Belenggu Hasrat Sepupu
SELAMAT' DATANG bagi yang sudah mampir ke novel ini. Mohon dukungannya yah dengan menekan suka, subscribe, vote dan berikan hadiah jika berkenan. Jangan lupa tinggalkan komentar kalian. terimakasih banyak atas partisipasinya.
********
Suasana pasar dipagi itu sangat ramai, begitu sesak dengan padatnya para pengunjung yang akan berbelanja. Suara para pedagang serta adegan tawar menawar terus bersahutan.
Sepasang kaki milik seorang wanita mengayun terburu-buru berniat akan menghampiri lapak jualan sang ibu yang memang adalah seorang pedagang sayur mayur di pasar tersebut.
Namanya Olivia, wanita berusia 25 tahun, wajahnya yang ayu khas gadis desa kulit nya kuning langsat serta rambut hitam nan panjang bergelombang menjadi daya tarik yang wanita itu miliki.
Ya, setiap hari wanita yang biasa disapa Oliv itu rutin membantu ibunya seorang pedagang sayur di pasar tradisional, sedangkan sang ayah hanyalah seorang petani serabutan.
"Maaf Bu, aku datangnya agak siangan soalnya aku tadi beres-beres rumah dulu, bekas tamu bapak semalam." Oliv beralasan, segera ia menghampiri ibunya yang sedang melayani pembeli
"Iya nggak papa. Liv, seharusnya kalo kamu masih cape nggak perlu ke pasar. ibu juga bisa ko." Wita berujar sementara pandangan kedepan pada pembeli sambil menyerahkan sekantong belanjaannya.
"Kembaliannya lima belas ribu silahkan diterima, terimakasih." Oliv mengulas senyum ramah bersamaan memberi uang kembalian pada seorang pembeli.
lapak sepi seketika. wita merapikan kembali dagangnya. biasanya pembeli akan mengacak-acak untuk memilih sayuran. maka dari itu wita rajin-rajin merapikan lagi sayur mayur serta beberapa dagangan lain.
"Gimana Liv, apa ada panggilan dari pihak sekolah?" Tanya Wita menegakan tubuh menatap anak perempuan semata wayang. Oliv menggeleng lesu bentuk respon.
"Belum ada Bu," Ungkap nya tak bersemangat
Ya. Oliv adalah wanita dengan gelar jurusan pendidikan. Saat ini sibuk mencoba melamar sebagai pengajar disetiap sekolah yang berada di kota tempat tinggalnya. Namun, sepertinya Dewi Fortuna belum berpihak pada wanita cantik itu. Maka tak ayal Oliv harus selalu bersabar menanti kabar baik datang. itu juga alasan dirinya kerap kali datang ke pasar. hitung-hitung mengisi kegiatan membantu Wita di pasar.
Sebenarnya, banyak sekali lelaki yang berminat ingin melamarnya ataupun berniat menjadikan pasangan hidup. Mengingat Oliv adalah wanita yang sudah dewasa untuk ukuran orang desa. apa lagi dengan parasnya yang tergolong cantik. Tentu saja banyak pria berlomba-lomba ingin mendapatkan hati Oliv.
Namun nampaknya tekat wanita itu sudah bulat. Oliv tidak ingin menikah sebelum sukses dengan caranya sendiri, dan tentunya Oliv juga ingin membahagiakan kedua orangtuanya. Walaupun saat ini dirinya belum mendapatkan pekerjaan Oliv tidak pantang menyerah.
"Halo mbak Oliv, gadis ayu. Kamu itu loh udah cukup umur apa nggak pengen gitu kaya teman sebaya mu yang udah pada nikah." suara pak Didi Purwadi datang menyergap Dimana dia adalah salah satu juragan yang ada di pasar tersebut.
orang-orang biasa menyebutnya juragan beras. Bukan rahasia umum lagi bahwasanya pria yang sudah hampir memasuki kepala lima itu mempunyai dua istri.
Dan nampaknya bandot tua itu seakan tidak puas dengan dua istri yang berada dirumahnya, didi kedapatan sudah berkali-kali mencoba mempersunting Oliv. Dengan semua kekayaan ala juragan Lelaki ber-kemaja lengan pendek itu terus menerus membujuk Oliv ataupun orang tuanya agar mau menikahkan dirinya dengan anak perempuannya yang terkenal cantik.
"Maaf pak juragan. saya masih pengen kerja, Lagi pula saya juga nggak terburu-buru untuk segera menikah." meskipun muak. Namun, Oliv berusaha agar menekan kekesalan nya. dia harus terlihat tetap sopan mengingat juragan Didi jauh lebih tua.
"Maka dari itu cah ayu, menikah saja sama saya. Biar semua urusan uang atau apapun itu jadi urusan saya. kamu hanya perlu menikah dan jadi istri ketiga saya. hanya itu, gampang kan?" lelaki itu tersenyum bangga usai mengatakan hal memuakan itu.
