~Dibuat berdasarkan cerpen horor "Anna Van de Groot by Nath_e~
Anastasia ditugaskan untuk mengevaluasi kinerja hotel di kota Yogyakarta. siapa sangka hotel baru yang rencana bakal soft launching tiga bulan lagi memiliki sejarah kelam di masa lalu. Anastasia yang memiliki indra keenam harus menghadapi teror demi teror yang merujuk ada hantu noni Belanda bernama Anna Van de Groot.
mampukah Anastasia mengatasi dendam Anna dan membuat hotel kembali nyaman?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nath_e, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menelusuri jejak Anna Van de Groot 2
Anastasia dan Adam duduk di ruang kerjanya. Di hadapan mereka terdapat tumpukan dokumen tua dan beberapa foto hitam putih dari Losmen Flamboyan. Di samping mereka ada Nathan, Rio–seorang arsitek yang fasih membaca cetak biru–dan juga pak Ridwan, mantan kepala proyek hotel Grand Aurora Hotel.
Rio terlihat begitu serius memperhatikan tiap sisi losmen dibandingkan dengan salinan cetak biru hotel saat ini.
"Ketiga pohon Flamboyan ini dulunya menjadi ciri khas halaman losmen," ujar Pak Ridwan sembari menunjuk salah satu foto yang diambil dari sudut taman depan losmen. "Tapi saat pembangunan hotel, pohon-pohon itu ... entah diapakan. Aku ingat pernah menanyakan soal itu, tapi pihak kontraktor diam saja."
Rio memperbesar cetak biru hotel di layar tablet, memindai area yang sekiranya sesuai dengan letak halaman pada foto lama. "Kalau kita bandingkan dengan tata letak sekarang," katanya sambil menunjuk bagian tengah blueprint, “Ini kemungkinan posisi taman lamanya. Tapi ada bangunan baru di sini. Sepertinya dapur dan area laundry hotel."
Adam mengetuk meja, menatap intens pada cetak biru. "Ini menjelaskan kenapa dia area ini selalu ditakuti dan menakutkan. Kita nggak mungkin buat bongkar lantai juga kan, dan … kita nggak tau juga apakah akar pohon itu diambil atau dibuang oleh pekerja.”
Anastasia menghela napas, matanya tertuju pada foto-foto tersebut. "Flamboyan bukan pohon biasa, sering dikaitkan dengan hal mistis dan masyarakat jaman dahulu sering menganggap Flamboyan sebagai rumah para roh. Konon jika seseorang meninggal dekat dekat Flamboyan maka rohnya akan tertangkap dan menjadi penunggu pohon.”
Pak Ridwan mengangguk pelan. "Hati-hati, Nak. Pohon-pohon itu pernah disebut penjaga oleh penduduk setempat. Aku masih ingat, banyak kertas doa yang diikat di tiap cabang pohon atau ditempel di batang besarnya. Entah siapa yang memulai tapi akhirnya pohon itu menjadi keramat dan menjadi daya tarik losmen.”
“Itu membuat losmen Flamboyan terkenal dan membuat iri pelaku usaha lainnya.” Adam menyimpulkan.
Nathan terlihat gemetar ketakutan, ia kesulitan mengatur fokus saat Anastasia bicara. Bayangan roh dan hantu-hantu seram memenuhi benaknya. “Ka-kalau begitu hotel ini penuh hantu, mbak?”
Anastasia tersenyum tipis, “menurut kamu gimana Nath?”
Nathan menelan ludahnya yang terasa berat di tenggorokan. “Ehm, i-iya mbak.”
“Rio, dimana lagi letak pohon-pohon itu berada?” Anastasia bertanya lagi.
Rio kembali menunjukkan dua titik yang diperkirakan sebagai bekas lokasi pohon Flamboyan. Satu di area parkir dan satu lagi disekitar tangga darurat.
“Meskipun itu mustahil tapi roh-roh yang penasaran tidak akan pergi dengan mudah begitu saja. Ini terbukti dengan hantu Anna. Aku harus berbuat sesuatu.” Anastasia berkata pelan, ia menoleh pada Adam.
“Dam, kapan orang yang mau bersihkan hotel kita datang?”
“Besok jam empat sore,” jawab Adam cepat.
Setelah obrolan kecil tentang situasi yang meresahkan mereka membubarkan diri. Adam dan Anastasia memutuskan sedikit bersantai ke kantin karyawan menikmati kopi untuk menyegarkan pikiran.
“Aku harap semua masalah hantu ini selesai dalam waktu sebulan. Masih banyak yang harus kita pikirkan selain hantu dan hantu.” Anastasia bicara setelah tegukan kedua kopinya.
