahatan wajahnya yang tegas bak dewa Yunani terus mengikuti keduanya pergi. Hingga ada seringaian penuh arti dari bibirnya.
Bersambung. . .