Olivia menarik dan membuang nafas bergantian. tersenyum hambar saat kembali menatap si juragan mata keranjang. "Tapi sekali lagi saya minta maaf. Saya belum berminat untuk menikah!" Ungkap wanita itu dirinya terpaksa harus berbicara dengan nada yang agak ketus. tak hanya itu Oliv juga berlagak sibuk membereskan barang dagangan agar terlihat seolah tidak minat mendengar ucapan yang juragan itu katakan.
tanpa permisi lagi pria tua Bangka itu memutuskan melenggang pergi dari hadapan lapak jualan milik wita. Sejujurnya lelaki itu sangat kesal pada Oliv, beraninya dia telah menolak ajakannya terus menerus. Padahal diluar sana banyak orang tua yang mengantri rela anak gadis nya untuk dinikahkan dengan dirinya apa lagi alasannya kalau bukan uang dan harta.
Olivia sendiri adalah tipe wanita yang susah untuk jatuh cinta. Mungkin itu karena mengingat tekatnya yang lebih besar daripada keinginan nya untuk sekedar menjalin kasih bersama seorang laki-laki.
Karena yang ada di pikirannya hanyalah bekerja dan bekerja. Oliv sendiri bisa menghitung dengan jari saat kapan terakhir dirinya berpacaran. Mungkin dibilang waktu SMP dan SMA itu juga sebatas cinta monyet tidak serius.
Terik matahari sudah berada diatas puncak kepala. Ini waktunya para pedagang di pasar tradisional itu ada yang memutuskan untuk menutup lapaknya. Namun, tak sedikit pula yang tetap buka. Seperti yang dilakukan Oliv dan ibunya mereka sudah tampak bersiap akan segera menutup lapak.
Lagi pula semua sayur mayur yang dijual hari ini sudah habis. Mungkin hanya menyisakan beberapa ikat, tentu nya dengan sisa sayur itu bisa diolah sebagai hidangan makan untuk mereka nikmati.
Kedua pasangan anak dan ibu itu langsung berjalan setelah urusan lapak beres. Keduanya menuju parkiran karena Oliv tadi pagi ke pasar memakai motor. walaupun motor butut tapi lumayan hanya untuk sekedar mengantarkan kesana kemari.
sesampainya mereka berdua dirumah. Terlihat bapak juga sudah pulang dari ladang. nampak sekali raut wajah pria paruh baya itu sangat lelah. Buru-buru Oliv Langsung menuju dapur untuk segera menyuguhkan segelas minuman untuk melepas dahaga sang bapak.
"Ini pak minum dulu biar seger." ujar Oliv sembari menaruh gelas berisi air. Oliv ikut duduk bersebrangan dengan bapak. "kenapa nggak fokus ikut jualan di lapak aja sih, pak. jadi bapak nggak perlu repot-repot ke ladang." Oliv tengah bernegosiasi.
"Kalo cuma mengandalkan jualan sayur. Ya nggak mungkin cukup toh Liv, kamu ini gimana," jawab bapak seraya mengunakan anyaman bambu untuk mengipasi tubuhnya gerah.
Ada helaan Nafas dari bibir Oliv. "Ya makanya pak doain aku biar cepat dapat kerjaan. Supaya bapak dan ibu nggak perlu lagi terlalu rekoso."
"Bapak selalu doain kamu, mudah-mudahan kamu secepatnya dapat kerjaan yang enak." jawab Anto lembut . disertai mimik lelah pada guratan wajahnya.
Oliv sangat bangga memiliki sosok ayah seperti Anto. Laki-laki yang bertanggung jawab mengayomi dan sering memberikan wejangan untuk anak perempuan satu-satunya. Tak hanya itu Oliv sendiri sangat kagum pada kedua orangtuanya yang menurut dia tidak silau akan harta. Karena bisa dipastikan jikalau mereka adalah tipe yang mendewakan uang pastilah mereka sudah dari dulu menjodohkan atau mengawinkan anaknya pada seseorang yang dipikirkannya kaya.
Sudah banyak contohnya didesa tersebut dengan Berbondong-bondong para orang tua yang menikahkan anak perempuan nya demi harta dan kekayaan.
Baginya tugas seorang wanita itu menikah lalu kemudian tak jauh-jauh dari dapur. lalu untuk apa bersusah payah kerja kalau ada lelaki kaya yang ingin meminangnya, itu justru jauh lebih baik. Pikir mereka
Seperti inilah kehidupan Oliv setiap harinya. dari pagi yang ke pasar untuk membantu sang ibu. Dan meladeni kedua orang tuanya untuk makan serta apapun yang dibutuhkan. Malam harinya wanita itu menghabiskan waktunya didalam kamar untuk sekedar mencari-cari lowongan sembari terus belajar.
Bersambung. . .
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments