Hera membaca novel Fantasi yang tengah trending berjudul "Love for Ressa", novel klasik tentang Dante, seorang Duke muda yang mengejar cinta seorang gadis bernama Ressa.
Tentunya kisah ini dilengkapi oleh antagonis, Pangeran Mahkota kerajaan juga menyukai Ressa, padahal ia telah bertunangan dengan gadis bernama Thea, membuat Thea selalu berusaha menyakiti Ressa karena merebut atensi tunangannya. Tentunya Altair, Sang Putra Mahkota tak terima saat Anthea menyakiti Ressa bahkan meracuninya, Ia menyiksa tunangannya habis-habisan hingga meregang nyawa.
Bagi Hera yang telah membaca ratusan novel dengan alur seperti itu, tanggapannya tentu biasa saja, sudah takdir antagonis menderita dan fl bahagia.
Ya, biasa saja sampai ketika Hera membuka mata ia terbangun di tubuh Anthea yang masih Bayi, BAYANGKAN BAYI?!
Ia mencoba bersikap tenang, menghindari kematiannya, tapi kenapa sikap Putra Mahkota tak seperti di novel dan terus mengejarnya???
#LapakBucin
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Salvador, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 6
...****************...
“Ervand, kita tak bisa mengakhirinya begitu saja,” Jawab Raja Dierez setelah mendengar permintaan Duke Ervand mengakhiri rencana perjodohan anak-anak mereka.
“Maaf, Dierez. Tapi aku harus menuruti ucapan putriku dan tak ingin ia bersedih,” Jawab Duke Ervand.
Raja Dierez tahu betapa sayangnya sahabatnya ini pada Sang Putri, Ia menghela nafas sejenak, “Baiklah. Akan aku diskusikan lebih lanjut bersama putraku, juga Ratu. Kau tau istriku juga mendukung kedua anak kita bersama.” Putusnya.
“Tentu Dierez, aku harap kau bisa mengerti.” Ervand beranjak dari duduknya, berjabat tangan dengan Dierez mengakhiri diskusi mereka.
“Kau kemari bersama Anthea?”
“Ya, aku menyuruh pelayan istana membawanya berjalan-jalan.” Jawab Ervand. Ia menyadari ada setitik binar senang di mata Dierez saat mengetahui putrinya di sini.
Entah sejak kapan, Ervand tau Dierez sendiri juga mulai menyukai putri manisnya, menginginkan gadis itu menjadi bagian dari keluarga kerajaan.
“Di mana Anthea? Aku ingin menemuinya,” Ujar Raja Dierez.
Mata Duke Ervand menatapnya sedikit sengit, “Tak bisa, aku dan Anthea akan segera pulang, Aku permisi.” Ucap Duke Ervand melangkahkan kaki keluar dari ruangan Raja Dierez.
“Ayah yang posesif,” gumam Raja Dierez menatap kepergian sahabat karibnya itu.
Tok tok tok
“Masuklah,” Ujar Raja Dierez menjawab ketukan pintu itu.
Sosok anak pertamanya muncul langsung memasuki ruangan kerja Sang Raja.
“Ayah meminta Anthea kemari?” Tanya Altair langsung.
“Tidak, ia dan Duke Ervand berkunjung kemari,” Jawab Raja Dierez.
“Apa ayah tau? Tadi aku melihat Anthea dan Ibu bersama,” Ujar Altair. Tadi ketika selesai latihan berpedang ia melewati Sang Ibu yang tengah bercengkrama bersama seorang gadis, ternyata itu Anthea. Interaksi hangat mereka pun tak luput dari pandangan Altair.
“Benarkah?” gumam Raja. Ia memperhatikan wajah putranya yang tak berekspresi, namun terlihat binar keantusiasan ketika membahas nama gadis itu, Anthea. Baru kali ini Dierez menyadari putranya memiliki ketertarikan pada suatu hal, selama ini putranya hanya mengikuti alur yang ia buat.
“Altair, dengarkan ayah,” Dierez memegang kedua sisi bahu putranya, menatap lurus. Altair sendiri tau ayahnya sedang serius saat ini.
“Mungkin kau dan Anthea tidak dapat bersama, Duke—“
“Apa?!” Suara tidak terima Altair memotong ucapan ayahnya.
Raja Dierez menatapnya tajam, “Dengarkan ayah dulu,”
“Duke Ervand bilang Anthea tidak menyukaimu, ia benar-benar menolak bahkan untuk pendekatan kalian lebih dulu. Sepertinya perjodohan kalian tidak akan bisa dilanjutkan,” Jelas Raja Dierez.
Altair menghempaskan tangan Sang Ayah dari bahunya, “ Apa maksud ayah?! Bukankah sejak awal ayah sudah mengaturnya? Kenapa sekarang Ayah menyetujui Duke Ervand untuk membatalkannya?!!” Tanya Altair beruntun, tangannya mengepal tak terima.