“Aku harap juga begitu. Dan semoga kejadian kemarin tidak tercium media.” Adam menimpali.
“Kemungkinannya kecil, pasti tetap akan ada media yang mencium kejadian heboh kemarin … oh my God,” mata Anastasia sedikit terbelalak saat matanya tertuju pada sosok Pak Broto yang menghampiri mereka dengan ekspresi gelisah.
“Lihat siapa yang datang, “ Anastasia berkata dengan sedikit menahan suara.
Pak Broto mendekat dengan wajah murung. Ia duduk di sebelah Adam dan menyerobot coffee latte yang hendak diminum. “Astaga, Anastasia, kau tahu berita terbaru soal Maya?” Tanyanya setelah meneguk nyaris setengah gelas kopi milik Adam.
Anastasia tersenyum jahil. “Heem, memang ada apa lagi, Pak? Jangan bilang dia mau jadi dukun juga?”
Pak Broto duduk sambil menghela napas. “Bukan! Dia ... dia baru saja dibebaskan bersama dukun brengsek itu!”
Adam dibuat penasaran, karena setahu Adam kasusnya masih diselidiki. “Maksudnya?”
Pak Broto lagi-lagi menghela nafas berat. “Dia dibebaskan dengan syarat bareng si dukun nyentrik itu. Kabarnya orang penting di kota ini yang menjamin.” Sambil memijat pelipisnya ia kembali berkata. “Dan kabar burung yang aku dengar mereka sedang dekat sekarang.”
Anastasia tertawa kecil. “Wah, luar biasa! Maya benar-benar tahu cara memilih orang baru, ya? Dari sugar daddy ke dukun mistis!”
Pak Broto memelototi Anastasia, tak suka dengan candaan cucu kesayangan Kanjeng Mami itu. “Jangan bercanda, aku ini lagi khawatir dia bakal … dia … aah, kamu pasti tahulah maksudku!”
Anastasia berusaha menahan tawa. “Jatuh cinta sama si dukun? Katanya kemarin cuma cerita lama yang nggak perlu diungkit kenapa jadi sekarang Bapak takut tersaingi sama si Mbah Sarip?”
Pak Broto merengut. “Bukan begitu! Aku cuma … sedikit khawatir. Dia kan mantan sugar baby-ku! Seleranya tinggi, lalu tiba-tiba sekarang dekat dengan pria yang bau parfumnya kemenyan sama kembang kuburan!”
Adam mengangkat alis, menggoda pak Broto. “Mungkin mbah Sarip punya ‘aura mistis’ yang tak bisa ditolak, Pak.”
Anastasia menambahkan, “Ah ya, aura mistis lebih kuat dari dompet tebal! Lebih ..,”
Pak Broto menekuk mukanya lebih dalam, “Hah, masa aura mistis bisa mengalahkan dompet tebal? Memangnya apa yang bisa ditawarkan dukun itu selain asap kemenyan?!”
Anastasia tergelak, “entahlah, tapi … kalau Maya sampai benar-benar pacaran sama mbah Sarip, Bapak harus ikhlas mantan sugar baby-nya jadi ‘nyonya dukun’ siapa tahu lho bisa konsultasi gratis!”
Pak Broto mengerutkan kening lalu berdecak kesal. “Kalian, sukanya ngeledek aja dari tadi! Mau saya kawinin sekarang juga?!”
Anastasia berusaha meredakan tawanya. “Eeh kenapa jadi ke kita sih pak? Oke, oke … pak Broto sekarang tenang dulu, tarik nafas panjang lalu hembuskan!”
“Tapi semisal Maya memang jodohnya mbah Sarip, ya apa boleh buat. Mungkin dia merasa lebih bahagia menyulap hidupnya jadi mistis ketimbang materialistis.” Sialnya, Adam masih betah menggoda pak Broto yang semakin senewen.
“Kayaknya lebih tepat lagi kalau Maya hanya ingin mencoba ‘perjalanan spiritual’ deh Dam.” Anastasia menimpali dengan kerlingan mata.
“Huh, kalian ini malah bikin aku tambah stres! Ya udah deh, saya mau balik lagi keruangan! Awas, jangan ganggu!” sungutnya sambil berlalu pergi.
Anastasia tertawa lagi. “Serius lho, Dam, aku ingin tahu apa jadinya kalau Pak Broto benar-benar ikut ritual!”
Adam pun tergelak, “Mungkin dia bakal jadi ‘Dukun Broto’ atau mungkin Eyang Broto!”
Keduanya melepas tawa, menghilangkan ketegangan sejenak sebelum kembali serius menangani masalah yang tengah dihadapi hotel mereka