FIKSI karya author Soi. Hanya di Noveltoon.
Ganti judul (Alter Ego) 》PERSONA.
Berawal sebagai gadis biasa yang menghadapi diskriminasi, Clara membuktikan dirinya dengan bekerja di perusahaan besar. Di saat Clara menjadi orang kepercayaan sang Bos konglomerat, dirinya menyadari adanya keterkaitan antara kasus yang ditanganinya dan bahaya yang mengancam nyawa orang-orang tak bersalah.
Di satu sisi, memiliki pekerjaan sangatlah penting bagi Clara yang kurang beruntung dalam mencari pekerjaan selama 30 tahun. Namun, pertemuan kembali dengan sahabat semasa remajanya membuat Clara lebih memahami siapa dirinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon soisoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kata Sandi
Melamar pekerjaan mungkin adalah hal yang biasa bagi orang yang terlalu banyak melakukannya. Sayangnya, tidak semua orang akan beruntung saat bersusah payah membuat hidupnya lebih baik. Dunia akan selalu menjadi pembanding di antara orang yang terus maju dan seorang yang menunggu hingga harapannya terkabul.
"Jika belum tercapai, maka usahakan lebih lagi," ucap Clara setiap kali dirinya merasa hampa dan sendirian, sembari membayangkan situasi di masa lalu.
Dulu, ucapan semacam itu lebih banyak didengar oleh Clara melalui Bapak Sean Wahyudi dibandingkan keluarganya sendiri. Di mata Clara, keluarga Wahyudi itu sempurna dan utuh. Oleh karena itu, mereka dikaruniai seorang putra berbakat dan unggul dalam hal apa saja seperti Kent.
Sebelum bekerja untuk Presdir Linardi, Clara merasa dirinya hanyalah pecundang yang takkan pernah berada di posisi tinggi.
Sementara itu, di suatu tempat yang gaduh dan dipenuhi gemerlap lampu berwarna-warni, beberapa orang mengantre di depan pintu masuk dengan berbaris.
"Kata sandi?" tanya seorang pria bertubuh besar berpakaian jas hitam, seraya menggesek layar ponsel dengan jemari telunjuknya untuk mengonfirmasi sesuatu.
"Rosemary," jawab pemuda yang berdiri di hadapannya.
Tanpa menjawab, pria tangguh itu mendorong dan menghalangi tubuh sang pemuda kurus yang memaksa masuk.
"Apa yang kau lakukan? Minggir!" kata pemuda kurus yang merasa dirinya adalah tamu itu.
"Tidak bisa. Anda tidak diundang."
Ucapan singkat itu membuat si kurus naik darah karena ditertawakan orang lain yang mengantre di belakangnya.
"Beraninya kau! Memangnya kau pikir siapa aku?" amuk berandalan kurus itu, sebelum tubuhnya dihempaskan ke tanah pada detik berikutnya.
Dalam seketika, pemuda itu tidak sadarkan diri. Melihat kejadian tepat di depan mata itu, anehnya orang-orang yang mengantre sama sekali tidak takut ataupun peduli. Barisan antrean itu hanya semakin panjang dan padat sepanjang malam hingga subuh.
Inilah yang disebut dunia malam, tempat para mafia bersembunyi atau berkumpul. Tentunya, jaringan pebisnis gelap menggunakan anak-anak dan wanita, obat-obatan terlarang, beserta pekerjaan ilegal lainnya beredar di tempat itu.
Seketika berhasil memasuki area khusus di tempat itu, seorang pria berambut ikal dan berkumis hitam berdiri di hadapan sosok seorang pemuda bertubuh ramping dengan tato di sekujur lengannya.
"Apa yang kau inginkan?" tanya pria bertato itu, walau wajahnya hanya nampak samar di balik kain pembatas.
"Aku hanya mau bekerja untukmu, jika upah sebesar yang dijanjikan itu bisa kudapatkan," jawab pria berkumis itu dengan suara seraknya.
"Kau memang terlihat seperti seorang yang memerlukan uang. Apa kelebihanmu, Pak Tua?" ejek pria bertato dan berambut cepak yang lebih muda itu, sambil menghisap rokok di tangannya.
"Aku bisa melakukan apa saja yang kau suruh," katanya.
"Bahkan membunuh?"
Mendengar persyaratan tak terduga itu, pria miskin berpakaian compang-camping yang bahkan tidak sempat bercukur itu hanya terdiam.
"Kuberi kau hitungan mundur selama 5 detik. Jika kau tidak segera menjawab, maka kau harus keluar atau diusir dengan memalukan dari tempat ini," sebut si lengan bertato dengan pakaian eksentrik dan wewenangnya itu.