Raja Dierez diam mendengarkan, ia takjub. Baru kali ini Sang Putra menunjukkan emosinya, sejak kecil putranya itu seperti pribadinya dan Sang Istri, benar-benar tenang. Tak banyak menuntut, dan selalu patuh pada orangtuanya.
Pria Nomor satu di Kerajaan Scarelion itu menarik sudut bibirnya, “Bukankah sejak awal kau juga menolak perjodohan ini? Kenapa sekarang kau begitu marah?” tanyanya.
“Lagipula alasan Anthea tak mau karena dia tidak menyukaimu, karena ayah menginginkannya sebagai menantu, Ayah bisa menjodohkan Anthea dengan Alaric saja, siapa tau dia mau, bukan?” Alaric adalah nama dari adik Altair.
Altair menatap ayahnya tajam, “Tidak, Anthea itu pasanganku!” Jawabnya tegas.
“Namun Anthea tidak menyukaimu, Altair.” Senang sekali rasanya menggoda Putra nya ini.
Altair mencoba menahan diri melontarkan kata-kata yang seharusnya tak ia ucapkan, di hadapannya sekarang adalah ayahnya, Ia menunduk dengan tangan terkapal erat.
“Tapi, aku menyukai Anthea,” Ujarnya pelan.
Raja Dierez menahan senyum mendengarnya, sepertinya kalimat inilah yang sedari tadi ia nanti dari mulut sang anak.
“Jadi, bagaimana?” Tanya Dierez.
Altair menatap Ayahnya, “Aku ingin bersama Anthea, Ayah.” Ujarnya tegas.
Suara ketukan sepatu kaca yang menggema mengalihkan pandangan dua pria berbeda usia itu. Wanita dewasa dengan pakaian khas kerajaan muncul memasuki Ruang Kerja Raja Dierez karena pintu yang masih terbuka oleh Altair tadi.
“Ratu,” Panggil Raja Dierez sedikit terkejut, tak biasanya Sang Istri menemuinya kemari.
Ratu Valery duduk anggun di salah satu sisi sofa ruangan itu, tanpa menghiraukan suaminya ia menatap putra pertamanya.
“Altair, ibu setuju membatalkan perjodohanmu dengan Putri Duke Millard,” Ujar Ratu Valery dengan suara tenangnya.
Altair tak dapat menyembunyikan raut terkejutnya, ia menatap sang ibu dengan raut wajah tak terima,
“Apa maksud ibu?!” Tanya Altair yang tanpa sadar menaikkan intonasi suaranya.
Mendengar itu, Raja Dierez menatap putranya tajam, “Altair! Perhatikan dengan siapa kau berbicara!”
Pangeran Mahkota itu berdecak dalam hati, jika ia meminta pada sang Ayah untuk tetap dijodohkan dengan Anthea, Ayahnya mungkin masih mau mendengarkan. Namun, apabila keinginan ibunya adalah untuk membatalkan, Raja Dierez akan langsung setuju. Tak peduli sebesar apa rasa sayang Dierez pada putranya, Istrinya ada di atas segalanya.
Ratu Valery memperhatikan putranya yang mulai menunjukkan emosi baru dihadapan nya itu, lalu berujar, “Ibu tidak akan membiarkan Anthea berada di hubungan yang memaksakan bagi sudut pandangnya, Anthea tidak akan bahagia. Kau bisa bersama gadis lain, Altair.”
Altair terkekeh hambar, “Memangnya ibu tau apa?” Tanyanya menatap sang ibu, Altair mengabaikan Ayahnya yang lagi-lagi memberikan peringatan.
“Apa Ibu tau apa yang aku sukai dan tidak ku sukai? Apa ibu tau keinginanku?!”
Valery menatap anaknya tanpa ekspresi, “Tentu ibu tau, Kau menyukai berpedang dan panahan, kau tidak suka pelajaran naratif. Kau ingin menjadi pemimpin yang baik dan—“
“Salah! Ibu tidak tau apa keinginanku!!” Jawab Altair.
Sejak kecil Altair lebih banyak menghabiskan waktu dengan ayahnya, walau Dierez bukan pria yang hangat, Pria itu adalah sosok ayah yang baik. Berbeda dengan Sang Ibu, Ratu Valery tak pernah mengekspresikan kasih sayangnya pada kedua putranya, walaupun perhatian dalam diamnya. Tetapi, sejak kecil Dierez selalu menanamkan pada para putranya bahwa Istrinya menyayangi mereka dan harus menghormatinya melebihi siapapun di Istana ini.
Jika Dierez adalah Raja yang dingin dan kejam, maka Valery adalah Ratu yang kaku seolah hidup tanpa memiliki perasaan, semenjak ia menjadi Ratu Kerajaan Scarelion.
“Cukup Altair!” Lagi, peringatan sang ayah ia anggap angin lalu, hari ini Altair ingin mengeluarkan apa yang ia pendam.
“Aku ingin ibu memujiku ketika aku mendapat pencapaian! Aku ingin ibu menyempatkan waktu untukku dan Alaric, Aku ingin ibu memperlihatkan kasih sayang ibu pada kami! Aku ingin semua itu!!” Ujar Altair dengan nafas memburu menatap ibunya.
