Demi menyelamatkan perekonomian keluarganya, Herlina terpaksa menikah dengan Harlord, seorang CEO muda yang tampan, namun terkenal dengan sifat dingin dan kejam tanpa belas kasihan terhadap lawannya.
Meski sudah menikah, Herlina tidak bisa melupakan perasaannya kepada George, kekasih yang telah ia cintai sejak masa SMA.
Namun, seiring berjalannya waktu, Herlina mulai terombang-ambing antara perasaan cintanya yang mendalam kepada George dan godaan yang semakin kuat dari suaminya.
Harlord, dengan segala daya tariknya, berhasil menggoyahkan pertahanan cinta Herlina.
Ciuman Harlord yang penuh desakan membuat Herlina merasakan sensasi yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.
"Entah kenapa aku tidak bisa menolaknya?" Herlina terperangah dengan perasaannya sendiri. Tanpa sadar, ia mulai menyerahkan diri kepada suami yang selalu ia anggap dingin dan tidak berperasaan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Noona Y, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
Pagi harinya.
Herlina berdiri di dapur, matanya masih terasa berat akibat tidur yang tak nyenyak semalam. Namun Herlina tetap bangun pagi ini, ia harus menyiapkan sarapan untuk suaminya dibantu oleh mbok Darmi. Untung saja selera sarapan suaminya tidak terlalu kebarat-baratan, lebih suka makan beraroma rempah khas Indonesia.
Mbok Darmi, pembantu rumah tangga yang sudah bekerja lama di rumah keluarga Matson, membantu Herlina dengan sigap. Wanita paruh baya itu mengatur bahan-bahan makanan, mulai dari rempah-rempah hingga sambal terasi yang aromanya begitu khas.
Dengan cekatan, Mbok Darmi menumis bawang merah, bawang putih, dan cabai yang sudah dihaluskan, menciptakan aroma yang menggoda.
Herlina terus memperhatikannya, sebelumnya ia tidak terlalu terbiasa dengan kebiasaan masak-memasak seperti ini, karena ibunya jarang sekali menggunakan banyak rempah, tapi pagi ini Herlina belajar banyak dari Mbok Darmi.
"Penataan alat makan di meja makan harus sempurna, kalau tidak, nanti malah jadi bahan omongan." ucap Mbok Darmi, sambil mengajari Herlina cara menata meja makan ala eropa, walaupun makanan yang disajikan, makanan Indonesia.
Herlina hanya mengangguk, perasaannya campur aduk. Sebagai seorang istri Harlord Orca Matson, ia tahu bahwa hidupnya kini tidak akan lagi sama, seperti dulu. Tidak hanya terikat dengan pernikahan. Tetapi juga dengan ekspektasi tinggi yang akan datang karena keluarga suaminya memiliki nama besar dimasyarakat umum.
Saat waktu menunjukkan pukul delapan pagi, suaminya Harlord memasuki ruangan dengan langkah tegap, ia mengenakan pakaian rapi lengkap dengan jas hitam yang selalu membuatnya tampak garang.
“Selamat pagi, Istriku,” ucapnya datar, lalu ia duduk di kursi makan tanpa memandang Herlina.
Herlina menahan napas, berusaha menenangkan diri. “Se... Selamat pagi, Suamiku,” jawabnya sambil berusaha tersenyum meski merasa canggung.
Harlord mengangguk tanpa banyak bicara, ia pun mulai menyantap sarapannya dengan tenang, seolah tidak ada yang bisa mengganggu fokusnya pada makanan yang sedang ia nikmati.
Herlina hanya bisa memandangi suaminya yang sedang makan dengan lahap, ia melihat sekeliling ruang makan di rumah ini, ditata indah dan elegan bergaya eropa, juga ukurannya sangat besar dan luas. Namun suasana sunyi dan dingin membuat Herlina tidak merasa nyaman.
"Aku rindu sama mama dan papa..." batin Herlina, tiba-tiba jadi merasa sedih.
Mbok Darmi yang menyaksikan situasi itu segera meninggalkan mereka berdua, memberi ruang bagi pasangan muda ini.
"Siang ini kamu harus berkemas untuk 3 hari kedepan." ucap Harlord sembari menyesap kopi paginya.
"Berkemas!? Untuk apa?" tanya Herlina tercengang.
"Buat apa lagi, kita akan pergi berbulan madu hari ini!" ucap Harlord dengan nada penekanan.
Herlina terbelalak mendengar perkataan suaminya. "Bulan madu!? Tapi… Ki... Kita ini kan baru satu hari menikah, kenapa bulan madu sekarang?" tanyanya, dengan perasaan getir.
Harlord tersenyum lebar. "Istriku, bulan madu itu adalah hal yang normal dilakukan semua pengantin baru, kenapa kamu malah terlihat ketakutan," ledek Harlord, memperhatikan air muka istrinya yang tadinya tenang berubah panik.
Herlina mengerutkan kening. "A... Aku tidak takut! Hanya saja... Kenapa harus sekarang? Kita kan belum punya rencana apa-apa."
Harlord menatapnya dengan serius. "Tentu saja kita punya rencana! Siapa bilang aku menikahimu tanpa punya rencana apapun!"
"Rencana apa! Kapan kamu mengatakannya padaku!" pekik Herlina, berkacak pinggang.
"Tanpa perlu kukatakan hal itu, kamu harusnya sudah mengetahui hal penting itu!" Harlord memutar malas kedua bola matanya.
"Hal penting apa?" tanya Herlina dengan wajah polos.
"Membuat keturunan! Apa lagi yang lebih penting dari itu!" jawab Harlord kesal.
Herlina terkejut dan hampir terjatuh mendengar perkataan Harlord. "Membuat keturunan! Apa kamu serius?" tanya lagi, dengan mata terbelalak.
Harlord menghembuskan napas dengan rasa frustrasi. "Tentu saja! Kita ini sudah menikah, apa salahnya mulai merencanakan masa depan keluarga kita, dan itu termasuk memiliki keturunan! terutama keturunan laki-laki!"
Herlina menatap suaminya dengan ekspresi kesal. "Mana sudi aku mengandung anakmu!!" teriaknya dalam hati.
.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
#TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA ❤️❤️❤️
**Jangan lupa meninggalkan jejak kebaikan dengan Like, Subscribe, dan Vote ya...~ biar Author makin semangat menulis cerita ini, bentuk dukungan kalian adalah penyemangat ku...😘😘😘**