"To-- tolong terima saya! Akan kulakukan apa saja, asalkan keluargaku tidak terlibat!" seru pria yang berputus asa itu, dengan menyembah hingga wajahnya menyentuh lantai.
"Hahaha! Aku suka semangatmu. Kau diterima."
Setelah diberi kesempatan, lelaki itu diseret ke sebuah ruangan untuk berganti pakaian dan bercukur, kemudian langsung disuruh bekerja.
"Tidak perlu takut. Kehidupanmu terjamin selama kau bekerja di tempat ini, asalkan kau tidak mencoba untuk kabur atau berkhianat," jelas seorang anak buah yang telah ditunjuk oleh atasannya untuk mengiring si orang baru.
Di tempat itu, tidak seorang pun menyebutkan nama asli mereka, melainkan menggunakan kata sandi sebagai penanda identitas.
Sejauh ini, tempat yang dari luarnya dinamakan 'Eve's Bar & Lounge ' itu telah menjadi salah satu subjek penelitian Bapak Franc Raharja. Pria itu mencurigai adanya anggota komunitas Rosario yang terlibat.
Organisasi CSR yang kini dipimpin oleh Franc bekerja sama dengan pemerintah untuk melaporkan aktivitas mencurigakan, mengamankan warga sipil, serta diperbolehkan menggunakan bantuan militer untuk menangkal serangan berbahaya dari musuh.
Sangat jelas bahwa Presdir Linardi bukanlah satu-satunya pihak yang perlu didakwa. Apalagi, dilihat dari sisi manapun Presdir Linardi tampil seperti konglomerat baik yang berjasa besar di mata orang awam. Berkat arahan dari Bapak Franc, Adi dan Kris dapat memberikan ide terbaik untuk Kent.
Keesokan harinya, Kent berhasil menemui Debry dengan membawa informasi beserta beberapa pertanyaan.
"Mulai darimana? Informasi atau pertanyaan?" tawar Kent.
"Informasi. Beritahu aku semuanya-- Tidak, pertanyaan dulu saja, karena pasti membosankan jika aku sudah mendengar informasi darimu."
Jawaban Debry yang plin plan membuat Kent berdiam diri dengan tatapan dingin.
"Ya sudah, terserah kau saja! Mulailah dengan caramu," ucap Debry ketus.
"Kumulai dari informasi," kata Kent, diikuti dengan desahan kesal Debry.
"Dalam 3 minggu terakhir, Presdir Heinrich telah bepergian ke luar negeri setidaknya 5 kali ; yaitu ke Swiss, Italia, Perancis, Singapura, dan Hong Kong. Walau masih ada destinasi yang tidak tercatat dalam data, aku memiliki bukti transaksi bisnis ayahmu yang cukup besar di kelima negara itu. Di Swiss, Italia, dan Perancis beliau mengadakan perjalanan tour dengan beberapa rekan bisnis yang sama. Setelah itu, Presdir Heinrich mendapatkan undangan pesta ulang tahun secara khusus dari seorang pejabat asal Hong Kong. Beliau juga memenangkan lelang di Singapura, dengan membayar sebesar 180.000 dolar AS atau setara dengan 2,9 miliar rupiah. Kurasa aku tidak perlu menyebutkan total pengeluaran ayahmu."
"Ok. Itu saja?" balas Debry.
"Ya. Itu saja untuk sekarang. Sekarang, kau harus memberiku jawaban yang jujur. Bila kau nekat membohongiku, aku akan langsung membatalkan perjanjian kita," peringat Kent.
"Berapa pertanyaan yang akan kau ajukan padaku?" tanya Debry penasaran.
"Dua pertanyaan pendek. Kau hanya perlu menjawab ya atau tidak," jelas Kent.
"Pertama, apa kau mengetahui adanya kata sandi khusus yang diberikan oleh Presdir Heinrich hanya kepada sekelompok orang yang dipercayainya?" ulas Kent.
"Tidak," respon Debry singkat dan tegas.
"Kedua, apa kau pernah mendengar tentang komunitas Rosario, beserta seluruh kegiatannya?"
Sebelum benar-benar menjawab dua pertanyaan dari Kent, Debry nampak bingung dan marah.
"Sebenarnya, lelucon apa yang sedang kau mainkan terhadapku? Pertanyaanmu sama sekali tidak masuk akal!"
Reaksi Debry ini sudah diperhitungkan oleh Kent.
"Bukan apa-apa. Lupakan saja," alih Kent, kemudian beranjak dan meninggalkan ruang kantor Debry.
Walau Debry merasa diremehkan habis-habisan oleh Kent, tetap saja ucapannya kali ini menentukan cara bekerja sama di antara keduanya di kemudian hari.
- Bersambung -