“Hanya karena ibu membenci Ayah, bukan berarti Ibu dapat membenci anak Ibu sendiri!”
Sebenarnya kisah ibu dan ayahnya cukup rumit, dan sudah menjadi rahasia umum Kerajaan selama ini.
Ibunya yang merupakan putri bangsawan Marquess memiliki kekasih sejak remaja, bahkan mereka mengenyam pendidikan di tempat yang sama. Sayangnya, Pria itu hanya bangsawan Baron, tingkat bangsawan dengan kasta terendah.
Sejak kecil ayahnya menyukai sang ibu, mereka tumbuh bersama di lingkungan istana, Valery memang sering berkunjung ke istana mengikuti ayahnya. Sejak kecil mereka telah berteman dengan baik, bahkan hanya Valery satu-satunya bangsawan wanita yang dekat dengan Dierez. Dierez tau, orangtuanya akan menjodohkan mereka ketika dewasa, karena itu ia tak menahan perasaannya.
Sayangnya itu tak bisa terjadi karena Valery memiliki kekasih dari bangsawan Kerajaan Seberang, Dierez mengetahuinya ketika selesai akademi. Pria itu tidak terima, ia begitu menyukai Valery.
Singkatnya, Dierez gelap mata, ia membunuh kekasih Valery, perbuatan yang mengejutkan dua kerajaan. Karena posisi Dierez adalah Putra Mahkota, semuanya berakhir dengan damai, keluarga kerajaan memberikan kompensasi yang besar untuk keluarga mendiang kekasih Valery.
Selanjutnya, Dierez langsung mengajak Valery menikah, tentu Valery menolak keras. Tak cukup di sana, Dierez bertindak nekat hingga Valery hamil Altair saat itu, tentunya mau tak mau mereka harus menikah. Kehidupan rumah tangga yang dingin selama bertahun-tahun bukan masalah bagi Dierez, selagi Valery ada di sisinya, bagi Dierez itu sudah cukup.
Kembali pada situasi saat ini, Valery memejamkan mata sejenak menyangkal ucapan putranya, “Ibu sama sekali tidak membencimu, Altair! Kau salah paham!” Ujarnya, bahkan di saat seperti ini Valery tetap mempertahankan wajah datar tak berekspresi nya.
“Bagaimana aku tidak salah paham? Bahkan sepertinya sejak aku lahir ibu seolah menjaga jarak denganku!” Ujar Altair, bahkan tanpa ia sadari matanya mulai berkaca-kaca. Bagaimanapun ia hanya anak laki-laki yang baru berusia 10 tahun.
Valery beranjak dari duduknya, membawa Sang putra kepelukannya. Valery tau, kebenciannya pada Sang suami dan mengharuskannya hidup di istana ini tanpa sadar memengaruhi sikapnya pada anak-anak nya yang tak bersalah. Selalu sulit bagi Valery menatap wajah mereka yang seolah duplikat dari Dierez, laki-laki yang paling ia benci. Namun, ketahuilah Valery amat menyayangi kedua putranya walau sulit untuk mengekspresikan rasa sayangnya.
“Ibu bahkan tidak pernah tersenyum dan menghabiskan waktu denganku seperti yang Ibu lakukan bersama Anthea tadi,” lanjut Altair pelan.
Mendengar itu, perlahan Valery melepas pelukannya,
“Kau tidak terima? Baiklah, kedepan nya Ibu akan lebih menjaga jarak dengan Anthea,” ujar Valery.
Sedangkan Altair langsung membulatkan matanya tak terima dan menggeleng keras, dari semua ucapannya, kenapa hanya bagian itu yang seolah ibunya dengar?
“Tidak, bukan itu maksudku, Ibu! Baiklah terserah Ibu, tak apa Ibu tak memperhatikanku. Asalkan terus dekat dengan Anthea, bujuk dia agar mau bersamaku!!” Sadar atau tidak Altair berucap dengan begitu tekadnya, Dan Valery melihatnya.
“Kau benar-benar ingin bersama, Anthea?”
Altair mengangguk, Valery kembali bertanya, “Apa kau bisa janji akan menjaganya? Dan jangan menyakiti perasaannya, Altair.”
“Aku berjanji, Ibu bisa memegang janjiku!” Jawab Altair yakin, tanpa keraguan sedikitpun di matanya.
“Baiklah, Ibu akan mengabulkannya. Asal kau selalu ingat, jangan membuatnya bersedih dan menyakitinya,” peringat Valery lagi, lalu menatap Pria di belakang putranya.
“Jangan seperti ayahmu.” Tambahnya, Altair mengangguk pasti.
Raja Dierez sendiri hanya menghela nafas, pada akhirnya ia yang kena oleh sang istri.
***
tbc.
barangkali ada yang ga sabar nunggu mereka gede, beberapa bab lagi kok guys,
Jangan lupa like dan komennya♡